tag:blogger.com,1999:blog-53927277550487487902024-03-25T05:34:11.282+07:00Pdt. Gerry AtjeGerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/15581704327056388202noreply@blogger.comBlogger647125tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-60388969635179983942023-10-12T11:36:00.011+07:002023-10-12T13:22:25.877+07:00Yesaya 5:1-7 | Siyap, Bosque!<div class="thumbnail">
<img alt="Yesaya 5:1-7" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZmn_-Wpk_m39oNfbRLwffRLcaICc8E5a92qwiw3oO1CYwqF5lqiyk_Zfs5jSiFlBlv0ryQ4KALw3CSDjpAwRmGvOg3G_UjCVqmJU7ktBuwD7SiUZcqVQiWN4CxkGJaUoNXcMiwa-O_VbtJEcdKwRtLNVa_T5-yv-w6q0JTA4dZIlUBZyZ-xwvsXNC-tI/s1600/petani%20kebun%20anggur.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<h2>Bos yang Buruk</h2>
<a href="https://www.gerry.id/2023/10/yesaya-51-7.html">Siyap, Bosque!</a> — Dalam dunia kerja, memiliki bos yang baik hati adalah impian setiap orang. Memiliki bos yang baik hati, pasti berdampak langsung pada suasana kerja yang menyenangkan sehingga berujung pada hasil kerja yang memuaskan semua pihak.
<br>
<br>
Lain halnya bila di satu waktu, seseorang bekerja-sama dengan bos yang “buruk”. Berbagai penelitian pernah dilakukan mengatakan bahwa bos yang “buruk” bukan hanya membawa dampak stress tetapi juga resiko kesehatan anak buah nya. Lihat misalnya dalam artikel ini: <a href="https://www.forbes.com/sites/carolinecastrillon/2019/07/21/why-your-bad-boss-could-literally-be-killing-you/?sh=7fbfd6e36f24" target="_blank">why your bad boss could literally be killing you</a>
<br>
<br>
Wajar sih bila seseorang bertemu bos yang “buruk” dan itu berpengaruh pada kinerja dan hasil kerja yang tidak maksimal. Akan tetapi, bila bertemu dengan bos yang baik hati, eh … kinerja dan hasil kerjanya sama saja seperti dirinya bertemu dengan bos yang “buruk”, nah ini namanya “kurang-ajar”.
<h2>Bos yang Baik</h2>
Bahan Alkitab yang menjadi perenungan bersama kita hari ini bertemu dengan bagian yang gak enaknya, yaitu ketika Bos yang baik hati malah mendapatkan hasil yang “buruk”.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yesaya 5:1-7<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Nyanyian tentang kebun anggur</b> <br>
5:1 Aku hendak menyanyikan nyanyian tentang kekasihku, nyanyian kekasihku tentang kebun anggurnya: Kekasihku itu mempunyai kebun anggur di lereng bukit yang subur.<br>
5:2 Ia mencangkulnya dan membuang batu-batunya, dan menanaminya dengan pokok anggur pilihan; ia mendirikan sebuah menara jaga di tengah-tengahnya dan menggali lobang tempat memeras anggur; lalu dinantinya supaya kebun itu menghasilkan buah anggur yang baik, tetapi yang dihasilkannya ialah buah anggur yang asam.<br>
5:3 Maka sekarang, hai penduduk Yerusalem, dan orang Yehuda, adililah antara Aku dan kebun anggur-Ku itu.<br>
5:4 Apatah lagi yang harus diperbuat untuk kebun anggur-Ku itu, yang belum Kuperbuat kepadanya? Aku menanti supaya dihasilkannya buah anggur yang baik, mengapa yang dihasilkannya hanya buah anggur yang asam?<br>
5:5 Maka sekarang, Aku mau memberitahukan kepadamu apa yang hendak Kulakukan kepada kebun anggur-Ku itu: Aku akan menebang pagar durinya, sehingga kebun itu dimakan habis, dan melanda temboknya, sehingga kebun itu diinjak-injak;<br>
5:6 Aku akan membuatnya ditumbuhi semak-semak, tidak dirantingi dan tidak disiangi, sehingga tumbuh puteri malu dan rumput; Aku akan memerintahkan awan-awan, supaya jangan diturunkannya hujan ke atasnya.<br>
5:7 Sebab kebun anggur TUHAN semesta alam ialah kaum Israel, dan orang Yehuda ialah tanam-tanaman kegemaran-Nya; dinanti-Nya keadilan, tetapi hanya ada kelaliman, dinanti-Nya kebenaran tetapi hanya ada keonaran.
</div>
</div>
</div>
Bercerita tentang keadaan bangsa Israel sebelum penghukuman pembuangan, jadi ada di masa Israel yang sedang “bandel-bandelnya” memang, lihat saja beberapa contohnya di perikop yang selanjutnya, yaitu Yesaya 5:8-24.
<br>
<br>
Nabi Yesaya menyampaikan gambaran tentang Tuhan sebagai Pemilik sekaligus “Pribadi” yang telah memperjuangkan se-terbaik mungkin untuk kebun anggur (gambaran bangsa Israel) milikNya itu, ayat 2a-d.
<br>
<br>
Akan tetapi, semua kebaikan hati itu menjadi tampak sia-sia karena hasil buah anggurnya (gambaran untuk sikap hidup bangsa Israel) tetap saja asam (buruk), di ayat 2e-f. Alhasil, Bos yang baik hati itu meluapkan kemarahanNya kepada Kebun Anggur yang telah “di-baik-in” itu, ayat 5-7.
<br>
<br>
Suatu kemarahan yang amat wajar untuk sebuah tindakan yang kurang ajar. Habisnya, kurang baik bagaimana lagi? Dicangkul, dibersihkan kebunnya, benih terbaik, dijagai setiap waktu, sudah terbaik semua.
<br>
<br>
Bila yang ada diperikop kita hari ini digambarkannya tentang Bos yang “buruk”, gak peduli sama Kebun Anggurnya, nah kalau ini mah wajar ya, kalau hasilnya anggur asam.
<br>
<br>
“Ok, semua yang terbaik sudah, nanti hasil buahnya manis ya.” Seharusnya tidak sulit untuk memenuhi harapan Bos yang baik yang telah melakukan yang terbaik. Tinggal bilang: “Siyap, Bosque!”
