Pekan Keluarga Galilea IX - HUT GKP "Galilea" Jemaat Tanjung Priok, 5 Juli 2014

 
Senin, 14 Juli 2914 
Are We Growing Up or Just Getting Older?
(Apakah kita bertumbuh semakin dewasa atau hanya 'nambah umur doang?)

1 Korintus 13:11

Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak, aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak. Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Selamat Ulang Tahun bagi kita semua, jemaat Tuhan di Galilea Tanjung Priok! Aw, kita sekarang umurnya sudah 9 tahun lho .... hmmmm kita bukan lagi seumuran anak TK, jika mau dianalogikan dengan tumbuh kembang usia manusia, tetapi kita ini sudah mau naik kelas 3 atau 4 SD.

Tentu antara anak TK dengan anak kelas 3 atau 4 SD, ada perbedaan karakternya. Salah satu yang menonjol adalah anak TK masih suka dianterin kalau ke sekolah oleh mamanya, tetapi anak yang udah kelas 4? ... mana mau lagi dianterin orang tuanya ke sekolah? Malu atuh mereka :) - jadi teringat dulu, saya itu cuma dianterin mama ke sekolah waktu kelas 1 SD, itu cuma satu minggu doang.
Tanpa harus mengetahui teori-teori para ahli tentang perkembangan umur manusia, kita semua tahu bahwa sejatinya semua orang yang semakin nambah umur, seharusnya semakin tampak kedewasaannya, baik dalam ciri fisiknya (secara gender) maupun dari perkembangan pikiran (kognitif / otak, afektif / sikap dan psikomotoris / keterampilan).

Akan tetapi permasalahannya adalah tepat seperti yang dinyatakan dalam tema kita hari ini bahwa apakah memang setiap orang yang semakin bertambah umurnya itu akan semakin tampak dewasanya? Belum tentu.

Pertambahan usia sebuah gereja tentu tidaklah sama persis dengan pertambahan usia manusia. Tetapi jelas ketika kita berbicara tentang umur yang semakin bertambah, maka harapannya adalah kita sebagai jemaat semakin mampu menunjukkan kedewasaan sikap, iman dan mental kita sebagai jemaat Tuhan dalam menghadapi pergumulan-pergumulan yang terjadi di dalam situasi hidup kita, baik sebagai pribadi, keluarga dan juga tentunya sebagai jemaat.

Rasul Paulus dengan tepat menerangkan satu bentuk konkrit dari kedewasaan itu dengan kalimat: " ... sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu." Bila kita mau mengingat sejenak tentang apa yang terjadi dalam konteks jemaat di Korintus pada waktu itu, maka kita akan dengan mudah menemukan tantangan "meninggalkan sikap kekanak-kanakan" itu ketika mereka sebagai jemaat mengalami pergumulan. Sebut saja pertikaian tentang karunia roh yang mengancam kehidupan jemaat pada waktu itu (1 Korintus 12) atau tentang perpecahan di dalam tubuh jemaat itu sendiri (1 Korintus 3). Sekali mereka tak meninggalkan sikap kenakan-kanakan itu, maka kehancuran tinggal menunggu waktu saja.Bagaimana dengan kehidupan jemaat Tuhan di Galilea Tanjung Priok hari ini? Yang namanya pergumulan mah gak bakalan ada habisnya. Akan tetapi janji Tuhan bagi kita sebagai orang percaya akan selalu tetap sama, "tak berkesudahan kasih setia Tuhan, selalu baru setiap pagi; besar kesetiaan-Mu" (Ratapan 3:22-23).

Sudahkah sebagai jemaat Tuhan di Galilea Tanjung Priok kita bukan hanya semakin bertambah umur, tetapi juga semakin bertambah dewasa dalam memahami bentuk kasih setia Tuhan di balik semua hal yang kita alami bersama sebagai jemaat? Bahkan ketika kita sedang mengalami hal hal yang tidak ringan, kedewasaan sikap kita akan sangat menentukan pengenalan kita akan kasih setia-Nya yang tak berkesudahan itu. 

***

Selasa, 15 Juli 2014

Tergila-gila Karena-Mu

2 Korintus 11:23
Apakah mereka pelayan Kristus? --aku berkata seperti orang gila-- aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.

Demam piala dunia melanda di bulan Juni - Juli ini. semua orang menjadi "gila bola", bahkan ibu-ibu yang biasanya gak suka nonton bola pun akhirnya jadi ikutan nonton piala dunia kan ya :) Selamat untuk para pendukung Jerman dan Argentina ya ... (Siapa juaranya jadinya?)

