Filipi 2:1-4 | Satu Kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan

Filipi 2:1-4

Satu Kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan — Ada cerita tentang dua jemaat yang hanya berjarak beberapa blok antara satu dengan lainnya di sebuah komunitas kecil.

Mereka mengira akan lebih baik jika mereka bergabung dan menjadi satu tubuh, lebih besar dan lebih efektif daripada dua gereja yang berjuang dengan susah payah.

Gagasan yang bagus. Akan tetapi, mereka tidak dapat melaksanakannya.

Masalahnya? Mereka tidak bisa sepakat tentang bagaimana seharusnya mereka membaca “Doa Bapa Kami”. Satu Kelompok menginginkan "Ampunilah kesalahan-kesalahan kami" sedangkan yang lain menuntut "Ampunilah dosa-dosa kami."

Menyikapi hal itu, sebuah surat kabar lokal melaporkan berita yang isinya mengatakan bahwa: "Gereja yang satu kembali kepada kesalahan-kesalahannya, sedangkan yang lain kembali kepada dosa-dosanya."

Menjalani kehidupan bersama-sama dengan yang lain pastilah diwarnai perbedaan. Perbedaan dapat memperkaya sebuah kebersamaan dan menjadi kesempatan bagi orang untuk bertumbuh. Namun tidak sedikit kebersamaan harus pecah karena tidak adanya sikap yang saling menghargai perbedaan.
Filipi 2:1-4
Nasihat supaya bersatu dan merendahkan diri seperti Kristus
2:1 Jadi karena dalam Kristus ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan,
2:2 karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan,
2:3 dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri;
2:4 dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.
Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Filipi 2:1-4, hal itulah yang ingin diingatkan oleh Paulus ketika berbicara kepada jemaat Filipi tentang “Satu Kasih, Satu Jiwa, Satu Tujuan” Rasul Paulus mendaftarkan, setidaknya ada tiga hal yang menyebabkan perpecahan; mementingkan diri sendiri, harga diri yang terlalu mahal (kadang lebih mahal dari harga darah Yesus!), dan pemusatan pada diri sendiri.

Jika dalam persekutuan ada orang seperti ini maka kecenderungan untuk terjadi benturan dan perpecahan sangatlah besar. Karena orang seperti ini tidak dapat memandang keberhasilan orang lain sebagai hal yang menyukakan hatinya.

Namun segala hal negatif itu dapat dikalahkan dengan kesadaran bahwa persekutuan yang ada dijalin, disatukan oleh kasih Yesus. Dengan demikian setiap bagian dalam persekutuan adalah teman seperjalanan menuju satu tujuan ; saya, kamu dan Yesus.

Satu kasih, satu jiwa, satu tujuan. Itu berarti kita bukan hanya mau mengasihi orang yang mengasihi kita saja. Kita tidak akan menyukai orang yang menyukai kita saja. Dengan kasih dari Yesus kita dapat mengasihi setiap orang, tanpa kecuali, termasuk yang membenci kita, atau mereka yang memiliki cara pandang berbeda dengan kita.

Richard Tatlock dalam buku In My Father’s House, yang dikutip oleh Barclay menuliskan tentang kemungkinan terbaik dan sekaligus kemungkinan terburuk dalam membina sebuah kebersamaan, Tatlock berkata demikian:

"Neraka adalah kondisi kekal dari mereka yang gagal membina hubungan dengan Allah dan dengan sesamanya melalui hidupnya yang telah menghancurkan kasih. Surga, pada pihak lain, adalah kondisi kekal dari mereka yang telah menemukan hidup sejati di dalam hubungan-melalui-kasih dengan Allah dan dengan sesamanya."

Sharing: Berdasarkan kutipan di atas, menurut saudara berada di manakah persekutuan keluarga/ jemaat sekarang ini? Sebutkan alasannya! Jika saudara merasa bahwa persekutuan saat ini berada di sorga, bagimana saudara menularkan itu kepada orang-orang di sekitar saudara? Jika saudara merasa bahwa persekutuan saat ini berada di neraka, langkah-langkah apa yang ditempuh untuk mengubah keadaan?

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>