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Dalam perikop kita hari ini sudah jelas yang bersalah adalah bangsa Israel nya sebagai Kebun Anggur milik Tuhan yang sudah “di-baik-in” tapi masih saja tetap degil, jahat dan asem.
<h2>Cermin Diri</h2>
Di masa kini, apa yang digambarkan dalam perikop kita sangat mungkin tercermin dalam keseharian kita, misalnya dengan “cerminan” berikut:
<br>
<br>
1. Pemilik Kebun Anggur -> Menunjuk ke Tuhan<br>
2. Pengerja Kebun Anggur -> Menunjuk pada MJ<br>
3. Kebun Anggur -> Menunjuk ke Jemaat<br>
4. Buah Anggur -> Menunjuk ke Pertumbuhan Jemaat yang semakin serupa dengan Kristus
<br>
<br>
Atau dengan pola cerminan lainnya seperti dua contoh tambahan di bawah ini:
<br>
<br>
1. Tuhan<br>
2. Orangtua<br>
3. Anak<br>
4. Sikap anak
<br>
<br>
1. Tuhan<br>
2. Ayah, Ibu, Anak<br>
3. Rumah kita, Keluarga kita<br>
4. Kedamaian di keluarga.
<br>
<br>
Kita semua menginginkan “buah anggur” yang manis, bukan?
<br>
<br>
Jadi, apa yang bisa kita sharingkan bersama saat ini bila dalam konteks cerminan di atas, ternyata hasil buah anggurnya masih “belum manis-manis banget”?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Orang akan bekerja 8 jam sehari demi gaji, 10 jam karena bos yang baik, dan 24 jam karena cinta pekerjaannya. (John C. Maxwell)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-26391700827688797952023-08-23T01:16:00.003+07:002023-08-23T01:18:23.242+07:00Yeremia 20:7-13 | Mengeluh dengan Iman<div class="thumbnail">
<img alt="Yeremia 20:7-13" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjiUtvDDC6NwwNOw5uQhADdj_tywrSCzk4GqenXuJN1Lo3kSqcwgNpLFBpVzXe9OaLHphY5_1gIRKW7zepY_uW1gGPu2s6cVBie5wnsZQASUe7kPHVcNKEJT2cTKD_12k87Huz0o98tx9ufdV5MndBz6qRe9vCX7PCeW0fN44v0T66G4S7DSZG1hEKXyv0/s1600/Yeremia%20207-13.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Mengeluh dengan Iman</a> — Sebenarnya, mengeluh itu dosa gak sih? Inginnya sih kita semua mengatakan bahwa “mengeluh itu dosa” atau dengan kata lain, mengeluh itu sebenarnya gak boleh.
<br>
<br>
Inginnya seperti itu.
<br>
<br>
Seperti misalnya kalau kita membaca perjalanan bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun yang penuh dengan “keluh kesah” mereka kepada Tuhan, dan Tuhan “memarahi” Israel atas sikap mereka itu, kan.
<br>
<br>
Akan tetapi, dalam banyak ayat lainnya, kita pun bertemu dengan “keluh kesah” tokoh-tokoh Alkitab lainnya, yang lebih spesifik nama orang, dan tidak tanggung-tanggung, yang “mengeluh” itu adalah seorang nabi (atau tokoh penting lainnya dalam Alkitab).
<br>
<br>
Daud dalam banyak Mazmur nya, seringkali mengeluhkan “ini dan itu” berkaitan dengan perasaan Daud saat mengalami satu peristiwa yang membuatnya bergumul (terutama ketika berhadapan dengan orang-orang yang jahat).
<br>
<br>
Contoh lainnya, ya apa yang kita baca dalam pembacaan Alkitab kita hari ini.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yeremia 20:7-13<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Keluh kesah Yeremia akibat tekanan jabatannya</b> <br>
20:7 Engkau telah membujuk aku, ya TUHAN, dan aku telah membiarkan diriku dibujuk; Engkau terlalu kuat bagiku dan Engkau menundukkan aku. Aku telah menjadi tertawaan sepanjang hari, semuanya mereka mengolok-olokkan aku.<br>
20:8 Sebab setiap kali aku berbicara, terpaksa aku berteriak, terpaksa berseru: "Kelaliman! Aniaya!" Sebab firman TUHAN telah menjadi cela dan cemooh bagiku, sepanjang hari.<br>
20:9 Tetapi apabila aku berpikir: "Aku tidak mau mengingat Dia dan tidak mau mengucapkan firman lagi demi nama-Nya", maka dalam hatiku ada sesuatu yang seperti api yang menyala-nyala, terkurung dalam tulang-tulangku; aku berlelah-lelah untuk menahannya, tetapi aku tidak sanggup.<br>
20:10 Aku telah mendengar bisikan banyak orang: "Kegentaran datang dari segala jurusan! Adukanlah dia! Kita mau mengadukan dia!" Semua orang sahabat karibku mengintai apakah aku tersandung jatuh: "Barangkali ia membiarkan dirinya dibujuk, sehingga kita dapat mengalahkan dia dan dapat melakukan pembalasan kita terhadap dia!"<br>
20:11 Tetapi TUHAN menyertai aku seperti pahlawan yang gagah, sebab itu orang-orang yang mengejar aku akan tersandung jatuh dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Mereka akan menjadi malu sekali, sebab mereka tidak berhasil, suatu noda yang selama-lamanya tidak terlupakan!<br>
20:12 Ya TUHAN semesta alam, yang menguji orang benar, yang melihat batin dan hati, biarlah aku melihat pembalasan-Mu terhadap mereka, sebab kepada-Mulah kuserahkan perkaraku.<br>
20:13 Menyanyilah untuk TUHAN, pujilah TUHAN! Sebab ia telah melepaskan nyawa orang miskin dari tangan orang-orang yang berbuat jahat.
</div>
</div>
</div>
Yeremia mengeluh kepada Tuhan.
<br>
<br>
Menarik untuk kita lihat bahwa tepat sebelum perikop yang kita baca hari ini, kita menemukan bagian perikop yang menceritakan tentang Imam Besar Israel, Pasyhur bin Imer, memukul dan memasung Yeremia karena pemberitaan Yeremia (Yeremia 20:1-6).
