Daniel 1:1-21 | Membangun Keluarga, Membangun Indonesia
Membangun Keluarga, Membangun Indonesia
Daniel 1:1-21
Apa yang berbeda di 17-an tahun ini, pak, bu? Saya? 17an tahun ini untuk kali pertamanya lagi setelah lulus SMA dulu, akhirnya hari ini ikut upacara 17-an lagi. Haha. Senangnya. Klo bapak dan ibu ada yang berbeda? Klo anak muda ditanya, ntar jawabnya: 17-an tahun ini da gak jomblo lagi nih.
Lomba-lomba 17-an gimana pak bu? Menang. Ada yang unik gak 17-an tahun ini lombanya? Saya ketemu nih beberapa lomba 17-an kayaknya yah ini yang unik:
Hari ini teks kita bukan tentang lomba-lomba. Tetapi tentang kemampuan bertahan menghadapi situasi-situasi yang sulit. Nah, kalo yang ini, nenek moyang kita paling jago. Bertahan - memerangi kesulitan - lalu merdeka. ... 350 tahun alias 3 1/2 abad! Kalau modal kita kan dari: merdeka - bertahan - memerangi kesulitan - semakin benar-benar merdeka.
Modal Daniel dalam perikop kita hari ini?
Di mulai dari bertahan. Daniel dan bangsa Israel dalam teks Alkitab kita hari ini ada di pembuangan, belum merdeka. Yang Daniel lakukan: bertahan dan memerangi kesulitan-kesulitan yang dia hadapi saat dijajah- dibuang.
Saya tertarik dengan dua ayat.
Yang pertama, ayat 4
Daniel 1:4
yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.
yakni orang-orang muda yang tidak ada sesuatu cela, yang berperawakan baik, yang memahami berbagai-bagai hikmat, berpengetahuan banyak dan yang mempunyai pengertian tentang ilmu, yakni orang-orang yang cakap untuk bekerja dalam istana raja, supaya mereka diajarkan tulisan dan bahasa orang Kasdim.
Dari ayat inilah tema 17-an kita tahun ini: Membangun keluarga, membangun Indonesia. Coba kita balik temanya: Menghancurkan keluarga, menghancurkan Indonesia.
Saya baca ini di koran online:
"Kepala BNN, Komjen Budi Waseso mengatakan ini perang modern. Musuh gak perlu mengirimkan pasukan infantri, kavaleri, pesawat tempur .. gak perlu. Cukup kirim Narkoba saja." Maka hancurlah Indonesia.
Cukup dengan mengabaikan keluarga saja, maka hancurlah bangsa ini.
Kenapa? karena metiknya itu bukan hari ini ... metiknya itu di masa depan nanti.
Yang kedua,
Saya tertarik dengan ayat 8
Daniel 1:8
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Daniel berketetapan untuk tidak menajiskan dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja; dimintanyalah kepada pemimpin pegawai istana itu, supaya ia tak usah menajiskan dirinya.
Pada akhirnya, salah satu puncak dari keberhasilan sebuah keluarga adalah berhasil mendidik dan menghasilkan pribadi yang persis seperti yang terjadi dalam ayat 8 - pribadi yang mampu mengambil keputusan pribadi sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ini memprihatinkan ya kalo terjadi: Sekolah saja harus disuruh-suruh. Kalo masih SD mah masih dimaklum ya. Lha kalo sudah SMA atau bahkan kuliah masih disuruh-suruh sekolah, gimana? Ke gereja, ke kebaktian mesti disuruh-suruh ... ini juga memprihatinkan. Klo gak ada yang nyuruh, gak sekolah, gak gereja, gak kebaktian dong. Beda dengan kalo kita makan. Gak perlu disuruh-suruh juga pasti kita makan kalo perut da bunyi kelaperan. Bapak ibu hari ini kerja memangnya karena disuruh-suruh untuk kerja? Kan enggak. Karena kita tahu kalo gak kerja dapur gak ngebul makanya kita kerja. Karena kita butuh memang.
Mendidik hingga sadar akan kebutuhan-kebutuhan sehingga apa yang kita lakukan adalah sebuah tindakan yang berasal dari keputusan pribadi (gak disuruh-suruh) yang sesuai dengan jalan Tuhan adalah tujuan kita sebagai keluarga.
Merayakan 72 tahun HUT RI, mari kita sama-sama semakin membangun keluarga kita supaya Indonesia semakin sejahtera.