Ibrani 6:9-20 | Berhenti Berharap

Renungan Khotbah Tafsir Ibrani 6:9-20 Mencari kekuatan dari kesaksian iman orang lain yang telah mengalami kebaikan-kebaikanNya.
Ibrani 6:9-20

Berhenti Berharap — Saya mau ajak kita untuk melihat satu cuplikan film untuk mengawali share kita hari ini. Memang nanti 'gak ada terjemahan bahasa Indonesianya, tapi gak pa pa, sebab tujuan utama kita nonton cuplikan film ini bukan terletak pada "mengerti isi pembicaraannya"

Jadi jangan kuatir kalau sama seperti saya, kita gak terlalu ngerti ngomong apa dia di film ini. Sebab ada hal lain yang mau kita perhatikan.


Yang baru saja kita lihat tadi adalah cuplikan paling akhir dari film King Speech (Pidatonya Raja). Satu kisah nyata tentang kakek buyutnya pangeran yang baru nikah kemarin itu. Pangeran Williams punya bapak: Pangeran Charles, Ratu Elisabeth adalah ibunya Pangeran Charles, dan Ratu Elisabeth punya bapak, ya ini dia filmnya tentang Raja George VI.

Seperti yang sudah saya bilang, kalau kita gak ngerti "ngomong apa dia" itu gak pa pa. Sebab yang mau kita perhatikan sekarang adalah bagaimana Raja George ini menyampaikan pidato peresmian dirinya menjadi Raja Inggris pada waktu itu: Cukup lancar bukan. Padahal, seperti yang kita lihat tadi, keluarganya, terutama istrinya sangat cemas mendengar suaminya berpidato.

Kenapa Istrinya cemas, kenapa dia kuatir? Karena istrinya tahu kalau suaminya itu punya satu kelemahan, kekurangan. Suaminya kalau 'ngobrol biasa, 'ngobrol tentang hal-hal yang gak resmi, dia bisa lancar ngomongnya.

Akan tetapi, pas dia mau bicara di muka umum, di hadapan dan didengar banyak orang, tiba-tiba Raja George berubah jadi Aziz dari OVJ itu. Jadi susah banget ngomongnya. Susah banget ngeluarin kata-kata, menyusun kalimat, terbata-bata ... jadi gagap berbicara.

Nah, Raja George ini punya satu kakak yang kalau lagi ngeledekin adeknya itu, diledekinnya gini:"Jadi gimana Be ... be ...ber ..Bertie?" (Bertie itu nama kecilnya Raja George).

Pengalaman Bersama

Sewaktu nonton film King Speech ini, saya jadi sadar beberapa hal:

Ternyata, sama seperti yang kita alami, bahkan seorang raja Inggris sekalipun pernah mengalami susahnya ngomong di depan banyak orang! (Coba aja cek, kalau kita di minta untuk pimpin doa atau jadi liturgos atau bahkan diminta untuk bawain renungan, bandingkan dengan pas doa sendirian atau pas kita lagi latihan dan gak ada orang di situ ... lancar mana?)
Ibrani 6:9-20
Berpegang teguh pada pengharapan
6:9 Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung keselamatan.
6:10 Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap nama-Nya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai sekarang.
6:11 Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya,
6:12 agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.
6:13 Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya,
6:14 kata-Nya: "Sesungguhnya Aku akan memberkati engkau berlimpah-limpah dan akan membuat engkau sangat banyak." 6:15 Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya.
6:16 Sebab manusia bersumpah demi orang yang lebih tinggi, dan sumpah itu menjadi suatu pengokohan baginya, yang mengakhiri segala bantahan.
6:17 Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah,
6:18 supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.
6:19 Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir,
6:20 di mana Yesus telah masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek, menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya.
Hal yang lain yang saya sadari sewaktu nonton film ini berkaitan dengan teks Alkitab kita hari ini.