<br>
<br>
Jadi, mungkin adalah suatu kewajaran bila kita membaca perikop kita hari ini, terutama ayat 7-10, yang isinya merupakan keluh kesah Yeremia kepada Tuhan – karena menjadi tertawaan, olok-olok, dicela dan dicemooh karena pelayanannya –
<br>
<br>
Rasanya, sangat manusiawi mengeluh karena merasa bahwa “jawaban ya kita terhadap panggilan Tuhan” ternyata dalam praktek lapangannya, orang-orang yang kita layani malah memperlakukan kita sedemikian rupa – seperti yang dialami Yeremia dalam latar belakang perikop kita hari ini (yaitu perikop sebelumnya).
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Sampai di sana kita ketemu dengan “tarik-menarik” antara mengeluh itu sebagai sesuatu yang Tuhan tidak sukai, sekaligus berhadap-hadapan langsung dengan sangat manusiawinya kita bila berhadapan dengan sesuatu yang berat, maka –tidak bisa tidak- mungkin kita akan meresponnya dengan keluhan.
<br>
<br>
Bacaan Alkitab kita hari ini menjadi semakin menarik karena ternyata Yeremia tidak berhenti pada keluhannya semata. Tetapi Yeremia melanjutkannya dengan “suatu kesaksian imannya” di ayat 11-13. – bahwa dalam semua kesesakannya itu, Tuhan menyertainya, Tuhan membelanya dan Tuhan menyelamatkannya.
<br>
<br>
Mungkin hal itulah yang paling membedakan antara “keluhan yang dipermaklumkan oleh Tuhan” dengan “keluhan yang dimarahi oleh Tuhan”.
<br>
<br>
Jika seseorang hanya menyikapi jalan hidupnya yang berat dengan keluhan sana keluhan sini tiap tiap hari, tanpa dirinya melihat bahwa di dalam situasi yang berat itu Tuhan ikut campur tangan dalam memberikan kepadanya apa-apa yang diperlukan – maka keluhan itu menjadi suatu dosa.
<br>
<br>
Tetapi, ketika seseorang mengeluh, namun juga dengan imannya ia melihat bahwa ada campur tangan Tuhan yang memberi kekuatan-penyertaan dan penyelamatan, maka inilah yang dinamakan “mengeluh dengan iman”. Menundukkan keluh kesah kita dalam rancangan damai sejahtera dari Tuhan untuk kita.
<br>
<br>
Sharing<br>
Apa yang kita lakukan saat mengeluh?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Mengarahkan pandangan kepada Allah ditengah-tengah persoalan berarti berhenti mengulangi keluhan Anda dan mengubah perbantahan dalam hati itu menjadi suatu doa yang mengarah ke atas. Pada saat itulah iman bekerja.
(Tommy Barnett, Mukjizat Sudah Di Tangan Anda, 30)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-60849675826400984682023-05-11T10:00:00.002+07:002023-05-11T10:31:12.882+07:00Lukas 21:5-19 | Monumen untuk Momentum <div class="thumbnail">
<img alt="Lukas 21:5-19" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiLvF_mJO9uK3c78LGV637jziIY96aQlzd4ZGLLzmOaGlQml3nfejui_KokK4BFpyA0MEt2ftZH580rSsnmAuQ7B5mFwZIvIMs-1tslLH-9k53oE7DZDAiSxbxV-ouN5m_W5y86U_Muf1nA9Q67wFFc0fykXTZxlpCFveMYAiLVYSKCGUv52MXcPvty/s1600/KRT%2016%20November.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Monumen untuk Momentum</a> — Tema kita hari ini menggunakan dua kata yang kuat, yaitu monumen (bangunan atau tempat atau sesuatu yang mempunyai nilai sejarah) dan momentum (kesempatan).
<br>
<br>
Ketika dua kata itu disatukan dalam kalimat tematis di atas, - Monumen untuk Momentum – maksudnya adalah setiap orang bisa mengabadikan sesuatu yang dari sana dia berkesempatan untuk memiliki perasaan tertentu.
<br>
<br>
Sayangnya, tidak semua orang me-monumen-kan sesuatu yang kemudian dari sana ia mendapatkan kesempatan untuk memiliki perasaan yang baik.
<br>
<br>
Ada kalanya orang membangun monument hanya untuk membuat dirinya sedih, mengingat luka, atau apapun juga yang justru tidak membangun kehidupannya.
<br>
<br>
Masih ingat dulu pas pacaran kemudian putus, lalu semua barang yang pernah berkaitan dengan mantan, kita kembalikan ke orangnya atau bahkan kita buang? Hehe.
<br>
<br>
Itu contohnya ketika seseorang tidak ingin me-monumen-kan sesuatu yang justru dari sana ia mendapatkan momentum untuk mengingat kesedihannya.
<br>
<br>
Perikop kita hari ini, yang terdiri dari dua bagian: Lukas 21:5-6 dan dilanjutkan Lukas 21:7-19.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Lukas 21:5-19<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Bait Allah akan diruntuhkan</b> <br/>
21:5 Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang persembahan, berkatalah Yesus:<br>
21:6 "Apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan."
<br>
<br>
<b>Permulaan penderitaan</b> <br/>
21:7 Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"<br>
21:8 Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.<br>
21:9 Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."<br>
21:10 Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan melawan kerajaan,<br>
21:11 dan akan terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.<br>
21:12 Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.<br>
21:13 Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.<br>
21:14 Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.<br>
21:15 Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.<br>
21:16 Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh<br>
21:17 dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.<br>
21:18 Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.<br>
21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
</div>
</div>
</div>
Mengisahkan tentang perbedaan antara beberapa orang (dalam paralel perikopnya, beberapa orang ini diidentifikasi sebagai para murid Yesus sendiri, Mat. 24:1-2; Mar. 13:1-2) dengan Yesus ketika melihat bangunan Bait Allah kala itu.
<br />
<br />
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Yang satu terpesona karena megahnya bangunan, sedangkan Yesus justru mengatakan kepada mereka bahwa, “akan datang harinya di mana Bait Allah yang megah itu akan diruntuhkan” (ayat 6).
