Yohanes 21:15-19 | Kasih adalah ...

Renungan Khotbah Tafsir Yohanes 21:15-19 Mengasihi adalah mengerti dan mau melupakan apa yang memang harus dilupakan.
Yohanes 21:15-19

Kasih adalah ... — Saya pernah membaca satu cerita tentang sepasang suami istri yang sedang duduk ngobrol berdua, lalu tiba-tiba si suaminya tanya begini:

S: Mama, apakah mama benar-benar mengasihi papa?
I: Kenapa papa tanya begitu? Mama kan istri papa? (sambil kaget)
S: Ah, hanya ingin tahu saja.
I: Papa, sudah 25 tahun kita menikah, anak kita sudah mau tunangan. Susah-senang, suka-sudah kita lewati bersama. Tiap hari mama buatin sarapan, cuci baju, cuci piring, beres-beres rumah. Kenapa masih tanya tentang sayang? Iyalah, mama sayang papa! Papa juga sayang mama kan?
S: Bahagia sekali papa mendengar ungkapan sayangnya mama. 25 tahun sudah kita lewati dan papa juga akan selalu sayang dan mengasihi mama.

Kapan terakhir kali kita mengungkapkan rasa kasih kita kepada orang-orang yang kita kasihi? Cerita tadi membuat saya sadar bahwa ungkapan-ungkapan rasa sayang itu penting. Ungkapan itu menenangkan, menentramkan, dan itu membahagiakan. Padahal itu baru diungkapkan saja.

Cerita yang berbeda dialami oleh keluarga yang lain. Ini juga saya membacanya dari buku.

Ada seorang ibu yang naik bis kota dan duduk di sebelah seorang bapak. Ibu ini merhatiin terus si bapak ini sebab si bapak ini kelihatannya pakai cincin kawin, tapi kok di taruhnya di jari yang salah.

Lalu di cek lah sama ibu ini: "Pak, maap, bapak sudah menikah bukan?" Bapak itu menjawab, "Sudah ibu, saya sudah menikah. Kenapa ibu tanya itu?" Lalu ibu itu meneruskan, "Oh, enggak, cuma heran saja, sebab cincin kawin bapak ditaruhnya di jari yang salah tuh".

Kemudian bapak itu pun menjawab: "Oh, ini emang sengaja bu saya taruh cincin kawin saya di jari yang salah. Habis saya juga nikahnya sama orang yang salah juga sih."

Kwak Kwaw. Bagaimana rasanya hidup berkeluarga dengan pikiran-pikiran seperti itu? Damai? Sukacita? Tentram? Susah kalau sudah begini. Horor!

Wahyu 2:4
Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang mula-mula.

Kenapa Tuhan mencela? Karena tahu kalau itu terjadi, horor! Kalau kasih itu sudah hilang, itu bencana! Lihat saja bagaimana kehidupan orang yang sudah kehilangan kasih itu, dia tega melakukan segala hal bahkan menyakiti orang lain sekalipun.

Hari ini kita sama-sama mau belajar tentang arti kasih yang sebenarnya, dari perikop Alkitab Yohanes 21:15-19. Kita sama-sama mau belajar untuk memperjuangkan agar kasih itu tinggal tetap di dalam keluarga kita, jemaat kita, di dalam hati dan pikiran kita.
Yohanes 21:15-19
Gembalakanlah domba-domba-Ku
21:15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?"* Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: /"Gembalakanlah domba-domba-Ku."
21:17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?"* Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: /"Apakah engkau mengasihi Aku?"* Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya: /"Gembalakanlah domba-domba-Ku.
21:18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
21:19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: "Ikutlah Aku."

Agape dijawab Phileo

Mari kita lihat kembali pertanyaan Yesus kepada Petrus. Tiga kali Yesus bertanya pada Petrus: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Tiga kali juga Petrus menjawab: "Aku mengasihi Engkau".

Renungan Terkait: Yohanes 21:15-19 | Apakah Engkau Mengasihi Aku?

Sayangnya dalam Alkitab kita, sebenarnya bukan Alkitabnya tapi perbendaharaan bahasa Indonesia kita yang kurang. Maksudnya kita kekurangan tata bahasa Indonesia untuk menggambarkan secara spesifik tentang kasih.

Berbeda dengan bahasa Yunani, bahasa asli Perjanjian Baru, untuk kata kasih, bahasa Yunani memiliki 4 kata yang berbeda untuk menggambarkan apa itu kasih secara spesifik:

Agape (kasih yang Ilahi),
Phileo (kasih persahabatan),
Storge (kasih persaudaraan),
Eros (kasih yang berlandaskan nafsu).

Nah, kalau kita membaca teks Alkitab kita hari ini dari bahasa Yunani nya, kita akan bertemu dengan pola seperti ini: (untuk memperbesar gambar, buka gambar di tab baru)
Judul_gambar Judul_gambar Judul_gambar
Yohanes 21:15
Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yunani: agapas) Aku lebih dari pada mereka ini?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yunani: philō) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

Yesus bertanya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Yesus menggunakan kata kasih dari kata Agape. Kemudian Petrus menjawab: "Aku mengasihi Engkau", yang Petrus gunakan untuk menjawab pertanyaan kasih agape Yesus adalah kasih yang phileo.

Seakan-akan Petrus mau bilang: "Aku memang mengasihi Engkau Tuhan, tapi tidak atau belum sampai ke tahap agape, sebab aku masih mengasihi Engkau di tahap phileo."

