Yesaya 53:3-5 | Dia Menderita Supaya Aku Hidup

Yesaya 53:3-5

Dia Menderita Supaya Aku Hidup — Syalom semua, apa kabar hari ini? Bagaimana hari minggu kemarin? Seru ya, pagi atau sore kita pergi ke gereja, malamnya pada nonton Chris John dan siaran langsung sepak bola.

Saya sempet nonton tinju dan membayangkan bahwa di zaman dulu, olahraganya jauh lebih keras, sampai bunuh-bunuhan segala. Gladiator, mungkin olahraga itu jadi salah satu nenek moyangnya tinju di masa kini.

Orang Romawi pada waktu itu gemar sekali menonton pertandingan gladiator, apalagi kalau sampai ada yang mati (inget film nya kan ya "Gladiator"). Walaupun kekristenan pada waktu itu oleh kaisar Konstantinus Agung sudah jadi agama resmi negara tahun 313/325; Akan tetapi, pemahaman bahwa orang atau lebih tepatnya seorang budak itu gak ada harganya, mati aja di gelanggang gladiator, masih sangat kental.

Hingga suatu hari ada seorang rahib yang bernama Telemakhus yang tidak tahan dengan pemahaman dan budaya yang seperti itu sehingga dia memutuskan datang ke gelanggang gladiator untuk membuat satu perubahan.

Di tengah pertandingan, Telemakhus lompat masuk ke dalam arena, kemudian berusaha memisahkan para gladiator yang sedang bertarung. Dengan hanya memakai pakaian biasa, bukan baju besi. Masuk ke arena pertandingan adalah sama dengan cari mati. Dan benar saja, tak berapa lama kemudian Telemakhus terbunuh di gelanggang gladiator.

Akan tetapi, kematian Telemakhus ternyata tidak sia-sia. Beberapa orang tersentuh hatinya, termasuk sang Kaisar yang pada akhirnya melarang dilangsungkannya pertarungan para gladiator untuk selamanya.

Apa yang saya mau katakan: seringkali orang-orang baru terbuka mata, hati dan pikirannya tentang sesuatu yang terjadi dalam kehidupannya ketika melihat dan menyadari ada pengorbanan - ada tindakan kasih.

Dalam pemahaman iman kita sebagai orang percaya, bukankah hal itu yang dilakukan Tuhan untuk hidup kita. Dia melakukan sesuatu untuk membuka mata hari pikiran kita.

Pernah saya mikir gini, kenapa ya Tuhan sampai memutuskan untuk datang sendiri ke dunia ini dengan mengambil jalan penderitaan macam itu? Karena Dia sudah gak tau lagi bagaimana caranya untuk menyatakan kasih-Nya kepada kita.

Nabi, para rasul, orang-orang kudus sudah Dia kirim dalam hidup orang percaya. Tapi toh penolakan masih tetap terjadi. Akhirnya Tuhan sampai pada satu pemikiran, kalau utusan-utusan-Ku itu ditolak, maka Aku sendiri yang akan datang turun tangan. Hasilnya? Sama juga! Di tolak juga!

Akan tetapi paling tidak ada satu hal yang mau Dia tunjukkan kepada kita bahwa Dia rela melakukan apa saya, bahkan jalan penderitaan sekalipun Dia pilih hanya untuk mengatakan kepada kita bahwa Dia peduli dan Dia teramat mengasihi kehidupan kita.

Persoalannya adalah dengan semua tindakan kasih Tuhan yang sudah Dia nyatakan kepada kita itu, adakah hati kita ini tergugah, pikiran kita terbuka untuk melakukan sesuatu juga?

Kalau menurut bapak dan ibu, adakah sesuatu yang bisa kita lakukan untuk mengungkapkan syukur kita atas semua tindakan kasih Tuhan?

(1) Karena kita telah diperdamaikan oleh Tuhan, hiduplah sebagai pembawa damai.

Roma 5:10
Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!

Bapak dan ibu di BPK Gunung Mulia, ketemu orang ya segini ini setiap hari. Apabila gak damai satu dengan yang lainnya, itu sama saja dengan kita sedang membangun neraka kita sendiri.

Saya suka cara iman kita memandang hal ini: Allah yang berinisiatif, bukan kita yang berinisiatif, melainkan Tuhan terlebih dahulu. Mungkin hal ini pula yang perlu kita perjuangkan agar kehidupan kita menjadi semakin damai, makin tentram. Berinisiatif untuk menjadi pembawa damai.

(2) Karena ita diselamatkan oleh-Nya, hiduplah sebagai orang-orang yang terselamatkan.

Yesaya 53:5
Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.

Orang-orang yang sudah diselamatkan yang membuat orang-orang lain di sekitarnya juga menjadi tersadar bahwa ada Kabar Baik yang Tuhan mau sampaikan kepada mereka melalui hidup kita.

Saya kira Tuhan memberikan kepercayaan kepada bapak dan ibu di BPK Gunung Mulia sebuah kepercayaan yang luar biasa untuk berada di depan, bahkan ujung tombak pewartaan Kabar Baik dari Tuhan.

Ujung tombaknya bukan gereja, bukan pendeta. Akan tetapi bapak ibulah di sini yang menjadi ujung tombak karena baik pendeta, gereja dan semua orang percaya membaca buku-buku yang disediakan oleh BPK Gunung Mulia.

Semakin berkualitas cara kita menghayati ungkapan syukur kita dalam semua aktivitas karya dan kerja kita, maka hasil-hasil yang kita berikan kepada Tuhan dan umat-Nya pun, melalui pengadaan buku-buku kristiani berkualitas, menjadi semakin mantabs.

Bukankah itu yang jadi tantangan kita bersama hari ini?

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>