<br>
<br>
Dan memang pada tahun 70 Masehi nantinya (perikop kita ini masih di tahun 30 Masehi), yang oleh banyak orang tadi mereka terpesona karena kemegahan bangunannya, kemudian bangunan yang megah itu ternyata hancur (Karena Romawi membumihanguskan Yerusalem kala itu).
<br>
<br>
Menariknya justru Yesus dikala menjelaskan saat bangunan itu hancur (dengan semua dampak seperti yang dijelaskan Yesus di ayat 10-12: akan ada penganiayaan, bencana dll), tepat di saat itu pula merupakan kesempatan bagi mereka untuk bersaksi (ayat 13).
<br>
<br>
Hal itu menjadi menarik karena Yesus tidak sedang membuat momentum ketika monumen (bait Allah) itu masih berdiri, tetapi justru bahkan ketika bait Allah itu sudah runtuh pun, Yesus mengatakan bahwa momentum untuk bangkit dan bersaksi akan selalu terbuka bagi siapa saja.
<br>
<br>
Hari ini kita diajak oleh Yesus untuk selalu bisa meraih momentum (kesempatan) untuk bangkit dari reruntuhan kehidupan kita (karena dampak pandemi, misalnya).
<br>
<br>
Melihat monumen yang kita bangun (misalnya: pekerjaan), entah masih ada atau bahkan kita telah kehilangan hal itu, bahkan di saat monumen itu runtuh pun, hal itu selalu bisa kita jadikan sebagai momentum (kesempatan) untuk menemukan kebaikan Tuhan dalam memulihkan kehidupan kita tepat pada waktunya.
<br>
<br>
Menjadikan segala sesuatu -- me-monumen-kan --, baik suka atau duka, iman kuat atau iman sedang lemah sebagai momentum (kesempatan) untuk ber-resiliensi (memantul naik kembali).
<br>
<br>
<b>Sharing</b> <br>
Ketika “monumen yang kita bangun itu runtuh”, apa yang menjadi kesulitan kita untuk menemukan momentum bangkit kembali?
<br>
<br>
<div class='post-block'>
Terlalu banyak orang kalau mereka gagal, mendirikan monumen untuk kegagalan mereka dan melewatkan sisa hidup mereka untuk memberinya persembahan. Tidak cukup banyak orang yang memandang kegagalan sebagai momen (saat) – satu pengalaman yang berkelebat dengan cepat. (John C. Maxwell, Be All That Can You Be, 206)
</div>
Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-60022351961358050982023-05-10T10:52:00.001+07:002023-05-10T10:52:27.741+07:00Mikha 6:1-8 | Amnesia Rohani<div class="thumbnail">
<img alt="Mikha 6:1-8" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEggYaBDlI0329KbuUS4D5N7YCKY78ZJAlGd4vcIJnpum-HihJYuMjTO-UoS-jKFxamP4tFfxtY9tCj5SPXvVbyo3m__skZ5OFwrhYmQGoyyEevNfZ8mxiQISf8LBN1Au8aFJd0C7n4CfD4B9-VtuRyxnBe9LI1W-N2ltlYzz6b3VSf7XX4gB14mmhJu/s1600/KRT%201%20Februari%20-%20Gambar.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Amnesia Rohani</a> — Amnesia adalah suatu keadaan kehilangan daya ingat, terutama tentang masa lalu atau tentang apa yang terjadi sebelumnya karena penyakit atau cedera pada otak (definisi KBBI).
<br>
<br>
Banyak kita temukan dalam film-film layar lebar, jalan cerita yang menggunakan tema amnesia. Biasanya dengan plot cerita, pemeran utamanya tiba-tiba kecelakaan, lalu mulai hilang ingatan karena kecelakaan tersebut. Masa di mana amnesia hingga menjadi “sembuh (dapat ingat kembali)” itulah yang menjadi jalan cerita film nya.
<br>
<br>
Perikop kita hari ini pun menceritakan tentang amnesia. Bukan karena ada orang yang kecelakaan atau karena cedera pada kepala mereka saat jatuh, tapi amnesia ini terjadi pada seluruh bangsa yang melupakan apa yang telah Allah lakukan dalam sejarah kehidupan mereka.
<br>
<br>
Katakanlah, semacam ... amnesia rohani masal. Sehingga kehidupan bangsa Israel kala itu merosot tajam secara moral dan iman.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Mikha 6:1-8<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Pengaduan, tuntutan dan hukuman TUHAN terhadap umatNya</b> <br>
6:1 Baiklah dengar firman yang diucapkan TUHAN: Bangkitlah, lancarkanlah pengaduan di depan gunung-gunung, dan biarlah bukit-bukit mendengar suaramu!<br>
6:2 Dengarlah, hai gunung-gunung, pengaduan TUHAN, dan pasanglah telinga, hai dasar-dasar bumi! Sebab TUHAN mempunyai pengaduan terhadap umat-Nya, dan Ia beperkara dengan Israel.<br>
6:3 "Umat-Ku, apakah yang telah Kulakukan kepadamu? Dengan apakah engkau telah Kulelahkan? Jawablah Aku!<br>
6:4 Sebab Aku telah menuntun engkau keluar dari tanah Mesir dan telah membebaskan engkau dari rumah perbudakan dan telah mengutus Musa dan Harun dan Miryam sebagai penganjurmu.<br>
6:5 Umat-Ku, baiklah ingat apa yang dirancangkan oleh Balak, raja Moab, dan apa yang dijawab kepadanya oleh Bileam bin Beor dan apa yang telah terjadi dari Sitim sampai ke Gilgal, supaya engkau mengakui perbuatan-perbuatan keadilan dari TUHAN."<br>
6:6 "Dengan apakah aku akan pergi menghadap TUHAN dan tunduk menyembah kepada Allah yang di tempat tinggi? Akan pergikah aku menghadap Dia dengan korban bakaran, dengan anak lembu berumur setahun?<br>
6:7 Berkenankah TUHAN kepada ribuan domba jantan, kepada puluhan ribu curahan minyak? Akan kupersembahkankah anak sulungku karena pelanggaranku dan buah kandunganku karena dosaku sendiri?"<br>
6:8 "Hai manusia, telah diberitahukan kepadamu apa yang baik. Dan apakah yang dituntut TUHAN dari padamu: selain berlaku adil, mencintai kesetiaan, dan hidup dengan rendah hati di hadapan Allahmu?"