Yohanes 21:16
Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yunani: agapas) Aku?" Jawab Petrus kepada-Nya: "Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yunani: philō) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku."

Pola tadi berulang lagi. Yesus tanya pake kata kasih agape. Petrus jawab pake kata kasih phileo.

Yohanes 21:17
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi (Yunani: phileis) Aku?" Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Dan ia berkata kepada-Nya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi (Yunani: philō) Engkau." Kata Yesus kepadanya: "Gembalakanlah domba-domba-Ku.

Ini dia, ada sesuatu yang berbeda di ayat ini. Yesus tidak lagi menggunakan kata kasih agape untuk bertanya kepada Petrus: "Apakah engkau mengasihi Aku?" Akan tetapi, Yesus menggunakan kata phileo untuk menanyakan hal itu lagi kepada Petrus. Dan Petrus menjawab: "Iya Tuhan, aku mengasihi (phileo) kepada Engkau"
Sarapan Pagi Biblika
Dalam gaya bahasa orang Semit, sesuatu yang diulang (tautology): Kalau diulang sebanyak 2 kali artinya "very", jika diulang sampai 3 kali artinya "extremely." Jadi pertanyaan kepada Petrus sampai ketiga kalinya adalah dalam maksud: Peter, do you extremely love Me?
Menurut bapak atau ibu, apa yang sedang Yesus lakukan waktu itu?

Yesus sedang berusaha memahami dan mengerti situasi dan kondisi yang dialami Petrus waktu itu.

Ini dia point kita ...

Mengasihi adalah Mengerti

Arti mengasihi bukan terletak, yang terutama, pada memberi pengertian. Kenapa? Karena kalau orang sudah mengerti, dia tidak perlu lagi kan di kasih pengertian.

Ibu tidak perlu lagi kebingungan cari anak-anak yang belum nyampe rumah. Kenapa? Karena bahkan sebelum ibu kuatir, anak ibu sudah sampai dirumah karena mereka mengerti. "Oh, sudah jam 7 malam. Waktunya pulang nih."

Bapak tidak perlu lagi kasih pengertian: "Mama, sabar ya, cari sewa sekarang itu tambah susah. Apalagi tanggal tua kayak gini." Kenapa? Karena ibu mengerti situasi itu bahkan sebelum bapak memberikan pengertian kepada ibu.

Bayangkan betapa indahnya hidup ini apabila diantara kita, kehidupan ini diwarnai oleh saling mengerti satu sama lain.

Yang terakhir, saya agak heran melihat Yesus yang masih bertanya kepada Petrus: "Apa engkau mengasihi Aku?" Heran karena bahkan Petrus gak usah jawab pertanyaan itu pun Yesus pasti tahu siapa itu Petrus. Dia pasti masih ingat sejarah Petrus ...

Si Peragu ... Si Penyangkal ... Si Sok Tahu ... Si Sok Ngatur

Dan kenapa Yesus masih bertanya itu? Bukankah itu juga berarti membuka kesempatan kepada Petrus untuk melihat kembali seberapa besar kasihnya kepada Dia? Dan berujung pada memperbaharui lagi komitmennya kepada Dia? "Ya Tuhan, Aku mengasihi Engkau" Kenapa?

Karena Yesus tahu bahwa untuk bisa mengasihi seseorang sepenuhnya itu kita harus mempelajari seni melupakan hal-hal yang harus dilupakan, ditinggalkan.

Setiap kita memiliki rekaman. Hampir setiap peristiwa yang terjadi dalam hidup kita, terekan dan tersimpan dengan baik dalam hati dan pikiran kita.

Sayangnya, tidak semua rekaman kita itu membuat kita bahagia, tersenyum, optimis. Ada rekaman-rekaman yang justru ketika kita memutar dan menayangkan kembali, kita dibuatnya bersedih, marah, sakit hati, kecewa ... kita jadi pesimis.

Mengasihi adalah seni melupakan

Mengasihi adalah seni melupakan hal-hal yang harus kita lupakan.

Banyak orang, banyak keluarga yang dipulihkan Tuhan ketika mereka bersedia bekerjasama untuk melupakan rekaman-rekaman buruk yang memang seharusnya tidak mengikat mereka.

Mereka dipulihkan setelah mereka mau meninggalkan dan melupakan rekaman buruk itu dan berani membuka lembaran yang baru, bersiap merekam adegan peristiwa yang baru, hidup yang baru bersama-sama dengan Tuhan yang telah memperbaharui mereka yang kita kasihi itu.

Petrus mengakhiri catatan rekaman buruknya di sepanjang kisah Injil-Injil dengan akhir yang 'manis' sebagai salah satu pejuang iman yang berperan dalam menyebarkan Kabar Baik itu bukan.

Bila kita mengasihi seseorang, bukankah kita juga rindu untuk melihat pembaharuan terjadi dalam hidup mereka. Mereka dipulihkan juga oleh Tuhan.

Tuhan membutuhkan pertolongan kita untuk bisa memulihkan mereka.

Tidak mudah memang melakukan hal itu: meninggalkan dan melupakan peristiwa yang menyakitkan itu, melupakan kekecewaan, melupakan semua rekaman yang membuat kita bersedih. Akan tetapi, walaupun memang tidak mudah, toh bukan mustahil untuk kita perjuangkan.

Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan. (I Korintus 13:4-8a)

Mencintai adalah mempercayai, mengharapkan, mengenal; Itu adalah sebuah uraian, cita rasa sorga di bumi. (Edmund Waller)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>