Kejadian 45:1-15 | Menghadapi "Banjir"

Kejadian 45:1-15

Menghadapi "Banjir" — Selamat hari minggu bagi kita semua yang sedang bergumul dengan kebanjiran. 
Jakarta kebanjiran! Kita semua kebanjiran air. Wah .. gereja pun kebanjiran. Belakang gedung gereja kita ini udah tapal batasnya ruang konsistori ... rumah oma dan opa Anis sudah kerendem, setengah betis. Depan gedung gereja, halaman gereja, pun sama ... kerendem air. Makanya hari kamis kemarin, yang seharusnya kita ada kebaktian pembukaan pelayanan tahun 2013 ... wuihhh, kosong melompong ... semua kebanjiran dan akhirnya kebaktiannya ditunda minggu ini. Jalan-jalan di sekitar kita pun hampir semua kena banjiran. Jalan Bugis? Jangan di tanya, cuma motor yang nekat yang tetep jalan dan menerobos banjir di jalan Bugis.

Ini pergumulan ... ini bencana yang kita hadapi bersama-sama. Kejadian 45:1-15 pun, sebenarnya dilatar belakangi oleh sebuah bencana.

Ayat 6:
Karena telah dua tahun ada kelaparan dalam negeri ini dan selama lima tahun lagi orang tidak akan membajak atau menuai.

Kita masih ingat ya, mimpi Firaun yang ditafsirkan oleh Yusuf dalam Kejadian 41 ... Tujuh tahun masa kelimpahan dan setelah itu akan datang tujuh tahun masa kekeringan.

Bayangkan, Yusuf diberi pengertian bahwa akan datang (belum terjadi pada waktu itu), akan datang masa 7 tahun kekeringan, gantikan 7 tahun masa kelimpahan.

Saat semua orang hidup senang - sukacita di masa 7 tahun kelimpahan itu, karena hasil panen melimpah ruah ... Yusuf yang sudah tahu dan sudah diangkat oleh Firaun menjadi tangan kanannya: mempersiapkan diri. Dibangunnyalah gudang-gudang penyimpanan bahan makanan di sepanjang 7 tahun masa kelimpahan itu. Sehingga ... ketika bangsa-bangsa lain di luar Mesir pada kebingungan setelah masa 7 tahun kelimpahan itu berganti menjadi 7 tahun masa kekeringan ... Mesir di bawah kepemimpinan Yusuf, mereka tenang-tenang saja, mereka sudah mempersiapkan diri jauh-jauh hari untuk menghadapi masa 7 tahun kekeringan itu.

Saya kira ini yang paling pertama kita ingin renungkan minggu ini: Bencana sudah di depan mata ... bahkan sudah masuk mata dan memakan korban ... dan kita perlu berpikir seperti Yusuf:

Cara berpikir Yusuf setelah diberi hikmat oleh Tuhan:
(1) Ada bencana di depan
(2) Bagaimana supaya bencana itu tidak menjadi masalah?
(3) Solusinya .... - mulai nabung makanan.
Kemarin waktu saya melihat kita, gereja kita kebanjiran ... langsung kepikiran: ini gak boleh terus-terusan terjadi seperti ini. Harus dicari solusinya. Solusinya apa? Tinggiin tanahnya, nguruk tanah. Kita butuh biaya? Ya ... maka mari kita mulai menabung untuk itu.

Bapak ibu, saya mau cerita tentang satu keluarga di Kramat. Keluarga bapak Barche Wahongan. Kawi-kawi itu, kita tau semua ... hujan 30 menit saja air di sana sudah membanjiri rumah-rumah di kawi-kawi. Sedikit lebih lama lagi hujannya, air bisa sampai ke setengah paha tingginya.

Sebelum saya pindah ke Priok, keluarga bapak Barche pernah mengadakan satu kebaktian syukur: Renovasi rumah ... termasuk didalamnya, rumah mereka itu ditinggiin. (salah satu penyebab banjir, seperti yang kita alami di priok, itu kan karena rumah kita itu lebih rendah di bandingkan tingginya jalan utama ... sehingga waktu hujan turun, air akan mengalir ke tempat yang lebih rendah .. hasilnya: kita jadi kebanjiran). 