</div>
</div>
</div>
Perikop yang kita baca saat ini dilatarbelakangi oleh keadaan Kerajaan Israel di masa sebelum pembuangan ke Babel (dan Asyur) terjadi. Waktu itu keadaan bangsa Israel sangatlah bobrok.
<br>
<br>
Lihat saja misalnya Pasal 3, tentang pemimpin dan nabi palsu di Israel. Atau pasal 7 tentang kemerosotan akhlak Israel.
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Dalam konteks itulah Allah memanggil nabi Mikha untuk memberitakan kabar pertobatan bagi Israel yang sudah melupakan TUHAN, Allah mereka (ayat 3-5).
<br>
<br>
Menarik, dalam perikop kita karena Allah bahkan harus mengingatkan kembali Sejarah Keselamatan Israel dari mulai yang paling awal, yaitu peristiwa keluaran dari Mesir (ayat 3-4).
<br>
<br>
Kemudian disandingkan dengan peristiwa Balak dan Bileam (disuruh kutuk malah memberi berkat, ayat 5), yang secara jelas mau mengingatkan bagaimana Allah menyelamatkan, menjagai, memelihara dan menyediakan berkat selalu bagi bangsa Israel.
<br>
<br>
Bila kita melihat ayat 8, sewaktu Allah mengingatkan bahwa yang dituntut olehNya hanyalah berlaku adil, setia dan rendah hati di hadapanNya, hal ini menjadi miris sekali karena itu berarti bangsa Israel waktu itu benar-benar dianggap tidak melakukan ketiga hal tersebut dalam kehidupan keseharian mereka.
<br>
<br>
Padahal ketiga aksi tersebut (adil, setia dan rendah hati) tidak memerlukan “modal” apa-apa, selain mau melakukan saja – Bandingkan dengan ayat 6 yang perlu “modal anak lembu sebagai korban bakaran”.
<br>
<br>
Hari ini, apa yang dinyatakan oleh Allah melalui nabi Mikha akan selalu relevan bagi setiap orang percaya yang telah menikmati karya keselamatan, penjagaan, pemeliharaan dan berkat Allah dalam kehidupan mereka untuk tidak terjangkit penyakit amnesia rohani.
<br>
<br>
<b>Sharing</b><br>
Dengan cara bagaimana kita bisa tidak terjangkit penyakit amnesia rohani? Bagaimana cara kita mengobati penyakit amnesia rohani?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Suami yang baik tidak pernah ingat umur istrinya, tetapi selalu ingat hari ulang tahun sang istri. (Jacques Audiberti)</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-84132249509539788002023-05-03T09:47:00.002+07:002023-05-03T09:48:09.406+07:00Kisah Para Rasul 2:41-47 | Disukai Semua Orang<div class="thumbnail">
<img alt="Kisah Para Rasul 2:41-47" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgMNgLbqhkhzqY89VXu1jRdl3y5TyzwqKm3ySRqm1qmYo_70L4FweeMSbFEtdQ7PVTFSK-TNC3KHG6UsIVgPI5q4AfJV3W-0a5U3xAwCFsHF1m9rIB8KLLyB7Hqf7gexz1JKbtHVWLXhAlAvag54iZYUb-BwxkAdmKKnZP7QHGOl_G8pf1ZND7V7NWW/s1600/KPR%202.jpg" />
</div>
<!-- Surat - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3134767369"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Disukai Semua Orang</a> — Jika kita harus memilih satu kalimat yang paling menggambarkan bagaimana keadaan jemaat mula-mula seperti yang disebutkan dalam perikop kita hari ini, maka jangan ragu untuk mengambil kalimat yang ada di ayat 47, “dan mereka disukai semua orang”.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Kisah Para Rasul 2:41-47<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Cara hidup jemaat yang pertama</b> <br/>
2:41 Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.<br>
2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.<br>
2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.<br>
2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,<br>
2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.<br>
2:46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,<br>
2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
</div>
</div>
</div>
Mungkin kita masih belum begitu tersadar tentang “powerfull” nya kalimat di ayat 47 itu …
<br>
<br>
Ok, saya gambarkan sedikit begini …
<br>
<br>
Mungkin saja di suatu tempat ada persekutuan orang percaya yang … mereka bertekun dalam pengajaran, berhimpun dalam peribadahan, saling berbagi makan bersama-sama dengan sukacita, dll (seperti yang disebutkan dalam ayat 41-46 saja) …
<br>
<br>
Akan tetapi, hal itu tidak juga membuat persekutuan orang percaya itu “disukai oleh semua orang”.
<br>
<br>
Disukai oleh sesama yang ada di dalam persekutuan orang percaya itu sendiri, ya mungkin ini saja yang tercapai.
<br>
<br>
Tetapi, dengan orang-orang yang “berkepercayaan lain” yang juga ada di sekitar persekutuan itu hidup, ternyata, katakanlah kehadiran mereka “tidak terlalu disukai” oleh yang bukan satu iman dengan persekutuan.
<br>
<br>
Dapat yang sedang kita tuju?
<br>
<br>
<!-- Surat - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="8730413514"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Ketika ayat 47 dikatakan bahwa “mereka disukai semua orang”, itu pasti bukan hanya menunjuk pada “internal persekutuan mereka sendiri” (yang jumlahnya kira-kira 3000an orang itu), tetapi juga kehadiran mereka sebagai persekutuan bisa diterima dengan baik oleh “komunitas-komunitas” lainnya yang berbeda iman nya dengan mereka.
<br>
<br>
Jadi memang sangat luar biasa sekali apa yang terjadi dalam perikop kita hari ini, karena dua hal di bawah ini:
<br>
<br>
(1) Sebagai persekutuan, mereka berhasil membangun kesehatian, kesukacitaan, kenyamanan bersama sehingga di antara sesama orang percaya dengan senang hati dan rela hati melakukan yang terbaik bagi Tuhan.
<br>
<br>
(2) Dan sebagai persekutuan, mereka juga berhasil dalam “memiliki perangkat/kecakapan” yang membuat kehadiran mereka sebagai persekutuan tidak ditolak oleh masyarakat. Justru sebaliknya, kehadiran mereka disukai oleh masyarakat (yang berbeda iman dengan mereka).
