Yohanes 21:1-14 | Seperti Dahulu Lagi?

Renungan Khotbah Tafsir Yohanes 21:1-14 Dulu sudah meninggalkan menjala ikan untuk menjala manusia; Sekarang kembali lagi pada kebiasaan lama.
menjala ikan

Seperti Dahulu Lagi? — Membaca perikop kita hari ini, tentang para murid yang sedang menjala ikan di danau Tiberias; Ada satu kejadian yang menarik, dan para murid berhasil melewati ‘ujian’ itu dengan sempurna (menurut saya). Yaitu ketika Yesus memanggil mereka: "Hai anak-anak ..." (Yohanes 21:5).

Kata, anak-anak, yang digunakan dalam Yohanes 21:5 datang dari kata Yunani: Παιδία - Paidia, yang artinya secara harafiah adalah "anak yang masih di bawah umur," sekitar umur 7 tahun atau lebih kecil lagi. - Bandingkan dengan penggunaan kata παῖς - pais untuk menunjuk pada anak yang sudah semakin beranjak dewasa.

Pasti terbayangkan apa jadinya bila zaman sekarang ada seorang bapak-bapak umur 33 tahun yang memanggil bapak yang lainnya (yang mungkin usianya lebih tua), anak-anak. "Yee ... memang sejak kapan emak gue kawin sama loe," atau "emang gue bocah apa dibilang anak-anak."

Kita tidak tahu alasan Yesus kenapa Dia panggil mereka anak-anak, mungkin karena Yesus merasa dekat dengan mereka. Akan tetapi bukankah pada waktu itu, para murid sama sekali belum mengenali siapa yang memanggil mereka "anak-anak" itu (para murid baru ngeuh, sadar itu Yesus di Matius 21:7)

Bagi saya, respon murid-murid pada waktu itu dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Yohanes 21:1-14, (yang menjawab Yesus tetap dengan sopan – Yohanes 21:5), itu hebat!

Sebab ada kesempatan di situ mereka bisa merasa ‘direndahkan’, disepelekan’, ‘di sok kenal – sok deket in’ sama ‘seseorang yang belum mereka kenal’, tapi mereka ternyata sama sekali tidak mempersoalkan hal itu.
Yohanes 21:1-14
Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias
21:1 Kemudian Yesus menampakkan diri lagi kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias dan Ia menampakkan diri sebagai berikut.
21:2 Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
21:3 Kata Simon Petrus kepada mereka: "Aku pergi menangkap ikan." Kata mereka kepadanya: "Kami pergi juga dengan engkau." Mereka berangkat lalu naik ke perahu, tetapi malam itu mereka tidak menangkap apa-apa.
21:4 Ketika hari mulai siang, Yesus berdiri di pantai; akan tetapi murid-murid itu tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus.
21:5 Kata Yesus kepada mereka: "Hai anak-anak, adakah kamu mempunyai lauk-pauk?" Jawab mereka: "Tidak ada."
21:6 Maka kata Yesus kepada mereka: "Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka akan kamu peroleh." Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya lagi karena banyaknya ikan.
21:7 Maka murid yang dikasihi Yesus itu berkata kepada Petrus: "Itu Tuhan." Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau.
21:8 Murid-murid yang lain datang dengan perahu karena mereka tidak jauh dari darat, hanya kira-kira dua ratus hasta saja dan mereka menghela jala yang penuh ikan itu.
21:9 Ketika mereka tiba di darat, mereka melihat api arang dan di atasnya ikan dan roti.
21:10 Kata Yesus kepada mereka: "Bawalah beberapa ikan, yang baru kamu tangkap itu."
21:11 Simon Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan besar: seratus lima puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak.
21:12 Kata Yesus kepada mereka: "Marilah dan sarapanlah." Tidak ada di antara murid-murid itu yang berani bertanya kepada-Nya: "Siapakah Engkau?" Sebab mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan.
21:13 Yesus maju ke depan, mengambil roti dan memberikannya kepada mereka, demikian juga ikan itu.
21:14 Itulah ketiga kalinya Yesus menampakkan diri kepada murid-murid-Nya sesudah Ia bangkit dari antara orang mati.
Pertanyaannya adalah kenapa murid-murid sama sekali ‘tidak mempermasalahkan hal itu (sapaan ‘anak-anak’ kepada mereka)?

Biasanya seseorang tidak akan mempermasalahkan masalah-masalah "sepele" macam itu bila, di dalam diri mereka, ada masalah yang jauh lebih besar, yang mengganggu pikiran mereka. Benerkan.