Satu hal yang sangat layak untuk kita cermati bersama adalah bentuk kegilaan apa yang ada di dalam diri semua orang yang mengaku sebagai pecinta bola ketika piala dunia ini berlangsung? Gak perlu lah kita melihat dari fans fanatik setiap warga negara yang memang jelas jelas "PSSI"-nya mereka masuk piala dunia macam FA-nya orang Inggris (hooligans inggris kan terkenal tu ya) atau CBF-nya orang Brasil, mereka semua itu saking gilanya lihat saja antusiasnya mereka mendukung timnas mereka di ajang 4 tahunan itu di tahun ini. Kita di Indonesia? salah satu kegilaannya adalah tengoklah jam berapa itu tanding bolanya main dan tayang live di TV? Dini hari! Tetap saja banyak yang nonton tuh, padahal besoknya kan banyak yang kerja pagi juga.

Salah satu ciri "kegilaan terhadap sesuatu" adalah "ngebela-belainnya". Biar hujan juga kita terobos kan waktu bapak dulu pacaran sama ibu karena saking kangennya? Itu artinya memang ibu sudah "digilai" oleh bapak, makanya sekarang jadi suami istri. Sama lah kayak penggila bola di piala dunia tahun ini, mereka di sebut gila juga karena "ngebela-belain" nonton bola di pagi hari padahal beberapa jam lagi mereka masuk kantor.

Dalam teks Alkitab kita yang cuma satu ayat itu, bukan karena ada kata "gila" nya maka kita tahu bahwa Paulus benar-benar tergila-gila dengan sang Kristus Juruselamat itu. Bukan itu. Akan tetapi lihatlah apa yang dikatakannya tentang "hasil dari kegilaannya kepada Kristus" itu: " ... Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut." (bahkan kalau mau lebih detail, bacalah kelanjutan ayatnya: ayat 24-29, makin tahu kita bahwa Yesus memang telah "digilai" oleh Paulus).

Kita pasti tahu makna kata "digilai" itu adalah karena saking sayangnya, nge-fans-nya, suka-nya seseorang terhadap sesuatu, maka apapun akan dilakukan olehnya untuk menyatakan rasa sayangnya itu pada yang "digilai"-nya itu.

Yang saya takutkan adalah seseorang bisa saja "menggilai" sesuatu sampai "segila-gilanya", dibelain segitunya, tetapi untuk "menggilai Tuhan" seperti yang dilakukan oleh Paulus dalam teks kita hari ini, hmmmm .... hujan sedikit saja bisa membuat kita menunda perjumpaan dengan Tuhan di rumah-Nya, bukan?

Bulan ini, 10 hari yang lalu, kita genap berusia 9 tahun sebagai jemaat Tuhan yang mandiri. Selama 9 tahun ini, telah banyak yang Tuhan perbuat bagi kita sebagai jemaat yang mandiri. Hmmm kalau ingat cerita dari para orang tua kita tentang keadaan kita di masa yang lalu itu ... haduh, bukankah hari ini kita jelas seharusnya semakin bersyukur pada Tuhan tentang apa yang sudah diperbuatnya bagi kita? Dalam terang tema kita hari ini mungkin bahasanya yang perlu kita renungkan begini, "Tuhan sudah menggilaimu sedemikian rupanya, sudahkah kita pun menggilai cinta kasih-Nya itu dalam kehidupan kita bersama-Nya?"

***

Rabu, 16 Juli 2014
Seorang Penuai adalah Penabur

Mazmur 126:5
Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan menuai dengan bersorak-sorai.
Sembilan tahun lewat beberapa hari kita sudah menikmati berkat Tuhan sebagai satu jemaat yang mandiri. Jika kita mau merefleksikan tentang apa apa yang sudah terjadi dalam kehidupan kita sebagai jemaat Tuhan di Galilea Tanjung Priok, dan bertanya: "Kemajuan apa yang sudah kita capai di sepanjang perjalanan kita sebagai jemaat Tuhan yang mandiri ini?" Maka apa yang menjadi jawaban kita semua?

Jujur .... kadang kadang ... banyak orang yang mungkin bisa saja menilai bahwa "kita cenderung jalan di tempat" ... Apalagi jika kita mau bicara masalah kuantitas, ya anggota jemaat kita "segitu-gitu aja" ... Salah satu ketakutan saya adalah, terjebak dalam pemahaman bahwa kita tidak bertumbuh apa apa.


Ada satu puisi yang ditulis oleh seorang bernama Ann North, yang saya jumpai dalam buku "Yesus: Chief Executive Officer" yang ditulis oleh Laurie Beth Jones. Puisi itu menyatakan begini:

Tukang Kebun

Benih-benih harapan yang ditebarkan di musim gugur yang lalu beberapa belum tumbuh.
Masih tergeletak dan belum mewujud, mengering di tanah musim semi.