<br>
<br>
Dua tujuan besar yang walaupun sangat sulit untuk kita capai dan ulang kembali di masa kini, tetapi sangat layak untuk kita perjuangkan agar dua hal tersebut dapat hadir dan terasa dalam persekutuan orang percaya (baca: Gereja) di mana kita bersekutu bersama saat ini.
<br>
<br>
<b>Sharing</b><br>
a) Apa yang sudah persekutuan kita lakukan agar semua dapat sehati sepikir, saling topang menopang, dan nyaman ketika berada dalam persekutuan?
<br>
<br>
b) apa yang sudah persekutuan kita lakukan agar orang-orang yang berkepercayaan lain yang ada di sekitar kehidupan persekutuan kita merasakan dampak positif hadirnya persekutuan orang percaya sehingga persekutuan kita disukai oleh semua orang?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Orang-orang menjadi kesepian karena mereka membangun tembok, bukan jembatan. (Newton)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-66109096493670039522023-04-13T10:15:00.001+07:002023-04-13T10:15:16.302+07:00Ibrani 13:1-8 | Kasihku Bagimu<div class="thumbnail">
<img alt="Ibrani 13:1-8" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgbhuyxmXJHXPeZ8SgxG6MnAmKM6ndttsZaSgp5uSWAODBtcycQKRx6soEA_15vhDpHR31epT6kl_Job8nYX05t0QnJamJONiA1Le-6klm8jxp2fiTaBUSRShZsRzY3eLGtAYv8M3L19suCWxIXHzMi1MUf7-jaZQDq_dwjWbJIhxTHS0QP4ZAQ2Gmx/s1600/Kasihku%20bagimu.png" />
</div>
<!-- Surat - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3134767369"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Kasihku Bagimu</a> — Perikop kita hari ini diawali dengan sebuah pernyataan tegas: Peliharalah kasih persaudaraan (ayat 1).
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Ibrani 13:1-8<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Nasihat dan doa selamat</b> <br/>
13:1 Peliharalah kasih persaudaraan!<br>
13:2 Jangan kamu lupa memberi tumpangan kepada orang, sebab dengan berbuat demikian beberapa orang dengan tidak diketahuinya telah menjamu malaikat-malaikat.<br>
13:3 Ingatlah akan orang-orang hukuman, karena kamu sendiri juga adalah orang-orang hukuman. Dan ingatlah akan orang-orang yang diperlakukan sewenang-wenang, karena kamu sendiri juga masih hidup di dunia ini.<br>
13:4 Hendaklah kamu semua penuh hormat terhadap perkawinan dan janganlah kamu mencemarkan tempat tidur, sebab orang-orang sundal dan pezinah akan dihakimi Allah.<br>
13:5 Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."<br>
13:6 Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata: "Tuhan adalah Penolongku. Aku tidak akan takut. Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?"<br>
13:7 Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.<br>
13:8 Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.
</div>
</div>
</div>
<h2>Kasihku Bagimu</h2>
Tadinya saya mengira kata “persaudaraan” yang digunakan di ayat 1 itu menunjuk pada “persaudaraan kepada semua, sesama manusia”.
<br>
<br>
Tapi ternyata tidak.
<br>
<br>
Kata “persaudaran” yang digunakan dalam teks itu adalah <i><a href="https://biblehub.com/text/hebrews/13-1.htm" target="_blank">philadelphia</a></i> yang menunjuk pada kasih persaudaraan di antara sesama pengikut Kristus di konteks waktu itu.
<br>
<br>
Sebentar, jangan salah paham lebih dahulu.
<br>
<br>
Sebagai orang percaya kita harus mengasihi semua orang.
<br>
<br>
Namun, bila teks Alkitab kita justru menekankan pada “kasih persaudaraan di antara sesama pengikut Kristus”, ini kan berarti ada satu “masalah” yang dihadapi oleh jemaat Kristen pada waktu itu sehingga di antara sesama orang percaya saja, mereka mulai untuk menggunakan istilah “tidak kenal saudara (seiman)”.
<br>
<br>
Beberapa penafsir mengaitkan perikop kita hari ini dengan Ibrani 10:25 di mana mulai ada orang-orang percaya yang mulai menjauhkan diri dari persekutuan.
<br>
<br>
Juga tentang kebaikan hati memberikan tumpangan kepada orang; Ini pun ditujukan paling awalnya untuk pelayanan bagi para pemberita Injil yang dijamu oleh keluarga-keluarga jemaat di waktu itu (bnd. Ibrani 6:10).
<br>
<br>
<!-- Surat - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="8730413514"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Lebih menarik lagi karena perikop kita mengaitkan juga tentang “hamba uang” (ayat 5). Seruan untuk mencukupkan diri dan percaya pada karya penyertaan Allah yang senantiasa menolong umatNya.
<br>
<br>
Gabungkan itu semua dengan pergumulan yang pasti dialami oleh jemaat mula-mula karena mereka berbeda iman (hinaan, persekusi, dll), maka kita akan menemukan sebuah jemaat yang diisi oleh kumpulan orang-orang yang letih lesu dengan semua pergumulan yang terjadi.
<br>
<br>
Sehingga dengan keadaan itu, mereka mulai berpikir untuk tidak lagi mementingkan kepentingan bersama sebagai satu persekutuan orang percaya di masa itu.
<br>
<br>
Mereka tidak lagi memperjuangkan “Kasihku Bagimu” (untuk sesama orang percaya), karena mereka mulai berfokus pada urusan mereka masing-masing dan meninggalkan persekutuan.
<h2>KasihKu bagimu</h2>
Perikop kita melawan sikap letih lesu itu dengan menunjukkan semangat para pemberita Injil yang dengan sukacita (walau banyak tantangan) menunjukkan kasih mereka bagi persekutuan orang percaya. --- Di sini, “Kasihku Bagimu” tidak hanya diucapkan oleh orang percaya nya, tetapi juga oleh para pemberita Injil Kristus (ayat 7).
<br>
<br>
Dan yang paling utama tentu adalah bagaimana Allah di dalam Yesus Kristus telah menyatakan tentang “KasihKu Bagimu”. Tentang Kasih Allah yang dinyatakan dalam anugerah pertolongan dan penyelamatan Yesus Kristus (ayat 6, 8).