Masalah terbesar yang dialami oleh murid-murid pada waktu itu adalah: Yesus yang sudah tiada, yang kabarnya sekarang sedang simpang siur. Ada yang bilang mayat Yesus dicuri orang, tapi ada juga yang bilang bahwa diantara teman mereka ada yang bertemu dengan "penampakan Yesus". Jadi mumet ruwet semuanya.

Hal yang mau kita cermati bersama hari ini, dan ini menarik, adalah:

Seperti Dahulu Lagi?

Pertama, mari kita memerhatikan bagaimana kehidupan mereka setelah tidak lagi bersama-sama dengan Yesus. Bagai anak-anak ayam kehilangan induknya.

Tapi lebih dari itu, mari kita lihat apa yang kembali mereka lakukan. Dari yang dahulu sudah meninggalkan menjala ikan untuk "menjala manusia" (Lukas 5:10); Sekarang, setelah Yesus gak ada, para murid ternyata "kembali kepada kebiasaan mereka yang lama." (Yohanes 21:3).

Godaan terbesar ketika masalah datang, pergumulan datang, salah satunya adalah tepat seperti apa yang dilakukan oleh para murid. Hari ini kita berkata, "Tuhan aku mau ikut Tuhan, tinggalin kebiasaan ‘nilep uang kantor mulai sekarang."

Seminggu kemudian, "Tuhan, kok rasanya kurang ya uang saya untuk kebutuhan sehari-hari. Hmmm, kalo gini mah mending ..."

Ubah Pendekatannya

Kedua, ada seorang anggota jemaat yang menafsirkan ayat 6 dengan sangat menarik. Dia menafsirkan ayat itu dengan satu kalimat. "Kalau tidak dapat ikan dengan menebar jala ke sebelah kiri, Yesus katakan, "Ubah arahnya!"

Coba tebarkan jalamu di sebelah kanan! Apa yang dilakukan Yesus ketika melihat anak-anak-Nya kesusahan? Yesus memberikan arahan, Yesus menunjukkan "kemungkinan solusi" di mana mereka pada akhirnya bisa menemukan apa yang menjadi pencarian mereka saat itu.

Kembali Bersemangat Bersama Yesus

Ketiga, lihat bagaimana bersemangatnya Petrus yang pada akhirnya mengenali bahwa orang yang menyapa mereka "anak-anak" dan yang telah memberikan mereka petunjuk untuk mengubah arah jala mereka adalah Yesus.

Yohanes 21:7
"Ketika Petrus mendengar, bahwa itu adalah Tuhan, maka ia mengenakan pakaiannya, sebab ia tidak berpakaian, lalu terjun ke dalam danau."

Untungnya para murid yang lain yang melihat Petrus senekat itu tidak ada yang teriak, "Hati-hati 'Pet, jangan sampai kamu kelelep lagi seperti waktu dulu itu!"

Memang jarak antara kapal mereka dengan pantai tidak sedekat yang kita bayangkan, 200 hasta (60 meter) jauhnya. Tapi, ya itulah bentuk semangatnya Petrus setelah mengetahui Tuhan ada, Tuhan hadir, Tuhan benar-benar bangkit.

Hari ini, setelah sekian lama kita berjalan dengan Dia, mengenal tindak-tanduk-Nya yang rindu untuk membawa kita pada segala sesuatu yang baik menurut-Nya itu (Roma 8:28), adakah kita juga se-semangat itu dalam menyikapi segala keadaan yang terjadi dalam kehidupan kita?

Ataukah satu persoalan yang datang bisa membuat kita kembali kepada "manusia lama" kita? Yang bahkan sampai sekarang masih kita perjuangkan untuk melepaskan bagian-bagian dari sifat dan sikap "manusia lama" itu?

Pengalaman para murid, ketika mereka menyadari kehadiran Tuhan, bahwa Dia Ada; Wow, bukan saja mereka akhirnya benar-benar meninggalkan kebiasaan lama mereka; Tapi lebih dari itu, mereka rela melakukan apa saja untuk menyampaikan kabar baik tentang Tuhan sampai ke ujung dunia.

Makanya kalau kita lihat lembar selanjutnya dalam Alkitab kita, kita akan menemukan kitab Kisah Para Rasul. Kisah di mana para murid Yesus semangatnya "meledak" untuk memberitakan Injil Yesus Kristus.

Bagaimana dengan kelanjutan kitab kisah hidup kita?

Allah menulis dengan pena yang tidak pernah buruk kualitas tintanya. Berbicara dengan lidah yang tidak pernah keseleo. Bertindak dengan tangan yang tidak pernah gagal. (Spurgeon)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>