Yang terkuat dan terbaik bangkit menguak dedaunan.
Menyingkirkan tindihan tanah dingin dan keras.

Menyembul ke udara biru dan berdiri hijau telanjang.
Bernafas.

Selalu begitu waktu menanam.
Tak pernah tahu mulanya, mana yang akan hidup dan mana akan gagal.
Akan tetapi yang selalu harus dipegang dan diyakini hanyalah ...
tetap menabur benih.

Apapun yang kita lihat hari ini tentang keberadaan diri kita, entah itu sebagai pribadi, keluarga ataupun jemaat, satu hal yang penting untuk kita lakukan adalah .... tetap menabur benih. Seorang penuai pastilah seorang penabur. Kita tidak akan pernah menuai sesuatu yang tidak pernah kita tabur. Walaupun harus bersusah payah hingga ber-air mata, satu satu nya jalan untuk menjadi lebih baik adalah tetap menabur hal hal yang baik.


***

Kamis, 17 Juli 2014
Andai yang Tertidur, ... Bangun ...
Matius 26:40
Setelah itu Ia kembali kepada murid-murid-Nya itu dan mendapati mereka sedang tidur. Dan Ia berkata kepada Petrus: "Tidakkah kamu sanggup berjaga-jaga satu jam dengan Aku?
Saya pernah membaca satu kalimat yang berbunyi begini, "gereja hari ini bukanlah kumpulan orang-orang pilihan (the choosen people), tetapi lebih mirip kumpulan orang-orang yang sudah membeku (the frozen people). Mungkin kita tidak heran apabila kemudian ada orang yang menulis kalimat seperti itu ... karena ya mungkin yang dilihatnya tentang gereja hari ini di tempat dia melihat adalah memang seperti itu. Gereja yang membeku, tak ada gairah sama sekali, tak ada pergerakan ... lebih mirip seperti seseorang yang tertidur.

Ada satu kata lagi yang seringkali menjadi momok bagi kehidupan kita sebagai gereja-Nya. Satu kata, tetapi cukup mematikan: rutinitas. Seseorang yang memandang bahwa apa apa yang dilakukannya sebagai orang percaya hari ini, ya karena memang harusnya begitu. Pergi ke gereja setiap hari minggu, ya memang orang Kristen ke gereja setiap hari Minggu (hari lainnya enggak ibadah sama sekali), Orang Kristen itu penuh kasih dan harus mengampuni orang lain (tetapi tak bisa menghilangkan akar pahitnya). Apa masalahnya dengan hal itu? Kehilangan makna. Ini seperti seseorang yang bernyanyi, tetapi sebetulnya hanya lips sing saja. Tampak sedang bernyanyi, tetapi yang sebenarnya adalah cuma menggerak-gerakkan bibirnya mengisi suara nyanyian yang sudah ada.

Gereja yang tertidur adalah gereja yang tidak menyadari bahwa sebagai gereja, dirinya memiliki satu hal yang diperintahkan oleh Tuhan. Gereja yang tertidur adalah gereja yang acuh tak acuh (cuek) dengan keberadaan dirinya sendiri, dan jika sudah cuek dengan dirinya sendiri, bagaimana dengan membangun hidup bersama orang lain?

Dalam ayat kita hari ini, murid-murid tertidur ketika Yesus memerintahkan mereka untuk berdoa dan berjaga-jaga. Kita tentu tahu bahwa ayat itu adalah ayat di mana sebentar lagi Yesus ditangkap dan di bawa ke dalam pengadilan Romawi. Ketika Yesus meminta para muridnya untuk berjaga dalam doa, apa sih yang sebenarnya diinginkan oleh Yesus? Supaya bisa melawan Romawi? Tidak. Yesus meminta para murid untuk berjaga dan berdoa (tidak tertidur) supaya mereka siap dalam menghadapi semua hal yang menjadi kehendak Bapa, termasuk di dalamnya ketika Bapa berkehendak untuk menyerahkan diri-Nya dalam rupa manusia Yesus itu ke dalam pengadilan Romawi untuk penyaliban.  
Inti dari sebuah "kebangunan" diri adalah supaya setiap kita dimampukan untuk menghadapi hal hal yang terjadi dalam kehidupan kita ini. Dan itulah tugas kita sebagai gereja-Nya: bersama-sama "terjaga" untuk bisa hidup saling menguatkan dan saling menopang satu dengan yang lain.