<br>
<br>
Dengan mengingat pernyataan Allah tentang “KasihKu bagimu” inilah yang menjadi dasar kita untuk melakukan “Kasihku bagimu” (kepada sesama orang percaya dan semua orang) dan terlebih untuk menyatakan rasa syukur kita kepada Allah dengan menyatakan bahwa inilah “Kasihku bagiMu” melalui semua kebaikan hati yang bisa kita lakukan untuk sesama.
<br>
<br>
Sharing<br>
Apa yang bisa kita lakukan di masa kini untuk menunjukkan “Kasihku bagimu” (bagi sesama) dan juga menunjukkan “Kasihku bagiMu” (untuk Tuhan) melalui sikap dan tingkah laku keseharian kita?
<br>
<br>
<div class='post-block'>
Cinta bukanlah saling menatap satu sama lain, melainkan bersama-sama melihat ke arah yang sama. (Antoine de Saint-Exuperry)
</div>
Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-8859783044707019662023-03-30T12:32:00.009+07:002023-03-31T05:43:56.354+07:00Habakuk 1:1-4, 2:1-4 | Kecewa pada Tuhan<div class="thumbnail">
<img alt="Habakuk 1:1-4, 2:1-4" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgtGaMCYnNYsC2zmv4PZ1kUBoGkYjTRmVtFwQk0iuET3gXldax_8Np9HGJ9CRpRovI352-0MOc25LJngVztOyWKTq_i6Y1GD-EqNySkt8IIpZJxlsmTh59qVbE9XDFAv4KJ9okGpjqRq361sjkwANQEYoVSeolRONCTMdfjOFIPpp07t1uDlk-G1ACA/s1600/Kecewa%20pada%20Tuhan.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<div class="lazy-youtube" data-embed="5LXdnTBeyrg">
<div class="play-button"></div>
</div><br>
<a href="#">Kecewa pada Tuhan</a> — Syalom bapak ibu semuanya. Hari ini kita kembali untuk diundang dalam Perjamuan Kudus Tuhan.
<h2>Mengapa datang ke Gereja?</h2>
Sebetulnya saya bertanya-tanya tentang satu hal sewaktu mempersiapkan renungan kita hari ini.
<br>
<br>
Ya, memang pertanyaannya bukan secara khusus tentang Perjamuan Kudus, tapi mencakup yang umum.
<br>
<br>
Pertanyaannya, "Apa yang membuat seseorang datang beribadah pada Tuhan di hari Minggu?"
<br>
<br>
Beberapa jawaban yang mungkin dipilih:
<br>
<br>
• Yah gak enak lah pak, kan kita Kristen, masak hari minggu gak ke gereja. (rutinitas)<br>
• Saya ke gereja karena bapak saya penatua atau pendeta. (terpaksa)<br>
• Ohh tergantung mood aja pak. Kalo lagi badmood yang enggak jalan, kalo lagi goodmood ya jalan.<br>
• Atau sebaliknya, kalau lagi badmood makanya dateng, lagi goodmood, perginya gak ke gereja.<br>
• Atau karena ada Perjamuan Kudus nih harus ke gereja. (pemburu perjamuan kudus/hari raya)
<br>
<br>
Semua alasannya kurang pas ya.
<br>
<br>
Kenapa saya kepikiran tentang pertanyaan tadi?
<br>
<br>
Karena dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, Habakuk mewakili semua orang yang moodnya sedang tidak bagus , karena mereka sedang menghadapi pergumulan yang besar. Akan tetapi, hal itu tidak menghalanginya (nabi Habakuk) untuk datang dan terus menantikan jawaban dari Tuhan.
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Habakuk 1:1-4, 2:1-4<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Keluhan nabi karena ketidaksetiaan</b> <br>
1:1 Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.<br>
1:2 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?<br>
1:3 Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.<br>
1:4 Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
<br>
<br>
<b>Orang yang benar akan hidup karena percayanya</b> <br>
2:1 Aku mau berdiri di tempat pengintaianku dan berdiri tegak di menara, aku mau meninjau dan menantikan apa yang akan difirmankan-Nya kepadaku, dan apa yang akan dijawab-Nya atas pengaduanku.<br>
2:2 Lalu TUHAN menjawab aku, demikian: "Tuliskanlah penglihatan itu dan ukirkanlah itu pada loh-loh, supaya orang sambil lalu dapat membacanya.<br>
2:3 Sebab penglihatan itu masih menanti saatnya, tetapi ia bersegera menuju kesudahannya dengan tidak menipu; apabila berlambat-lambat, nantikanlah itu, sebab itu sungguh-sungguh akan datang dan tidak akan bertangguh.<br>
2:4 Sesungguhnya, orang yang membusungkan dada, tidak lurus hatinya, tetapi orang yang benar itu akan hidup oleh percayanya.<br>
</div>
</div>
</div>
<h2>Kecewa pada Tuhan</h2>
Coba lihat Habakuk 1:2 <br>
Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
<br>
<br>
Bagi beberapa orang, penantian yang sudah memakan waktu sedikit lebih lama pasti menggerus semangatnya untuk datang beribadah, ya kan?
<br>
<br>
Karena pada akhirnya seseorang yang bertanya, "Berapa lama lagi Tuhan?", bisa berujung jadi orang yang kecewa pada Tuhan.
<br>
<br>
Saya mau menunjukkan bagimana seseorang yang kecewa pada Tuhan melalui penggambaran dari perikop kita.
<br>
<br>
Seseorang yang kecewa pada Tuhan adalah orang yang berkata seperti di Habakuk 1:2, tapi pada akhirnya tidak bertemu dengan Habakuk 2:2.
<br>
<br>
Berapa lama lagi Tuhan? --- nunggu --- Dan gak ketemu dengan habakuk 2:2, "lalu Tuhan menjawab aku, ..."
<h2>Tidak pernah Mengecewakan</h2>
Hari ini saya mau mengajak kita semua untuk merenung satu hal saja.
<br>
<br>
Saya punya gambar.
