Matius 14:22-33 | Dasar Sebuah Pengharapan

Renungan Khotbah Tafsir Matius 14:22-33 Bertahanlah, tetaplah berpengharapan. Dia dalam perjalanan menyelamatkan hidup kita.
Matius 14:22-33

Dasar Sebuah Pengharapan — Penelitian ini pernah dilakukan oleh para peneliti tingkah laku. Mereka memasukkan beberapa ekor tikus ke dalam sebuah tangki air yang sisinya licin sehingga tikus-tikus itu tidak bisa keluar dari tangki.

Peneliti tingkah laku itu mau mencari tahu dan memerhatikan, "Berapa lama waktu yang dibutuhkan tikus-tikus itu mampu bertahan sebelum tenggelam". Hasilnya: 17 menit.

Untuk kedua-kalinya para peneliti tingkah laku itu mengadakan percobaan yang sama dengan sedikit perbedaan.

Yang berbeda, kali ini sebelum tikus-tikus itu tenggelam, para tikus yang ada di tangki itu diangkat, dikembalikan ke kandang mereka, diberi makan yang cukup dan diberi waktu beberapa hari di dalam kandang mereka.

Setelah beberapa hari para tikus itu ada di kandang, tikus-tikus itu dikembalikan ke dalam tangki air yang sisinya licin.

Kali ini, berapa lama waktu yang dibutuhkan tikus-tikus itu mampu bertahan sebelum tenggelam? Sama seperti sebelumnya, 17 menit?

Bukan! Hasilnya: para tikus itu mampu bertahan selama 36 jam (ratusan kali lipat jumlah waktu di bandingkan percobaan yang pertama!

Pasti kita bertanya-tanya, "Kenapa bisa hasilnya berbeda jauh dengan percobaan yang pertama?"

Para peneliti itu kemudian menyimpulkan bahwa yang membedakan adalah kelompok tikus yang kedua mengalami apa yang dinamakan "pernah diselamatkan," sehingga pengalaman itulah yang membuat mereka mampu bertahan lebih lama dibandingkan kelompok tikus yang pertama (yang tidak punya pengalaman "pernah diselamatkan.")

Pengalaman yang kemudian menghasilkan kekuatan untuk tetap berharap. Kira-kira itulah yang dirasakan oleh kelompok tikus yang kedua.

Hari ini kita mau share tentang pengharapan.

Jika penelitian para ahli tadi mengatakan bahwa ‘pengalaman pernah diselamatkan’ menjadi bagian penting dalam sebuah pengharapan yang memungkinkan tikus-tikus itu bertahan menghadapi persoalan, bagaimana dengan kita?

Dasar Sebuah Pengharapan

Apa yang menjadi dasar bagi kita, orang percaya untuk tetap berharap ketika satu pergumulan dan 'persoalan' datang menghampiri?

Sebelum kita mencari tahu tentang hal itu mari kita berbicara tentang ‘tangki yang sisinya licin’ versi kehidupan kita: Pergumulan; Kalau mau jujur, kadang-kadang masalah-masalah yang kita hadapi saat ini kemungkinan besar penyebabnya adalah kita sendiri (bukan Tuhan).

Semua kelalaian kita, keputusan-keputusan yang tidak tepat, pilihan-pilihan yang disesali.

Atau bisa jadi seperti yang dialami oleh murid-murid dalam perikop Alkitab kita hari ini: Masalah datang, ya karena memang datang saja (angin sakal), kita tidak tahu jelas penyebabnya dan masalah datang menghampiri.
Matius 14:22-33
Yesus berjalan di atas air
14:22 Sesudah itu Yesus segera memerintahkan murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang, sementara itu Ia menyuruh orang banyak pulang.
14:23 Dan setelah orang banyak itu disuruh-Nya pulang, Yesus naik ke atas bukit untuk berdoa seorang diri. Ketika hari sudah malam, Ia sendirian di situ.
14:24 Perahu murid-murid-Nya sudah beberapa mil jauhnya dari pantai dan diombang-ambingkan gelombang, karena angin sakal.
14:25 Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air.
14:26 Ketika murid-murid-Nya melihat Dia berjalan di atas air, mereka terkejut dan berseru: "Itu hantu!", lalu berteriak-teriak karena takut.
14:27 Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut!"
14:28 Lalu Petrus berseru dan menjawab Dia: "Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
14:29 Kata Yesus: "Datanglah!" Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
14:30 Tetapi ketika dirasanya tiupan angin, takutlah ia dan mulai tenggelam lalu berteriak: "Tuhan, tolonglah aku!"
14:31 Segera Yesus mengulurkan tangan-Nya, memegang dia dan berkata: "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
14:32 Lalu mereka naik ke perahu dan anginpun redalah.
14:33 Dan orang-orang yang ada di perahu menyembah Dia, katanya: "Sesungguhnya Engkau Anak Allah."
"Tuhan gimana ini, rencana sudah disiapkan, tapi kenapa tiba-tiba ada ‘angin sakal’ menyerang perahu kehidupan kami!”

Dalam keadaan S.O.S seperti ini muncullah pertanyaan tadi, “Apa yang membuat kita mampu bertahan dengan pengharapan penuh dalam menghadapi ‘angin sakal’ itu?”

Kabar Baik

Ada beberapa hal yang bisa kita renungkan dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, dan itu bisa menjadi dasar bagi kita untuk tetap dan terus berharap dalam bertahan di situasi ‘angin sakal.’

