II Korintus 7:10 | Jari Kelingking untuk Tuhan

Renungan Khotbah Tafsir II Korintus 7:10 Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah berakhir pada sebuah ucapan syukur
II Korintus 7:10

Jari Kelingking untuk Tuhan — Sejarah pernah mencatat satu mahluk hidup yang sangat-sangat singkat hidupnya di dunia ini. Coba, ada yang bisa nebak gak berapa lama mahluk hidup itu hidup selama di dunia ini? Hanya 3 jam saja! Lahir, tumbuh menjadi dewasa, kawin-mawin, bertelur, mati semuanya hanya 3 jam saja.

Nama mahluk hidup itu adalah Tissa Flowers. Serangga yang pernah ada, tapi katanya sih sekarang sudah punah. Mereka hanya lahir - hidup - kawin - bertelur - mati (tiga tahun kemudian telur-telur itu menetas dan siklusnya kembali lagi seperti itu), hanya 3 jam saja hidup di dunia ini lalu mati.

Saya menceritakan kisah nyata itu karena membayangkan apa jadinya kalau hal seperti itu terjadi dalam siklus hidup manusia juga? Hanya 3 jam hidup lalu pergi meninggalkan kita. Melihat orang-orang yang ada di sekitar kita meninggalkan dunia ini dan pergi tak kembali.

Dalam berbagai hasil survey, di tinggalkan meninggal dunia orang yang ada di dekat kehidupan kita menempati urutan paling pertama dari penyebab seseorang stress berat! Dan seseorang kalau sedang mengalami streess berat, dia akan cenderung untuk mempertanyakan segala sesuatunya, termasuk mempertanyakan rencana Tuhan.

(Dalam kebaktian syukur waktu itu, ada seorang anak dari Opung yang meninggal mengatakan: "Iya benar, saya selalu bertanya kenapa Mama harus pergi sebelum saya menikah.")

Itulah sebabnya mengapa dalam ayat Alkitab yang kita baca hari ini, dibedakan antara:
a. Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah
b. Dukacita yang dari dunia.

II Korintus 7:10
Sebab dukacita menurut kehendak Allah menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan dan yang tidak akan disesalkan, tetapi dukacita yang dari dunia ini menghasilkan kematian.

Di mana bedanya?

Dukacita dari Allah

Salah satu perbedaan yang sangat mencolok ya yang sekarang ini: Dukacita yang seturut dengan kehendak Allah adalah saat di mana ada satu titik di mana kita mungkin marah, gak terima, menggugat dan tentu saja sedih. Akan tetapi, berakhir pada sebuah ucapan syukur.

Saya mau share tentang 40 hari lebih yang lalu, sewaktu opung boru meninggal dunia, saya hadir dalam kebaktian pelepasan dan mengatakan kepada keluarga 'Kalau keluarga berkenan agar kami yang dari GKP Galilea Tanjung Priok ini pun turut serta dalam menguatkan keluarga, kapan saja keluarga ingin mengadakan kebaktian penghiburan, kami dari GKP siap". (Opung Boru bukan anggota jemaat GKP Tanjung Priok, jadi yang melayani Kebaktian Pemakaman memang dari jemaat asal Opung Boru)

Saya nunggu-nunggu dari sejak hari itu, kapan nih keluarga mengundang kami untuk juga ikut ambil bagian dalam menghibur dan menguatkan keluarga (Karena anak dari Opung Boru adalah anggota jemaat GKP Galilea juga). Seminggu, dua minggu, tiga minggu. Dan ternyata hari inilah waktunya. Dan bukan lagi kebaktian penghiburan, melainkan kebaktian ucap syukur.

Kita bersyukur untuk hari ini kita mengadakan bukan lagi kebaktian penghiburan tetapi kebaktian ucap syukur. Endingnya adalah suatu pengucapan syukur atas pulangnya Opung 40 hari lebih yang lalu, ke rumah Bapa di Sorga.

Itu artinya ada pendamaian dalam diri ketika menyadari bahwa situasi kehilangan yang kita rasakan hari ini adalah yang terbaik untuk mama dan kita. Dan itu proses yang utuh waktu untuk akhirnya bisa berdamai dengan rencana Tuhan dan mengucap syukur lalu melanjutkan kehidupan dengan tenang dan sejahtera.

Dukacita dari Dunia

Bedanya dengan dukacita yang datang dari dunia ini adalah prosesnya tiada pernah berakhir.
- Kesedihan yang tiada pernah berakhir.
- Ratapan yang tiada pernah berakhir.
- Gugatan kemarahan yang tiada pernah berakhir.

Hingga dikatakan dalam ayat kita hari ini, berujung pada 'kematian'. Dia hidup tapi sebenarnya dia sedang melanjutkan hidupnya dengan 'mati'. Tak ada semangat, tak ada daya untuk menatap masa depan, tampak rusak segalanya.

Hari ini adalah hari pendamaian antara diri kita yang ditinggalkan oleh Opung Boru dengan Tuhan sang empunya Rencana itu. Mari kita bersyukur karena kita tidak lagi dalam situasi duka. Duka yang dari dunia itu tidak lagi menguasai kehidupan kita. Tetapi hari ini kita mau bersukacita karena rencana Tuhan yang tlah memanggil pulang Mama ke surga.

Tugas kita adalah melanjutkan apa yang menjadi perjuangan Mama, apa yang diimpikan Mama: tentang kita, tentang keluarga. tentang masa depan. (Dalam share, keluarga mengatakan bahwa Mama selalu berpesan bahwa anak mantu cucu nya itu harus selalu hidup rukun, jadikan rumah sebagai rumah kedamaian di tengah keluarga besar kita).

Mereka yang hidup di dalam Tuhan tidak pernah bertemu satu sama lain untuk yang terakhir kalinya. (Pepatah Jerman)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>