1 Korintus 13:13 | Bukan Hanya Ada di Negeri Dongeng

1 Korintus 13:13

Bukan Hanya Ada di Negeri Dongeng — Beberapa hari yang lalu saya membaca satu curahan hati seorang ibu sewaktu dia menapaki 10 tahun usia pernikahan. Dia mulai ceritanya itu dengan berkata seperti ini:
Dulu sewaktu saya memutuskan untuk menikah, yang terbayang dalam benak saya adalah semua yang indah-indah persis seperti cerita di negeri dongeng and they lived happily ever after. Setelah menjadi suami istri, melewati hari demi hari, barulah saya tersadar bahwa ternyata saya dan suami saya itu bagai bumi dengan langit! Saya orangnya suka cerita, suami saya tidak suka mendengar cerita. Saya suka ngariung (bahasa Indonesia: kumpul – kumpul), suami saya tidak suka keramaian. Saya orangnya sensitif, suami saya kalau ngomong ceplas ceplos.
Lalu si ibu ini melanjutkan curhatnya:
Batin ini kemudian bertanya setelah 10 tahun pernikahan kami, masih adakah cinta yang tersisa?
Wah bayangkan saja, sudah 10 tahun menikah, bukannya semakin yakin tapi justru seiring berjalannya waktu banyak keluarga-keluarga (rasanya memang bukan hanya curhatan si ibu tadi saja) yang pada akhirnya mempertanyakan jargon Negeri Dongeng: ‘and they lived happily ever after?'

Saya ingat juga beberapa minggu yang lalu dalam ibadah khusus Pasutri di gereja kami ada seorang ibu juga yang bersaksi begini;
Tiga belas tahun kami menikah dan rasanya full bahagianya, itu cuma 5 tahun pertamanya saja. Selebihnya wow, badai topan datang silih berganti!
Ini saya saya cerita bukannya buat nakut-nakutin ya, tapi memang kenyataannya menemukan keindahan hidup rumah tangga, itu adalah sesuatu yang harus kita perjuangkan! Itu tidak muncul “ujug-ujug” begitu saja.

Dua orang ibu tadi, waktu semakin menyadari bahwa berkeluarga itu tidak mudah, toh akhirnya cerita mereka tidak berhenti sampai disitu. Mereka punya sesuatu yang membuat mereka mampu bertahan dan pada akhirnya tetap bias menemukan keindahan-keindahan dalam pasang surutnya bahtera rumah tangga.

Hari ini dua sahabat kita mau memulai perjuangan mereka untuk menemukan keindahan-keindahan dalam membangun hidup berkeluarga.


Mari buka Alkitab kita,

I Korintus 13:13
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih.

Apa yang membuat satu keluarga mampu bertahan dan menemukan keindahan-keindahan dalam rumah tangga mereka?

Iman

Dasar yang pertama,

Tanyakan saja, apa yang mereka percayai dan imani tentang “dia” (huruf kecil) dan “Dia” (huruf besar)?

Apa yang Kim San percaya tentang Merlinda?
Apa yang Merlinda percaya tentang Kim San?
Apa yang Kim San dan Melinda percaya tetang campur tangan Tuhan, hingga hari ini Kim San dan Melinda ada disini (di Kebaktian Pemberkatan)?

Saya berharap jawabannya:
“Karena dia istimewa buatku Tuhan. Dia spesial buatku dan Tuhan yang mengirim dia untuk mendampingi hidupku selamanya!”

Ada sesuatu yang istimewa, yang spesial dalam dirinya yang membuat kita kagum – terpesona, membuat hati dag dig dug seer gitu setiap kali berjumpa! Biar di kanan kiri banyak yang cantik-cantik, manis-manis, ganteng-ganteng, baik-baik, tapi kok hanya dia, hanya kamu yang bisa ...

Amsal 31:29
“Banyak wanita telah berbuat baik, tapi kamu melebihi mereka semua!!”

Itu dasar yang pertama.

Pengharapan

Dasar yang kedua adalah pengharapan

Kejadian 2:18 Firman Tuhan bilang:
“Tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja”

Dengan kata lain: “Berdua lebih baik daripada seorang diri!“ Atau dengan bahasa yang lain lagi – “Kalau kita hidup sendiri, kemungkinan besar disatu titik dia bisa merasa 'ada kekosongan dalam hidupnya' ... Kok rasanya ada yang kurang, ada yang kosong.

Saat kita menyadari ... Oh ternyata saya gak setangguh yang saya kira!
Oh ternyata saya gak sekuat yang saya pikir!
Oh ternyata saya gak setegar yang saya bayangkan!

Oh iya, diri kita ini penuh dengan keterbatasan, kelemahan, kekurangan, kerapuhan dan pengharapan kita satu ketika berjumpa dengan dia yang jadi belahan hati kita – Kehadirannya melengkapi kita, Kehadirannya menolong kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, menjadi pribadi yang lebih sempurna!

Saya pernah nonton satu klip video tentang lomba dansa atau senam atau apalah namanya itu. Satu pasang peserta ini membuat semua penonton terharu – karena mereka menunjukan apa artinya hidup saling memperlengkapi – yang laki-laki 'gak punya kaki kiri, yang perempuan gak punya tangan kanan … mereka berdua berdansa untuk menjadi sempurna.



Setiap kita punya kekurangan dan kelebihan masing-masing bersyukurlah karena Tuhan tidak menempatkan kita sendirian di dunia ini.

Kasih

Dasar yang terakhir, yang paling kuat adalah kasih.

Janji kasih dan setia kita pada suami atau istri kita yang kita ucapkan dihadapan Tuhan hari ini.

Saya kagum dengan sosok Dana Reeve, seorang superwoman yang ditempatkan oleh Tuhan mendampingi pemeran film Superman. Kita tahu yah ceritanya Christoper Reeve (Superman) yang kariernya berakhir di kursi roda karena lumpuh akibat kecelakaan berkuda.
Kasihnya yang kuat kepada suaminya mengalahkan pergumulan waktu itu, kasihnya yang teramat dalam pada suaminya membuat Dana Reeve mampu bertahan sampai akhir usia.

Salah satu perkataan Dana Reeve yang sering dikutip oleh orang-orang di kemudian hari adalah sewaktu dia ngomong begini:
Suamiku sayang, saya berjanji kepadamu untuk mengasihimu sampai maut memisahkan kita. Saat ini saya dihadapan semua orang mau mengakui satu hal: saya telah berbohong. Saya tidak dapat mencintaimu sampai maut memisahkan kita karena saya tidak bisa berhenti mencintaimu, walaupun maut memisahkan.
Jadi apakah jargon and they lived happily ever after memang hanya ada di negeri dongeng?

Tidak! Kita bisa memperjuangkannya dalam hidup rumah tangga kita.

Anda bukan menikah untuk menjadi berbahagia, tetapi untuk saling membahagiakan. (Roy L. Smith)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>