Ratapan 3:18-20, 21-26, 32 | Ratapan yang Memulihkan

Ratapan 3:18-20, 21-26, 32

Ratapan yang Memulihkan — Kalau bapak dan ibu hadir dalam pemakaman kemarin dan mendengar sambutan dan undangan keluarga kita untuk hadir di hari ini; Di sampaikan di sana bukan untuk menghadiri kebaktian penghiburan.

Akan tetapi sekarang ini, kita, keluarga kita mengadakan kebaktian pengucapan syukur karena Tuhan telah memanggil pulang sahabat kita.

Bukankah luar-biasa sikap iman yang diaminkan oleh keluarga kita. Sekarang bukan lagi waktunya untuk meratap, menangis dan berduka - tetapi sekaranglah waktunya bagi kita untuk mengucapkan syukur atas dipanggil pulangnya sahabat kita.

Luar biasa! Karena tidak mudah mengaminkan iman seperti itu.

Saya mau bercerita tentang satu orang.

Pada awalnya hidup terasa begitu sempurna: keluarga berada, lulus universitas, tunangannya cantik dan mereka mau menikah.

Akan tetapi, peristiwa-peristiwa yang terjadi kemudian sungguh di luar dugaan. Dia bergumul dengan keluarganya, dan yang paling menghancurkan perasaan Joseph pada waktu itu adalah tunangannya meninggal karena sebuah kecelakaan tepat satu hari sebelum mereka menikah.

Dua tahun dia berjuang untuk memulihkan diri, bangkit dari rasa duka itu. Joseph pun memutuskan untuk pergi merantau. Hidupnya kembali bersemangat ketika di perantauannya, Joseph bertemu dengan seorang gadis dan mereka bertunangan.

Tapi, sekali lagi maut merebut sukacita dalam diri Joseph, tunangannya -sekali lagi- meninggal dunia karena sakit keras, tepat beberapa hari sebelum mereka menikah.

Sekali lagi dia jatuh terhantam dengan kesedihan mendalam. Dan karena rasa sedihnya itu dia mulai menyendiri. Kesedihan yang tidak terobati. Kedukaan yang tidak terhiburkan. Itu akan semakin merenggut sukacita yang Tuhan berikan dalam kehidupan kita.

Ratapan 3:18-20
Sangkaku hilang lenyaplah kemasyuranku dan harapanku kepada Tuhan. Ingatlah akan sengsaraku dan pengembaraanku, akan ipuh dan racun itu. Jiwaku selalu teringat akan hal itu dan tertekan dalam diriku.

Perasaan-perasaan bahwa Tuhan tidak peduli, perasaan bahwa aku yang paling bersalah untuk kejadian tersebut. Itulah yang menjadi jangkar bagi kapal kehidupan kita sekarang, yang membuat kapal kita tak bisa lepas dari rasa duka dan sedih dan tekanan di jiwa. Joseph bergumul akan hal itu, dia tarik ulur terus dengan jangkar kesedihan hatinya.


Hingga satu hari dia mendengar ibunya di kampung halaman sakit keras dan dia tidak bisa datang menjenguk ibunya. Joseph kemudian menuliskan sebuah syair dan mengirimkan syair itu untuk menghibur ibunya.
Yesus Kawan yang sejati bagi kita yang lemah. Tiap hal boleh dibawa dalam doa padaNya. O, betapa kita susah dan percuma berlelah, Bila kurang pasrah diri dalam Doa padaNya.

Jika oleh pencobaan kacau-balau hidupmu, jangan kau berputus asa; pada Tuhan berseru! Yesus Kawan yang setia, tidak ada taraNya. Ia tahu kelemahanmu; naikkan doa padaNya!

Adakah hatimu sarat, jiwa-ragamu lelah? Yesuslah Penolong kita; naikkan doa padaNya! Biar kawan lain menghilang, Yesus Kawan yang baka. Ia mau menghibur kita atas doa padaNya.
Dalam bahasa Ratapan 3, yang dilakukan Joseph terdapat dalam ayat 21-26.

Ratapan 3:21-26
tetapi hal-hal inilah yang kuperhatikan, oleh sebab itu aku akan berharap: tak berkesudahan kasih setia TUHAN, tak habis-habisnya rahmat-Nya. Selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu! TUHAN adalah baik bagi orang yang berharap kepada-Nya, bagi jiwa yang mencari Dia. Adalah baik menanti dengan diam pertolongan TUHAN.

Perhatian

Tetapi hal-hal inilah yang (hendak) kuperhatikan

Jika hari ini kita mengadakan kebaktian pengucapan syukur,maka kita tidak mau rasa duka itu terus menguasai hati dan pikiran kita. Apa yang akan kita perhatikan ketika kita mengingat: bahwa dulu dia tidur di sini,dia makan pake piring ini kesukaannya???

Perhatikanlah bahwa ketika kemarin Tuhan memanggil pulang sahabat kita,Tuhan mengangkat segala sakit dan derita yang selama ini hadir dalam kehidupan sahabat kita. Dia sudah bahagia di sana - di sorga, bersama-sama dengan Tuhan.

Namun, sungguh teramat tidak mudah memperhatikan kebaikan Tuhan dalam peristiwa yang mendukakan hati kita!

Carilah Tuhan

Oleh sebab itulah, Ratapan pun mengajak kepada kita untuk:

Tetaplah mencari Dia.

Jangan biarkan hari-hari kita terlewati dengan rasa sesal dan duka yang tak terhiburkan. Jangan biarkan rasa duka itu mengurung kehidupan kita dan membuat kita menjadi merasa sendirian.

Yang kita butuhkan adalah kekuatan, maka datanglah kepada Sumber Kekuatan yang selalu ada dalam hidup kita.

Ratapan 3:32
karena walau Ia mendatangkan susah, Ia juga menyayangi menurut kebesaran kasih setia-Nya.

Bagi kita, inilah akhir dari segala kisah. Akan tetapi, bagi mereka ini hanyalah awal dari kisah yang sesungguhnya. Seluruh kehidupan mereka di dunia ini hanya merupakan sampul dan halaman judul. Sekarang akhirnya mereka memulai Pasal Satu dari Kisah Besar, yang tidak seorang pun di bumi ini pernah membacanya, yang berlangsung untuk selamanya dan setiap bab-nya lebih baik daripada bab sebelumnya. (C.S. Lewis)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>