Yohanes 20:24-29 | Menutup Diri

Renungan Khotbah Tafsir Yohanes 20:24-29 Cukup beranikah kita menyambut tawaran-Nya itu? Cukup beranikah diri kita untuk mempercayai Dia?
Yohanes 20:24-29

Menutup Diri — Dalam sebuah kebakaran yang hebat, seorang bapak menderita luka bakar yang sangat parah. Kebakaran itu telah membuat hampir seluruh tubuhnya rusak, termasuk wajahnya.

Setelah melewati masa-masa krisis nya di RS, bapak itu pun kembali pulang ke keluarganya. Akan tetapi, betapa marahnya dan kecewanya dia melihat dirinya yang sekarang.

Buat dia sekarang, dengan kondisi tubuh yang serusak itu, tidak ada lagi percaya diri, tidak ada lagi harapan. Akhirnya dia memutuskan untuk mengurung dirinya sendirian di sebuah kamar yang terkunci rapat.

Ternyata yang terpukul sedih bukan hanya si bapak itu sendiri, melainkan juga anak-anaknya dan terlebih istrinya. Sang istri sudah berulang kali membujuk agar suaminya itu bisa kuat, bisa melanjutkan kehidupan keluarga mereka lagi.

Tapi sia-sia. Sang suami tetap menutup diri di dalam kamar yang terkunci rapat itu.

Karena sudah tidak tahu harus bagaimana lagi meyakinkan suaminya itu, sang istri pun memutuskan untuk mendatangi seorang dokter ahli bedah: Dr. Maxwell Maltz.

Dia ceritakan semuanya tentang sang suami kepada dokter itu dan kemudian dokter Maltz berkata kepada si ibu: "Baik, mari kita datang dan menemui suami ibu, luka bakar itu pasti bisa di operasi plastik."

Mendengar tawaran dokter itu, si ibu itu pun berkata: "Dokter salah mengerti dengan maksud kedatangan saya ke sini."

Dokter agak terkejut: "Maksud ibu apa?"

"Sudah saya katakan kalau saya sudah membujuk suami saya tapi tetap saja sia-sia. Itu saya, istrinya sendiri, apalagi dokter, seseorang yang sama sekali asing buat suami saya. Mana mungkin mau dia." Kata sang ibu.

"Jadi harus bagaimana saya bisa membantu?" dokter mulai kebingungan.

"Saya datang ke sini untuk meminta tolong kepada dokter untuk merusak wajah saya. Tolong operasi wajah saya supaya jadi rusak seperti orang yang terbakar. Sebab tinggal cara itu yang bisa saya lakukan supaya saya bisa mendekati suami saya dan membuat dia tidak malu dengan keadaannya yang terluka bakar sekarang ...

Sebab nanti suami saya pun akan melihat wajah saya yang telah rusak terbakar. Saya ingin merasakan kesedihannya, saya ingin dia tidak lagi malu menemui saya dengan wajah saya yang nanti menjadi sama rusak seperti wajahnya."

Menghadapi Pergumulan

Selalu, kalau saya mengingat cerita tentang kasih ibu ini kepada suaminya: "Wuihhh, betapa beruntungnya suami itu memiliki istri yang sangat teramat mengasihi dia, setia kepadanya bahkan rela melakukan apa saja untuk menunjukkan bahwa dia (istrinya itu) sesayang itu kepada suaminya.

Hari ini, kabar baik yang mau diingatkan kepada kita semua adalah: bapak, ibu, teman-teman dan saya.

Kita semua juga seberuntung itu mengenal Dia yang sangat teramat mengasihi kehidupan kita. Dan untuk membuktikan dan menunjukkan kasih-Nya yang sangat besar itu kepada kita, Dia rela melakukan apa saja buat kehidupan kita!

Makanya beberapa minggu yang lalu kita larut dalam sukacita Paska.Sebab Paska adalah puncak pernyataan kasih Dia untuk kita.

Persoalannya adalah, tepat seperti yang dialami oleh si suami yang menderita luka bakar itu, ketika satu peristiwa yang tidak kita ingini, katakanlah satu peristiwa buruk, terjadi dalam kehidupan kita dan itu semua membuat kita terluka, sedih, kecewa, marah.

Biasanya kita menjadi kesulitan dalam memahami cinta kasih Dia, maksud Dia, rencanya-Nya yang katanya "baik" itu, dalam kehidupan kita.
- kalau Dia memang sayang sama saya ...
- kalau Dia memang peduli sama saya ...
- kalau memang Dia katanya punya kuasa ... Kenapa?

Kenapa sampai sekarang saya masih pengangguran gini? Kenapa sampai sekarang keluarga saya 'gak damai-damai, ribut terus? Kenapa sampai sekarang masih menunggu? siapa orangnya Tuhan, yang mana, di mana, kapan, sampai kapan?

Beberapa orang yang bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan seperti itu bisa jadi mengalami apa yang dilakukan oleh si suami yang terluka bakar tadi.

Mereka menutup diri mereka, mereka mengunci diri mereka sendiri di temapt di mana mereka bisa semakin menenggelamkan diri mereka dalam rasa marah, duka, kecewa, sedih, semua beban yang ada di pundak mereka saat itu.

Murid-murid-Nya mengalami hal yang seperti itu.