Ibrani 6:18
supaya oleh dua kenyataan yang tidak berubah-ubah, tentang mana Allah tidak mungkin berdusta, kita yang mencari perlindungan, beroleh dorongan yang kuat untuk menjangkau pengharapan yang terletak di depan kita.

Tidak selamanya "apa yang kita harap-harapkan itu" selalu "terletak di depan kita, diluar jangkauan kita". Tetapi sama seperti yang dialami oleh Raja George yang akhirnya bisa cukup lancar bicara di depan umum; Kita pun bisa menjangkau apa yang kita harapkan, yang mungkin sekarang kayaknya hal itu masih jauh di depan sana. Kita bisa melihat dengan jelas harapan-harapan itu, tapi kok, ngejarnya susah bener.

Ada empat orang yang punya masalah seperti yang tergambar dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Ibrani 6:9-20 (Berpegang teguh pada Pengharapan)

(a) MEREKA, orang-orang Ibrani ...
Kita tahu ke-khasan masalah yang dihadapi oleh jemaat mula-mula, mereka dianiaya, ditekan, bukan hanya dari lingkungan mereka yang berbeda iman dengan mereka, tapi bahkan dengan saudara seiman mereka sendiri. Mereka juga punya pengharapan yang sangat kuat akan kedatangan kembali Yesus ... dan ternyata sampai hari ini masih kita nantikan. Itu masalah yang menjadi persoalan orang-orang Ibrani.

(b) DIA, Abraham ...
Seseorang yang di sebut dalam ayat 15.Kita tahu persis apa yang menjadi permasalahan dan pengharapan Bapa Abraham.

(c) DIA, Raja George VI ...
yang punya masalah kesulitan berbicara di muka umum da berharap dia bisa sembuh dari itu.

(d) orang terakhir adalah ...
KITA, mungkin saya, bapak atau ibu ... Kita yang memiliki pergumulan dan pengharapan masing-masing dan kita sedang berusaha untuk menjangkau apapun pengharapan kita itu.

Yang menarik adalah, Dia mengingatkan kita hari ini untuk tetap berpegang teguh dalam pengharapan, tidak kehilangan pengharapan-pengharapan kita. Walau masih jauh di depan sana rasanya, walau masih belum terjangkau oleh kita. Jangan berhenti berharap! kata-Nya.

Saya tertarik dengan dua ayat.

Kesungguhan Hati

yang pertama,

Ibrani 6:11
Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya ...

Sekali atau dua kali kita pernah pasti nonton tinju, minimal nonton Chris John-lah. Nah, menurut bapak dan ibu, apa yang menyebabkan seorang petinju rela bangkit sekali lagi, meskipun sudah bonyok-bonyok mungkin mukanya, bahkan petinju itu baru saja menerima satu pukulan telak yang membuat dia jatuh terkapar di atas kanvas ring?

Saya suka tanya itu kalau lagi nonton tinju 'ngeliat satu petinju sudah kena pukul jatuh ... eh, dia bangun lagi: "Udah jatuh aja sok pake bangun lagi".

Saya kira di tengah keraguan banyak orang, petinju itu mau mempertahankan apa yang menjadi inti ayat 11 ini: dia mau mempertahankan kesungguhannya untuk bisa terus berjuang meraih kemenangan di pertandingan kali ini.

Hanya membayangkan saja, mungkin petinju yang bangkit lagi itu berkata seperti ini kepada dirinya: "Ayo bangun. Sebelum bel berbunyi di ronde terakhir, pertandingan belum usai! Satu pukulan terbaikku bisa kena ke lawan tandingku, saya masih bisa menang!"

Kita mungkin bisa terpukul jatuh dalam ronde kehidupan kita. Tapi bukan itu bagian terpentingnya. Ada soal yang jauh lebih penting diperjuangkan ketimbang merana karena jatuhnya kita di ronde kehidupan kita yang satu itu: "Butuh waktu berapa lama untuk kita bisa bangkit lagi?"

Kita masih bisa menang! Walau wasit sudah mulai menghitung KO hingga hitungan ke-8, kalau dihitungan ke-9 kita mau bangkit, kita masih bisa menang!