Hmmmm ... apabila semua orang yang "tertidur" hari ini menjadi "terbangun" .... dapatkah kita membayangkan betapa besarnya potensi yang ada dalam kehidupan gereja Tuhan di Tanjung Priok ini? Andai semua yang "tertidur" .... bangun!

***

Jumat, 18 Juli 2014
Genting!
Yosua 24:15
Tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada TUHAN, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami ini. Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada TUHAN!
Ada yang saya cermati dalam pemilu Presiden dan wakilnya tahun ini. Tampaknya bangsa Indonesia sangat antusias dalam memberikan suara mereka kepada duet yang mereka pilih untuk menjadi RI 1 itu. Hal itu terbukti dengan jumlah golput yang tahun ini, katanya, menurun. Pertanyaannya kan menjadi kenapa bisa seantusias itu?

Genting! Banyak orang Indonesia hari ini, dalam pemilu presiden, yang menyadari bahwa "persaingan menuju RI 1" kali ini sangat ketat. Artinya, satu suara saja bisa menghasilkan perbedaan yang signifikan. Lihat saja hasil Quick Count yang memang menunjukkan angka perbedaan perolehan suara yang cukup ketat itu.

Satu yang mau kita refleksikan bersama hari ini adalah ... apakah memang benar keadaan genting menghasilkan komitmen yang cukup besar dan itu berpengaruh pada semangat dan komitmen? Apakah bila keadaan ada di "zona nyaman", maka golput menjadi naik kembali persentasenya? Apakah bila tak ada situasi yang genting, maka komitmen kita menjadi melemah?

Entahlah.


Yosua menghadapi situasi genting pula dalam teks alkitab kita hari ini. Pada waktu itu, Israel kembali lengah dengan membiarkan diri dipengaruhi oleh iman bangsa-bangsa lain di sekitar Israel dan membuat mereka meninggalkan (atau paling tidak, menduakan) Tuhan. Dan Yosua tahu bahwa bila hal itu terus berlanjut, maka Tuhan bisa marah (lihat saja kondisi setelah Yosua mati, Israel yang jatuh bangun di hukum dan dipulihkan oleh Tuhan).

Hari ini, sebagai jemaat Tuhan di Tanjung Priok, bagaimana dengan kita?
Situasi genting yang membuat kita berkomitmen? Ya, kita pernah mengalami hal itu ... Ada sebuah situasi yang genting dan akhirnya hal itu membuat kita peduli dan berkomitmen untuk keluar dari situasi itu. Tetapi apakah memang harus ada situasi yang genting dulu baru kita semua bisa berkomitmen untuk berjuang bersama sebagai jemaat Tuhan yang mandiri? Semoga saja tidak, karena apapun situasi dan kondisi yang kita hadapi sebagai jemaat Tuhan hari ini, semua yang kulakukan untuk Tuhan adalah yang terbaik yang bisa kulakukan untuk-Nya.

***

Sabtu, 19 Juli 2014
Hidup yang Bersyukur
1 Tesalonika 5:18
Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Ada satu kutipan yang menarik sekali untuk kita dengar saat ini, "kita bersyukur bukan karena kita berbahagia, tetapi bersyukurlah maka kita akan bahagia". Pola yang terbalik kadang yang digunakan oleh banyak orang, sewaktu kita berbahagia, barulah disitu kita bersyukur. Sedangkan ketika kita sedang rasa-rasa gak enak, apa yang mau disyukuri kalau gitu?

Bukan hanya pola yang terbalik saja yang kita hadapi hari ini, tetapi juga satu kalimat yang paling susah adalah ... "dalam segala hal" nya itu loh. Muaranya sih sama ... sewaktu keadaan baik, betapa mudahnya kita bersyukur (walaupun ada juga sih beberapa kejadian di mana sewaktu keadaan baik, toh akhirnya malah lupa bersyukur sama Tuhan juga), sedangkan dalam keadaaan kita sulit, susah pula rasanya kita ini untuk bersyukur.

Hari ini kita bersyukur karena kita masih bisa merayakan HUT GKP Galilea Tanjung Priok yang ke 9 ini dalam sebuah perayaan ibadah yang diadakan sore hari nanti. Semoga dengan perayaan syukur ini, makin bertambah-tambah pula pengenalan kita akan kasih setia Tuhan yang telah diberlakukan-Nya bagi kita, sebagai pribadi keluarga dan jemaat ... sehingga hal ini memungkinkan kita selalu untuk bersyukur dalam segala hal dan kita bisa menemukan pula selalu apa itu artinya kebahagiaan yang sejati.

Selamat Ulang Tahun GKP Galilea Tanjung Priok.
Tuhan memberkati selalu. Amin.

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>