Kabar Baik 1

Yang menjadi dasar pengharapan kita adalah:
“Tuhan tahu kita berada dalam masalah, Dia tahu!” (ayat 25, Markus 6:48)

Salah satu pertanyaan yang saya cari jawabnya dalam teks kita hari ini adalah, “Apabila kita punya masalah dan Tuhan tahu itu, tapi kita tidak melibatkan Tuhan untuk menyelesaikan masalah kita, lalu apa yang akan Tuhan lakukan?”

Kabar Baik 2

Inilah dasar pengharapan kita yang kedua:

Entah kita sadari atau tidak, Tuhan berinisiatif untuk melibatkan diri dalam menyelesaikan masalah-masalah kita.

Dan cara Tuhan melibatkan diri itu tidak terduga.

Haahhh?! Dengan cara seperti ini Tuhan menawarkan pertolongan kepadaku?!

Saya jadi ingat satu cerita ilustrasi, cerita lama memang, tapi ini sangat menggambarkan sekali.

Sebuah desa sedang dilanda satu masalah besar. Hari itu desa mereka dikejutkan oleh banjir bandang yang membuat desa mereka tenggelam. Semua orang berusaha untuk menyelamatkan diri mereka, tidak terkecuali bapak ini.

Dia terkenal sebagai orang yang sangat saleh dan selalu menggantungkan pengharapan hidupnya kepada Tuhan.

Bapak itu naik ke atap rumahnya yang mulai tenggelam dan mulai menantikan pertolongan Tuhan datang menyelamatkan hidupnya.

Satu sampan lewat didepan bapak ini, "Ayo pak ikut kami disini, kita ngungsi sama-sama," kata orang-orang di sampan itu.

"Oh tak usah ... saya sedang menantikan pertolongan Tuhan."

Sampan pun akhirnya pergi, datanglah kapal boat.

"Ayo pak kita pergi dari sini, air sudah semakin tinggi," kata tim SAR dalam kapal boat itu.

"Udah duluan aja, saya sedang menantikan pertolongan Tuhan datang".

Akhirnya yang terakhir, sebuah helikopter datang dengan maksud yang sama dan tetap saja si bapak ini menolak dengan alasan yang sama, “Sedang menantikan pertolongan Tuhan.”


Banjir yang semakin menenggelamkan desa itu akhirnya membuat si bapak tidak lagi mampu bertahan, dia meninggal dan ceritanya dia masuk surga.

Di surga dia ketemu Tuhan dan sambil keheranan dia tanya begini sama Tuhan:

“Tuhan, kok saya mati sih? Katanya Tuhan tahu saya sedang dalam masalah, katanya Tuhan mau berinisiatif menolong hidup saya, katanya Tuhan itu mau nolong; Tapi kok saya malah mati begini?”

Lalu Tuhan pun balik berkata sama si bapak ini:

"Pak, kurang bagaimana lagi atuh Aku mau nolong bapak? Sampan sudah Ku kirim, kapal boat sudah Ku tawarkan, bahkan helicopter pun sudah disediakan untuk menolong bapak; Kurang apa lagi?

Itu dia yang tadi saya sebut: "Haahhh … dengan cara seperti ini Tuhan menawarkan pertolongan kepada aku?"

Respons Kita

Yang terakhir
dan sepertinya ini menjadi bagian paling penting dari sebuah pengharapan adalah bagaimana cara kita merespons pertolongan Tuhan itu?!

Saya tertarik sewaktu Yesus berkata kepada Petrus: “Datanglah!” Petrus merespons ‘dengan baik’ tawaran Tuhan itu.

Kalau selama ini kita menganggap Petrus sebagai orang yang ragu-ragu makanya akhirnya dia tenggelam, coba saja kita ada di dalam perahu waktu itu bersama Petrus dan murid-murid lainnya mendengar tawaran Yesus: “Datanglah!”

Ah belum tentu juga kita mau mencoba turun dari kapal dan berjalan di atas air untuk menghampiri Dia.

Disitulah kehebatan Petrus! Terlepas dari akhirnya dia tenggelam juga, setidaknya Petrus mau berusaha untuk menghampiri Yesus, mungkin mau membawa Yesus untuk naik perahu dan membiarkan Yesus membantu murid-murid menyelesaikan masalah mereka (Yohanes 6:21).

Tantangan firman Tuhan hari ini:
Apakah kita bisa mengubah masalah-masalah kita itu menjadi kesempatan untuk berjumpa dengan Tuhan di tengah badai?

Apakah pengharapan kita sekuat itu untuk bisa melihat Tuhan datang dan mendampingi kita keluar dari ‘angin sakal’ kita?

Hal yang membuat kita pada akhirnya bisa mengimani apa yang di katakan para murid: “Sesungguhnya Engkau adalah Anak Allah – Juruselamatku!”

Bertahanlah, tetaplah berpengharapan ...
Dia dalam perjalanan menyelamatkan hidup kita.

Dalam waktu-waktu kesulitan yang besar dan pengharapan yang besar, adalah bijaksana jika kita tetap tenang, diam dan sabar. Karena dengan demikian kita akan menempatkan diri dalam keadaan yang paling sesuai untuk melakukan tugas kita sendiri dan mengizinkan Allah bekerja. (Matthew Henry)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>