Dan kesungguhan kita untuk memperbaharui semangat diri, mengenali tujuan kita bertanding: "Oh ini untuk istri saya, ini untuk anak-anak kami, ini untuk keluarga kami, ini untuk jemaat kita ... ini saya lakukan karena Dia sudah berbuat baik kepada saya." Itu semua akan menentukan hasil akhirnya kita.

Modelling

Yang terakhir,

Ibrani 6:12
agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah."

Kita sama-sama tahu bahwa pengharapan punya satu musuh besar yang bernama kemustahilan. Percuma atuh kita berharap, kalau jauh di lubuk hati kita yang paling dalam, kita selalu bilang: "Itu 'gak mungkin terjadi, aku 'gak mungkin bisa.'

Kalau kita sendiri sudah bilang 'itu mustahil, gak mungkin' buat apa berharap? Cape-cape badan, pikiran ... cape-capein hati kalau udah dimentahin lagi dengan kata 'mustahil' tadi. - Bahkan sebelum masuk ring pertandingan pun kita sebenarnya sudah kalah jauh lebih awal dari sana -

Saya suka ayat 12 karena di situ Dia mengingatkan kita, bahkan seakan-akan Dia berbicara kepada kita:

"Hey .. yang punya masalah seperti kamu alami sekarang itu bukan cuma kamu doang lho (kata-Nya). Ada orang-orang lain juga yang punya pergumulan mirip dan Aku (kata-Nya) sudah memimpin mereka menjangkau dan menggapai harapan itu"

Ayat 12 berbicara tentang "penurut-penurut." Tadinya saya kira ayat ini bicara tentang: "menuruti apa kata Dia, mendengarkan apa yang dikatakan oleh-Nya." Akan tetapi, ternyata sepertinya bukan itu maksudnya.

Di dalam Alkitab kita bertemu dengan banyak janji Dia kepada kita, dan jangan lupa juga bahwa di dalam Alkitab pula kita bertemu dengan 'mereka', orang-orang yang telah menerima janji Dia itu nyata dalam kehidupan mereka.

Dan disitulah makna dari kata "penurut-penurut" itu,
  • Raihlah semangat dengan mengikuti jejak yang telah mereka lalui: dengarkan kisah mereka, kenali apa yang membuat mereka akhirnya mampu menjangkau pengharapan-pengharapan mereka.
  • Teladani sikap mereka: sikap iman mereka, sikap sabar mereka. Hadirkan itu juga dalam perjalanan kita menempuh Jalan Pengharapan kita hari ini.
Dalam dunia psikologi pendidikan (kalau tidak salah) hal ini di sebut sebagai 'model'. Mencari kekuatan melalui kesaksian iman orang lain yang telah mengalami kebaikan-kebaikan Dia itu.

Ada satu teman yang masih kuliah di Akademi Kebidanan, dan dia pernah menulis di status FB nya tentang ayat yang menguatkan dia dalam meraih pengharapan dia,

Keluaran 1:20-21
"Maka Allah berbuat baik kepada bidan-bidan itu; bertambah banyaklah bangsa itu dan sangat berlipat ganda. Dan karena bidan-bidan itu takut akan Allah, maka Ia membuat mereka rumah tangga."

Kemudian teman saya itu menambahkan statusnya begini:
"ayat yg slalu buat aq optimis untk mendapatkan gelar AM. Keb."

Apa yang sedang teman kita lakukan? Menyemangati dirinya untuk menjangkau satu pengharapan dalam hidupnya itu melalui kesaksian bidan-bidan di Mesir ribuan tahun yang lalu.

Semoga pengharapan kita tetap memiliki labuhan yang kuat dalam hati dan pikiran kita, sampai akhirnya ... Janji-Nya itu nyata dalam kehidupan kita.

"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu" (Markus 11:24)

Kata harapan aku tafsirkan sebagai iman, dan memang harapan tidak lain adalah keteguhan iman. (John Calvin)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>