II Timotius 3:14-15 | Spon Bukan Bob

Renungan Khotbah Tafsir II Timotius 3:14-15 Memberikan efek yang akan selalu dikenang oleh anak-anak kita di kemudian hari.
II Timotius 3:14-15

Spon Bukan Bob — Katanya, anak-anak di usia dini sekali, mereka adalah bak sebuah sponge yang menyerap begitu banyak hal yang mereka lihat, dengar dan rasakan.

Mari kita peragakan hal itu:

Saya bawa ini: Spon buat cuci piring.
Masukkan spon itu ke dalam mangkuk berisi air bening maka air bening itu akan terserap ke dalam spon.

Kemampuan Menyerap

Persoalannya adalah, sewaktu air bening ini dicampur dengan air kopi yang hitam ini, maka si spon ini tetap menyerap air yang sudah tidak bening itu ke dalam dirinya.

Itu dia persoalan utamanya. Bahwa anak-anak kita hanya tahu menyerap segala sesuatunya saja di usia sedini itu (usia 0-5 tahun, mungkin hingga usia remaja). Mereka belum memiliki filter untuk membedakan mana yang baik dan mana yang buruk yang seharusnya mereka serap dan ada dalam diri mereka itu.

Ini pengalaman beneran,

ada dua orang anak anggota jemaat kami yang suatu hari mereka teriak-teriak suara adzan di gereja. Lucu sekali mendengar anak kecil itu mencoba melantunkan suara adzan di gereja. Yang satu lagi, lebih keren. Dia memperagakan orang yang sedang sholat hahaha, keren sekali. Pintar sekali dua orang anak yang masih berusia di bawah lima tahun itu.

Mereka belum tahu tentang apa yang harus mereka serap dan apa yang harus mereka "abaikan" dalam kehidupan mereka.

Gigo

Orang barat lebih sadis lagi menggambarkan hal ini, mereka bilang: GIGO - Garbage In, Garbage Out! "Memasukkan sampah, maka yang keluar pun sampah". Yang lebih repotnya lagi adalah bahkan orang yang udah dewasa pun yang seharusnya bisa membedakan mana yang "sampah" dengan mana yang "berguna". Akan tetapi toh itu bukan jadi jaminan untuk tidak memilih hal-hal "sampah" itu untuk masuk ke dalam diri mereka.

Jadi apa sebetulnya yang bisa menjadi jaminan yang mungkin bisa cukup kuat untuk menengking semua "sampah" yang berserakan di dunia hari ini?

Memori

Salah satu jawabannya ada dalam bagian Alkitab yang kita baca hari ini.

2 Timotius 3:14-15
Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang telah mengajarkannya kepadamu. Ingatlah juga bahwa dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci yang dapat memberi hikmat kepadamu dan menuntun engkau kepada keselamatan oleh iman kepada Kristus Yesus.

Pengajaran yang diterima oleh si anak sejak dia masih kecil.

Saya gak kebayang kalau Timotius ketika membaca surat Rasul Paulus itu kemudian merespon dalam hatinya: "Apa yang mau di ingat dari mereka? Ibadah aja jarang, berantem mulu tiap hari bla, bla, bla (semua yang buruk-buruk)."

Saya selalu mikir gini:
Saya gak pernah lihat papa saya memukul mama saya. Maka saya pun gak punya alasan bila nanti saya punya istri dan kami ribut, tangan saya jadi ringan. (Bila saya melakukan hal itu nanti, saya dapat teladan dari mana? Wong orang tua saya gak pernah begitu pun).

Memberikan efek yang akan selalu dikenang oleh anak-anak kita di kemudian hari. Itu tugas kita sebagai orang tua.

Bagi seorang anak, orangtuanya mewakili kehidupan di dunia ini. Dia percaya bahwa cara yang ditunjukkan orang tua mereka dalam mengerjakan segala sesuatu adalah benar dan layak ditiru. (M. Scott Peck)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>