Yohanes 5:30-36 | Disuruh dan Diutus

Renungan Khotbah Tafsir Yohanes 5:30-36 Masalahnya bukan kita tidak tahu apa yang Tuhan suruh dan Tuhan utus bagi kita.
Yohanes 5:30-36

Disuruh dan Diutus — Seorang anak kecil mengambil secarik kertas dan mulai menuliskan sesuatu untuk ibunya.

Mama, tadi pagi mama pesen sama aku supaya aku bisa bantuin mama di rumah ... sekarang aku dah selesai mah :D ini dia yang aku kerjain untuk bantuin mama:

Nyapu-nyapu rumah : Rp. 10.000
Cuci piring : Rp. 5.000
Beresin kamar : Rp. 5.000
Ngepel : Rp. 15.000
Cuci mobil papa : Rp. 25.000
TOTAL : RP 50.000,-

With love,
Anakmu yang paling manis

Ah, apa jadinya bila semua orang berpikir sama seperti yang dipikirkan anak kecil ini? Mengerjakan sesuatu dengan mengharapkan sesuatu sebagai balasannya.
Yohanes 5:30-36
Kesaksian Yesus tentang diriNya
5:30 Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
5:31 Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar;
5:32 ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar.
5:33 Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran;
5:34 tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan.
5:35 Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu.
5:36 Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.
Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini Yesus tahu betul apa makna perkataan, "segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Ku kerjakan sekarang ... bahwa Bapa yang mengutus Aku."

Lihat saja dalam perikop-perikop selanjutnya (misalnya: pasal 6, 7 dan 8) atau lebih jauh lagi. Lihat saja apa yang dihadapi oleh Yesus dalam mengemban tugas pengutusan Bapa-Nya itu: tentangan, cacian, makian, penolakan bahkan Salib!

Yesus bisa saja undur dari perjuangannya dalam merespon tugas perutusan Bapa kepada-Nya itu. Akan tetapi, toh Yesus tetap mengatakan dalam ayat 36, "Pekerjaan itu juga yang Aku kerjakan sekarang."

Meskipun banyak tantangan, kesimpulan yang bisa kita ambil dalam kehidupan Yesus adalah Dia tetap mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab-Nya untuk melakukan apa yang menjadi kehendak Bapa-Nya.

Disuruh dan Diutus

Yesus telah melakukan apa yang harus ia kerjakan dengan baik untuk kita. Dia mau bertindak, Dia mau mengorbankan diri, Dia mau menyelamatkan kita.

Sekarang yang menjadi perenungan kita adalah – Tuhan pun menyuruh dan mengutus kita di dalam dunia ini untuk melakukan sesuatu. Bukankah sewaktu kita membaca Alkitab kita akan menemukan Kerinduan Allah Bapa kita supaya kita pun menjawab panggilannya itu?

Masalah yang kita hadapi sekarang ini adalah bukannya kita tidak mengetahui apa yang harus kita kerjakan bagi Tuhan. Oh, pasti kita semua tahu jelas tentang hal itu. Masalahnya adalah mau atau tidak mau.

Jadi, apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita dari Tuhan?

Atau mungkin memang ada juga orang-orang di luar sana yang menjawab tugas dan perutusan Tuhan kepada dirinya itu dengan mental seperti anak kecil yang meminta timbal balik kepada Tuhan?

Tuhan aku kan sudah melakukan ini dan itu, tapi kenapa Tuhan tidak melakukan apa yang aku minta, satu saja tentang hal itu? Itu kan yang membuat seseorang perlahan tapi pasti, semakin undur dari upaya menjawab menjawab tugas dan pengutusan Tuhan.

Adakah contoh-contoh lain yang bisa membuat seseorang menjadi acuh tak acuh dengan "Suruhan" (baca: Tugas) dan Pengutusan yang telah diberikan Tuhan kepadanya itu?

Masih ingat cerita tentang anak kecil yang menulis surat kepada ibunya di awal renungan kita tadi? Ada kelanjutannya lho. Sekarang sang Ibu yang menulis surat balik kepada anaknya itu.

Anakku tersayang,

Mama juga punya sesuatu yang bisa kamu pikirkan sekarang:

Membeli susu sewaktu kamu masih bayi selama .... Rp. 0 -
Membiayai sekolah kamu sampai sekarang .... Rp. 0 -
Mencuci baju kamu sewaktu kamu masih bayi .... Rp. 0

Mama tidak pernah meminta kamu mengganti semua uang yang sudah mama berikan untuk kamu. Karena kamu tahu bahwa Mama sayang sama kamu dengan sepenuh hati Mama.

Bagaimana rasanya ya apabila Tuhan juga mengirimkan surat yang sama kepada kita, tentu dengan isi yang berbeda:

Pengampunan : Gratis ...
Keselamatan : Gratis ...
dll.

Don’t bother to give God instructions; just report for duty. (Corrie ten Boom)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>