Yohanes 20:24-29
Yesus menampakkan diri kepada Tomas
20:24 Tetapi Tomas, seorang dari kedua belas murid itu, yang disebut Didimus, tidak ada bersama-sama mereka, ketika Yesus datang ke situ.
20:25 Maka kata murid-murid yang lain itu kepadanya: "Kami telah melihat Tuhan!" Tetapi Tomas berkata kepada mereka: "Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidak akan percaya."
20:26 Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu dan Tomas bersama-sama dengan mereka. Sementara pintu-pintu terkunci, Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"
20:27 Kemudian Ia berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambung-Ku dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah."
20:28 Tomas menjawab Dia: "Ya Tuhanku dan Allahku!"
20:29 Kata Yesus kepadanya: "Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya."
Mereka begitu takut menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan mereka dahulu terhadap Dia yang selalu mereka banggakan dan tinggikan itu.

Sehingga ketika kejadian nya berjalan tidak seperti apa yang mereka bayangkan dan pikirkan, mereka tidak siap menerima kenyataan.

Itulah sebabnya mereka mengunci diri mereka dalam satu kamar yang tertutup rapat. Takut-takut orang-orang yang mencari mereka pada waktu itu, mengetahui keberadaan mereka.

Mungkin kita bertanya: "Apa memang kejadiannya begitu? Murid-murid sama sekali tidak pernah keluar dari kamar yang sekarang ini mereka kunci rapat-rapat itu?"

Kalau kita kepikiran sampai ke sana, ada satu pertanyaan saya: "Apa bedanya mereka jika sesewaktu mereka keluar dari kamar yang mereka kunci rapat itu kemudian bertemu dengan orang-orang lain dengan keadaan mereka yang sekarang: yang benar-benar sedang mengunci diri, menutup diri dari kehadiran orang-orang lainnya?"

Di luar mereka bertemu dengan orang lain, akan tetapi tetap saja mereka merasakan keterasingan, sendirian. Ketakutan yang sama, kekecewaan yang sama. Apa bedanya kalau begitu? Sama saja.

Ingat pengalaman Petrus yang menyangkal Yesus 3 kali. Petrus memang bertemu dengan banyak orang, tapi apa yang terjadi? Petrus tidak jauh beda dengan murid-murid yang saat ini sedang mengunci diri mereka di dalam kamar yang tertutup.

Hari ini, saya membawa 2 kabar buat kita: kabar buruk dan kabar baik.

Kabar Buruk

Kabar buruknya adalah setiap kita bisa memilih jalan 'menutup diri' dalam menghadapi beban-beban yang terjadi dalam kehidupan kita hari ini.

Seseorang bisa memilih untuk terus berkubang dan membuat dirinya terlena dalam kesedihan, kekecewaan, kemarahan akan sesuatu yang menurutnya sama sekali tidak mengenakkan. Bila ini terjadi, derita tanpa akhir.

Akan tetapi, bersyukur kita semua memiliki pilihan yang lain.

Kabar Baik

Kabar baiknya adalah, meskipun sama seperti para murid, atau si suami yang terluka bakar tadi, kita pun bisa terjatuh dalam pilihan jalan 'menutup diri' ....

Allah, sama seperti sang istri tadi, selalu memikirkan cara untuk bisa menemui kita dan membangkitkan semangat hidup kita kembali!

Yohanes 20:26
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu ... Sementara pintu-pintu terkunci, ... Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Apa yang terjadi? Dia yang selalu bisa menemukan diri kita, ketika kita 'bersembunyi,' bahkan di tempat yang paling rapat, paling gelap sekalipun ... Dia berjuang untuk menjumpai diri kita.

Anda dan saya tidak bisa lari dari hadapan-Nya. Dia akan menemukan diri kita!

Tapi bukan, ...

Bukan seperti orang-orang yang menertawakan kesedihan kita, mensyukuri kegagalan-kegagalan kita.

Bukan pula seperti orang yang sok tahu yang ketika datang berlaku layaknya hakim yang men-'judge' hidup kita seakan-akan mereka tahu apa yang kita rasakan.

Dia tidak akan melakukan hal itu kepada kita.

Dia datang sebagai seorang sahabat. Sahabat yang mengerti apa yang kita butuhkan dalam keadaan 'paling berat'dalam kehidupan kita waktu itu. Dia datang untuk menawarkan Damai Sejahtera-Nya tinggal diam dalam hidup kita, hati kita, pikiran kita.

Yohanes 20:26
Delapan hari kemudian murid-murid Yesus berada kembali dalam rumah itu ... Sementara pintu-pintu terkunci, ... Yesus datang dan Ia berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: "Damai sejahtera bagi kamu!"

Cukup beranikah diri kita menyambut tawaran-Nya itu? Cukup beranikah diri kita untuk mempercayai Dia?

"Meskipun benar peristiwa itu sedemikian menyakitkan, sedemikian buruk. Akan tetapi aku tidak mau larut dalam kesedihan, kemarahan, kekecewaan yang teramat sangat. Sebab hari ini aku memilih untuk mempercayai Dia, menyambut Damai Sejahtera yang telah diberikan-Nya itu tinggal dan diam dalam hati dan pikiranku hari ini, besok dan selamanya!"

Bukankah rasa 'damai sejahtera' di hati dan pikran adalah modal kita untuk melanjutkan perjalanan? Dan perjalanan masih panjang. Ibarat komputer, 'damai sejahtera' itu seperti kipas angin kecil yang ada di dalam kotak CPU komputer itu, yang punya fungsi mendinginkan CPU itu supaya komputernya bisa tetap hidup - nyala.

Rasa damai sejahtera itu kita butuhkan supaya kita tetap mampu melanjutkan perjalanan hdiup kita dan akhirnya bisa menemukan semua berkat-Nya yang mungkin saat ini masih berada di luar jangkauan pikiran kita.

"Jika aku berkata: "Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam, maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang" (Mazmur 139:11-12)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>