Ester 4:10-17 | Tak Berdaya

Renungan Khotbah Tafsir Ester 4:10-17 Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku?
Ester 4:10-17

Tak Berdaya — Hari ini kita mau berbicara tentang keberanian untuk melawan ketidakadilan. Kalau sudah ngomong soal ketidakadilan, wuihh, zaman makin modern, bentuk-bentuk ketidakadilan juga kayaknya jadi semakin aneh dan semakin lucu.

Saya kemarin mencoba cari di internet ada gak ya contoh tentang ini dan akhirnya ketemu dengan satu peristiwa lucu ini:

Kamis tanggal 12 Juli yang lalu, di Tasikmalaya, ada dua bocah umur 13-an tahun yang dibawa ke pengadilan dengan tuduhan telah mencuri dua ekor anak ayam milik tetangganya. Dituntut berapa tahun? Tujuh tahun! Kemudian oleh hakim di vonis 3,5 tahun.

Ah, yang benar saja! Tiga setengah tahun untuk nyolong anak ayam? Lucu sekali. Sedangkan mereka-mereka yang udah jelas merugikan Negara karena korupsi, berapa tahun hukuman? Satu? Dua tahun?

Belum lagi di tambah izin keluar untuk makan di mall, izin untuk nonton pertandingan tenis di luar negeri. Aneh! Memang lucu nih hukum di negeri kita ini!

Dan contoh tadi, baru satu cerita tentang kelucuan yang ada di negeri kita ini, di antara banyak cerita lucu lainnya!

Kalau memang ketidakadilan sedang terjadi dalam kehidupan kita sekarang ini, bukankah ide untuk melawan ketidakadilan menjadi ide yang terbaik?

Tapi biasanya seseorang akan kembali bertanya kepada dirinya sendiri-sendiri ...

"Mau melawan ketidakadilan? Memang punya daya apa, punya kekuatan apa saya sekarang ini? Saya gak punya daya dan kekuatan apa-apa untuk bisa melawan ketidakadilan yang sedang terjadi sekarang ini!"

Ester dan Mordhekai sebagai orang Yahudi yang hidup di negeri asing merasakan dan menyadari betul apa artinya perasaan tidak berdaya melawan ketidakadilan yang terjadi waktu itu.

Ester 3:8-9a
Maka sembah Haman kepada raja Ahasyweros: "Ada suatu bangsa yang hidup tercerai-berai dan terasing di antara bangsa-bangsa di dalam seluruh daerah kerajaan tuanku, dan hukum mereka berlainan dengan hukum segala bangsa, dan hukum raja tidak dilakukan mereka, sehingga tidak patut bagi raja membiarkan mereka leluasa. Jikalau baik pada pemandangan raja, hendaklah dikeluarkan surat titah untuk membinasakan mereka;

Kebijakan pemerintah yang sama sekali memberatkan rakyatnya yang beragama Yahudi. Di suruh nyembah raja, orang Yahudi mana mau. Itu melanggar perintah Tuhan (jangan sujud menyembah apapun juga).

Itu sama saja misalnya (walaupun tetap gak sama juga sih) seperti misalnya, tiba-tiba pemerintah ambil kebijakan untuk mengubah hari Minggu dari hari libur menjadi hari kerja. Ya gimana atuh orang Kristen ibadahnya?

Ketidakadilan yang muncul karena kebijakan pemerintah yang tidak peka terhadap kebutuhan dan perasaan rakyatnya.

Kemudian berujung pada niat jahat untuk menghancurkan: genoside (pemusnahan satu bangsa). Itu yang dihadapi oleh Mordekhai, Ester dan seluruh bangsa Yahudi pada waktu itu: ancaman genoside.

Hari ini, apabila ketidakadilan juga sedang terjadi dalam kehidupan kita, hal-hal yang tidak masuk akal sedang terjadi dalam hidup kita, apa yang akan kita perbuat?

Belajar dari perikop kita hari ini Ester 4:10-17, paling tidak kita bisa menemukan ada 3 hal yang bisa kita pelajari ketika berhadapan dengan sebuah ketidakadilan.

Tidak Berdiam Diri

Belajar untuk tetap melakukan sesuatu yang bisa kita lakukan untuk menghadirkan keadilan.

Itu yang dilakukan oleh Mordekhai. Dia tidak diam, tapi juga dia tidak melakukan tindakan-tindakan bodoh: menggerakkan seluruh orang Yahudi untuk berontak ke pemerintah Persia waktu itu. Itu tindakan bodoh. Sama aja cari mati lebih cepat!

Apalah daya orang Yahudi pada waktu itu. Tak punya daya apa-apa mereka untuk menyuarakan suara yang mereka miliki waktu itu untuk membela diri mereka.

Tapi toh Mordekhai tetap melakukan sesuatu.

Dia datang kepada Ester yang dipandangnya punya daya lebih untuk memperjuangkan keadilan itu. Walaupun sebenarnya Ester pun tidak kalah tak berdayanya di hadapan hukum raja Ahasyweros waktu itu, salah-salah Ester bisa mati.

Mungkin hari ini, bapak, ibu, teman-teman muda ... kita semua adalah figur-figur Ester di zaman modern yang ditempatkan oleh Tuhan untuk memperjuangkan kehadiran rasa damai, adil, tenteram, sukacita, di tengah kehidupan kita. Di keluarga, jemaat, di dalam kehidupan keseharian kita.