Keluarga yang berpikir solusi.
Ketika berhadapan dengan bencana, mari kira berpikir solusi. Itu yang dilakukan oleh Yusuf, itu juga yang dilakukan oleh keluarga bapak Barche ... dan berharap itu pula yang kita pikirkan untuk ke depannya, tentang kita. Kita tentu gak mau kebanjiran terus tiap tahun kayak gini, mari berpikir solusi.

Mari kita ingat sejarah gereja kita di sini. Dulu .... banjirnya itu lebih parah dibandingkan sekarang. Dulu ... banjirnya itu masuk ke dalam gedung gereja dan menggenangi seluruh ruangan. Sekarang .... banjir gak masuk ke ruang gereja, hanya ada di luar gedung gereja. Puji Tuhan untuk itu. Dan tahun depan ... ??? 

Itu bagian pertama,
bagian kedua yang mau kita renungkan hari ini adalah ... ini yang jauh lebih sulit, karena tidak tampak dipermukaan. Kelaparan kita bisa lihat ... kebanjiran apa lagi, kita pun bisa melihat itu ... Akan tetapi, hubungan yang retak, dapatkah kita semudah itu melihatnya?

Ayat 15
Yusuf mencium semua saudaranya itu dengan mesra dan ia menangis sambil memeluk mereka. Sesudah itu barulah saudara-saudaranya bercakap-cakap dengan dia. 

Yusuf di sana sudah plong ... 
Dia sudah mengeluarkan air matanya dengan menangis keras-keras waktu itu ... dia sudah menceritakan maksud baik Allah untuk dirinya dibalik peristiwa buruk yang dulu pernah terjadi.

Yusuf sudah menemukan damai.
Tetapi saudara-saudaranya?
Saya tidak yakin mereka akan sedamai itu ketika mereka tahu bahwa yang ada di depan mata mereka saat itu, seorang penguasa besar Mesir, adalah Yusuf - saudara kandung mereka.

"Yusuf, saudaraku yang paling baik sedunia .. Puji tuhan kamu sudah sukses di Mesir ini ya"
(kalimat yang tidak mungkin berani dipikirkan atau bahkan diucapkan oleh saudara-saudara Yusuf yang melihat adik mereka itu, yang dahulu dibenci dan dikerjain habis-habisan oleh mereka. Bukankah rencana awal mereka waktu itu bukan menjual Yusuf melainkan membunuhnya? Dulu.)

Yusuf sukses mengatasi kemungkinan terjadinya bencana kebanjiran yang bisa dia pilih waktu itu: Kebanjiran dendam dan membalaskannya langsung hari itu juga dan seterusnya.

yusuf sukses mengatasi kemungkinan retaknya dan pecahnya sebuah hubungan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk saudara-saudaranya ... Yusuf belum sukses di dalam perikop kita hari ini ...

Mari kita lihat sebentar ke depan, 
Kejadian 50:15-17
Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka: "Boleh jadi Yusuf akan mendendam kita dan membalaskan sepenuhnya kepada kita segala kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya." Sebab itu mereka menyuruh menyampaikan pesan ini kepada Yusuf: "Sebelum ayahmu mati, ia telah berpesan: Beginilah harus kamu katakan kepada Yusuf: Ampunilah kiranya kesalahan saudara-saudaramu dan dosa mereka, sebab mereka telah berbuat jahat kepadamu. Maka sekarang, ampunilah kiranya kesalahan yang dibuat hamba-hamba Allah ayahmu." Lalu menangislah Yusuf, ketika orang berkata demikian kepadanya.

Yusuf sekali lagi menangis.
Kenapa Yusuf menangis sekali lagi? Karena Yusuf menyadari bahwa apa yang diucapkannya dulu, di Kejadian 45:4-5 "Mari mendekat ... janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu." ... ternyata masih menjadi beban dan tidak dipahami oleh saudara-saudaranya itu. Yusuf sudah pulih sejak Kejadian 45, saudara-saudaranya dari Kejadian 45 itu hingga Kejadian 50:15-17 .... ternyata masih retak.

Tidak akan pernah nyaman sama sekali hidup ditengah hubungan yang retak. 
Mari berjuang untuk memulihkan diri kita dan juga memulihkan diri sesama kita yang ada di sekitar kita. Itu penting untuk kita.

Memang kamu telah mereka-rekakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, 
dengan maksud melakukan seperti yang terjadi sekarang ini,

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>