Mazmur 116:5-9 | Tenanglah, Aku Ada!

Mazmur 116:5-9

Tenanglah, Aku Ada! — Martin Niemoller adalah seorang Yahudi Kristen yang berhasil bertahan dari kekejaman tentara Nazi di masa Perang Dunia ke 2. Ketika Niemoller ditangkap dan ditahan oleh tentara Nazi pada waktu itu, setiap hari ia disiksa, dianiaya .. dan melihat banyak orang yang ditahan juga pada waktu itu dibunuh oleh tentara Nazi.

Setelah Perang berakhir, Niemoller pun memutuskan untuk pindah ke Amerika. Di Amerika, salah satu radio lokal mewawancarai Niemoller tentang pengalamannya selama di penjara Nazi. Satu pertanyaan yang diajukan kepada Niemoller pada waktu itu adalah ini: “Bagaimana mungkin dia mampu bertahan di penjara nazi waktu itu dengan semua bentuk kekerasan mereka dan kesadisan mereka tanpa kehilangan akal sehatnya dengan melihat peristiwa-peristiwa yang mengerikan itu?”

Niemoller pun menjawab: “Jika engkau menyadari bahwa Tuhan menyertai hidupmu, maka engkau akan mampu bertahan melebihi apa yang kau bisa bayangkan.”

Pengalaman berada di tengah ‘pusaran badai kehidupan’ yang siap menghancurkan, itulah yang dialami oleh Niemoller. Kalau mau dipake bahasa pemazmur saat ini, itu berarti: “Engkau telah meluputkan aku daripada maut ...”

Pemazmur pun sepertinya merasakan penderitaan yang luar biasa juga dalam hidupnya waktu itu. Ia sadar bahwa dirinya tak berdaya, lemah dan tak mampu berbuat apa-apa lagi untuk menyelamatkan hidupnya dari ancaman dihancurkan ‘badai kehidupan’. Akan tetapi, di saat ia merasa bahwa sudah tidak ada jalan lagi untuk mendapatkan keselamatan, di saat seperti itulah ia sendiri merasakan kuasa pertolongan tangan Tuhan yang menyelamatkan hidupnya.

Oleh sebab itulah ia berkata kepada dirinya sendiri: “kembalilah tenang, hai jiwaku ... Tuhan telah berbuat baik kepadamu”


Mungkin agak sulit kita menemukan kekuatan di balik kata-kata pemazmur ini. Mari kita bayangkan tentang seorang yang sedang berlayar dan tiba-tiba badai ombak besar menerjang perahu yang ditumpanginya. Lama dia mempertahankan diri dari ombak besar itu dan di saat sudah tidak mampu lagi bertahan, di saat itulah pertolongan Tuhan datang.

Dia bisa keluar dari badai ombak itu ... akan tetapi apa yang dia lihat sekarang ... kapal yang tidak lagi bagus seperti dulu ... ada kerusakan di mana-mana akibat badai yang menerjangnya ... padahal perjalanan masih harus ditempuh. Tepat di saat seperti itulah pemazmur berkata “kembalilah tenang, hai jiwaku ... Tuhan telah berbuat baik kepadamu.”

Menjalani kehidupan pasca badai kehidupan datang. Di saat itu kita tidak hanya melihat karya penyelamatan yang Tuhan telah lakukan dalam hidup kita, tapi juga melihat bahwa ada kerusakan-kerusakan yang terjadi selama kita berada di tengah ombang-ambing badai kehidupan itu.

Bayangkan saja kita adalah orang-orang yang berhasil selamat dari tsunami Aceh waktu itu ... pasti tidak mudah melanjutkan kehidupan setelah melihat badai besar seperti itu. Melihat kota Aceh hancur, kehilangan harta benda bahkan orang-orang yang dikasihi ... membuat berat dan sulit menjalani hidup ke depan.

Ajakan pemazmur bagi siapa saja yang telah atau bahkan sedang mengalami badai kehidupan adalah “kembalilah tenang hai jiwaku ...” Tenang karena ada Tuhan yang menyertai kita. Tenang karena ada Tuhan yang akan memberi kita kekuatan untuk dapat membangun kembali kehidupan kita. Tenang karena bersama Tuhan kita bisa melewati perkara-perkara yang mustahil.

Gambarkanlah ketenangan ketika kita berada dekat dengan Tuhan! Apakah kesulitan untuk mendapatkan ketenangan itu hambatan dan tantangannya? Hal-hal apa yang bisa meyakinkan kita untuk tetap menenangkan diri dalam situasi-situasi terburuk dalam hidup kita?

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>