Dan pasti ada yang salah, kalau misalnya bapak di rumah sukacita, tapi ibu dan anak-anak cemberutan aja di rumah.

Ibu gembira seneng-seneng belanja sana-sini, tapi bapak stress di rumah, anak-anak tertekan dirumah.

Anak-anak foya-foya dan gak sadar atau malah gak mau tahu bahwa bokap nyokap mereka itu sampai nangis dara cari duitnya.

Bukan! Bukan yang seperti ini yang kita cari dalam hidup kita.

Kita berjuang supaya kita sama-sama! Sama-sama merasakan damai, sukacita, adil. Bahkan kalau berduka pun kita sama-sama, saling menguatkan satu sama lain.

Berserah Total

Belajar untuk menyerahkan diri secara total kepada Tuhan.

Percaya bahwa pembelaan Tuhan itu … jalan keselamatan yang dari Tuhan itu tidak pernah datang terlambat. Tuhan bisa menunjukkan kuasa-Nya, pembelaan-Nya dan jalan keselamatan-Nya bagi kita. Melalui siapapun, melalui apapun tepat di saat yang paling kita butuhkan.

Saya ada cerita. Sepertinya ini kisah nyata, terjadi di kala perang dunia ke II.

Seorang prajurit, seorang diri dia dikejar-kejar oleh tentara musuh. Dia lari dan masuk ke hutan untuk bersembunyi. Dia sangat ketakutan karena menyadari bahwa tentara musuh yang banyak itu tidak jauh ada di belakang dia.

Kemudian dia melihat ada beberapa gua di tempat itu dan akhirnya dia memutuskan untuk bersembunyi di dalam salah satu goa itu.

Di dalam goa, dia terus menerus berdoa ke Tuhan supaya Tuhan menolong dan menyelamatkan dia dari kejaran tentara musuh.

Selagi dia berdoa, tepat di depan pintu masuk doa itu ada beberapa laba-laba yang mulai merajut jaring-jaringnya tepat di depan pintu goa.

"Ah Tuhan, yang benar saja! Aku butuh pertolongan-Mu, masak Engkau kirim laba-laba ini?"

Tidak berapa lama kemudian tentara musuh sudah ada di dekat goa itu.

"Periksa semua tempat, cari dan temukan orang itu!" kata komandan musuh. Semua sudah di periksa, sampai akhirnya yang terakhir di goa itu. Tapi tiba-tiba sang komandan musuh itu berkata begini kepada anak buahnya:

"Sudah. Tidak usah di periksa. Dia gak mungkin ada di goa itu. Tidak mungkin ada orang yang bisa masuk ke dalam goa yang terakhir ini tanpa merusak sarang laba-laba di depan goa ini. Jadi gak mungkin orang yang kita cari ada di dalam!"

Diselamatkan oleh jaring laba-laba.

"Tuhan aku minta maaf ketika aku melihat jaring laba-laba yang sedang engkau rajut aku malah tertawa. Tapi sekarang ku lihat sendiri bahwa bahkan hanya melalui jaring laba-laba ini, bila Engkau sudah menggunakan itu sebagai alat untuk melakukan penyelamatan maka jaring laba-laba ini jauh lebih dahsyat dan kuat di banding dengan sebuah tembok persembunyian."

Kekuatan Terbesar

Belajar untuk selalu menyadari bahwa kekuatan kita yang sesungguhnya adalah bukan terletak di dalam diri kita sendiri!

Salah besar kalau kita pikir kita ini kuat!

Oh jabatan saya tinggi kok ... saya kuat!
Oh … otak saya encer kok ... saya kuat!
Oh … dekingan saya orang hebat kok ... maka saya kuat!

Omong kosong! Salah besar!

Sebab ada kalanya, ada waktunya di mana segala sesuatu yang kita anggap kuat itu ternyata sangat teramat rapuh adanya. Itu semua sama seperti kita, tak berdaya! Kena angin topan dikit aja bisa hancur.

Kekuatan yang terbesar yang kita miliki adalah dari Tuhan. Tuhan yang telah membuat kita sanggup untuk bertahan. Tuhan juga yang selalu meyakinkan diri kita untuk tidak menyerah, terus berjuang untuk membangun kehidupan kita.

Walaupun mungkin kita seringkali merasa tidak berdaya. Di saat yang tepat, dengan alat yang menurut-Nya paling mantab, Tuhan akan menunjukkan kuasa-Nya dan membuat kita berdaya meskipun dalam perasaan ketidak-berdayaan kita waktu itu.

Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi. Ia takkan membiarkan kakimu goyah, Penjagamu tidak akan terlelap. Sesungguhnya tidak terlelap dan tidak tertidur Penjaga Israel. Tuhanlah Penjagamu, Tuhanlah naunganmu di sebelah tangan kananmu. Matahari tidak menyakiti engkau pada waktu siang, atau bulan pada waktu malam. TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan; Ia akan menjaga nyawamu. TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya.

Jadilah seperti dua orang penjala ikan yang terperangkap di dalam badai di tengah-tengah lautan. Yang satu berpaling kepada yang lain dan bertanya, “Sebaiknya kita berdoa atau mengayuh?” Rekannya kemudian menanggapi, “Marilah kita melakukan kedua-duanya.” (John L. Mason, An Enemy Called Average, 24)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>