<br>
<br>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPLhg1V4iU11jrVHqBf7yDV--kwHU2XfFPTXsyXSmHi-1JK6z7Mj1hmpTeulryKQ7C_aWgYs2FDGWC7_lKq7xVAcu40QvMfeVWNdqjB6oOVAsaPJ2UAkuLCfJxLDO8rI6Yca-NF6hzg6WK75xgXRAgy1MVUZKHYHbEBXTaqXaWVTTClNNz1Al1bnoz/s1280/kecambah%20penelitian.jpg" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" width="400" data-original-height="720" data-original-width="1280" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPLhg1V4iU11jrVHqBf7yDV--kwHU2XfFPTXsyXSmHi-1JK6z7Mj1hmpTeulryKQ7C_aWgYs2FDGWC7_lKq7xVAcu40QvMfeVWNdqjB6oOVAsaPJ2UAkuLCfJxLDO8rI6Yca-NF6hzg6WK75xgXRAgy1MVUZKHYHbEBXTaqXaWVTTClNNz1Al1bnoz/s400/kecambah%20penelitian.jpg"/></a></div>
<br>
Pernahkan dikasih PR tentang "Penelitian Kecambah" sewaktu kita SD dahulu.
<br>
<br>
Apa yang dilakukan oleh kita?<br>
Melakukan bagian kita, kan? Kasih air, jangan sampai kering.
<br>
<br>
Apa yang dilakukan oleh Tuhan?<br>
Melakukan bagian Tuhan, kan? Menumbuhkan kecambah itu.
<br>
<br>
Bayangkan orang yang mantengin aja itu kecambah dan nunggu berasa lama. Kok ga numbuh-numbuh ini?
<br>
<br>
Ya, memang perlu sabar.
<br>
<br>
Tapi kan itu sama sekali bukan berarti Tuhan tidak bekerja atau bahkan Tuhan sedang mengabaikan dia.
<br>
<br>
Hari ini apalagi kita ada di undangan Perjamuan KudusNya, saat kita gak sanggup untuk menyelamatkan diri kita yang berdosa ini, Tuhan memberikan jalan keselamatan bagi kita.
<br>
<br>
Dan Dia yang telah melakukan yang terbaik kepada kita melalui karya Yesus Kristus, Dia juga yang akan memberikan selalu jalan keselamatan bagi kehidupan kita, sekarang sampai selamanya.
<br>
<br>
Semoga kita tidak tergesa–gesa untuk kecewa pada Tuhan.
<br>
<br>
<div class='post-block'>
Allah itu terlalu baik untuk tidak bermurah hati. Allah itu terlalu bijaksana untuk menjadi bingung. Ketika aku tidak bisa melacak tangan-Nya (mengerti perbuatan Tuhan), aku selalu dapat mempercayai hati-Nya. (Pepatah)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-49196358010671864802023-02-25T13:13:00.005+07:002023-02-25T13:17:35.708+07:00Lukas 17:7-10 | Cuma Hamba kok Bossy<div class="thumbnail">
<img alt="Lukas 17:7-10" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEju_Xb8rICD-46sgxFvWz9UjMOgbPfH8Y5V3k0FAob7MKG0MFK1WaTnQZzSCxBBtBLdSSgmx5dGeX5Wdz4IyDI3QDOrqZY4j5r12tBpD54Nkqt3gQNb5nJZLgGlrL-ISM4h-pZ-SgqrdQ4gBI1AuzQqtASUCVlzFvsOLF6MACGbxUA1z42jGsdOFLwb/s1600/Hamba%20kok%20Bossy.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="https://www.gerry.id/2023/02/lukas-177-10.html">Cuma Hamba kok Bossy</a> — Bossy artinya senang memerintah, mengatur, dan mengontrol orang lain, padahal dirinya bukan Bos (Tuan).
<h2>Srimulat</h2>
Kita sering menemukan pola bossy ini dalam candaan lama yang dibawakan dalam Srimulat atau film lawak lainnya.
<br>
<br>
Misalnya ada seorang asisten rumah tangga yang berperilaku seperti tuan dan nyonya rumahnya menerima tamu di saat tuan dan nyonya rumahnya sedang tidak ada di rumah.
<br>
<br>
Kemudian tiba-tiba ketahuan tuan dan nyonya rumahnya dan tawa pun tercipta.
<h2>Srimulat Masuk Gereja</h2>
Dalam kehidupan bergereja, kita pun sudah sering bertemu dengan istilah yang berkebalikan dengan sikap bossy, yaitu tentang pelayan yang meng-hamba.
<br>
<br>
Siapakah pelayan itu? Kita semuaa. Termasuk Pendeta dan Penatua dan seluruh keluarga jemaat tanpa terkecuali. Lalu siapa Bos kita? Tuhan.
<br>
<br>
Tetapi bagaimana membayangkannya bila dalam kehidupan gereja, kita menemukan sikap mem-bossy seperti yang ada dalam cerita Srimulat?
<br>
<br>
Kalau di Srimulat kan itu mah cuma cerita rekaan yang dibuat untuk menciptakan tawa. Tetapi bila hal itu terjadi dalam kehidupan keseharian kita di tengah jemaat atau keluarga, bagaimana dong?
<h2>Job Desk</h2>
Perikop yang kita baca hari ini mengisahkan tentang Yesus yang menceritakan tentang “normalnya” kehidupan antara tuan dengan para hambanya.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Lukas 17:7-10<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Tuan dan hamba</b> <br/>
17:7 "Siapa di antara kamu yang mempunyai seorang hamba yang membajak atau menggembalakan ternak baginya, akan berkata kepada hamba itu, setelah ia pulang dari ladang: Mari segera makan!<br>
17:8 Bukankah sebaliknya ia akan berkata kepada hamba itu: Sediakanlah makananku. Ikatlah pinggangmu dan layanilah aku sampai selesai aku makan dan minum. Dan sesudah itu engkau boleh makan dan minum.<br>
17:9 Adakah ia berterima kasih kepada hamba itu, karena hamba itu telah melakukan apa yang ditugaskan kepadanya?<br>
17:10 Demikian jugalah kamu. Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan."
</div>
</div>
</div>
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Gambarannya jelas: Hamba yang tidak mengeluh dengan perintah tuannya. Hamba yang melayani dengan sepenuh hati kepada tuannya.
<br>
<br>
Atau bahkan sampai pada hamba yang paham bahwa tuannya tidak perlu berterima kasih kepadanya karena apa yang menjadi “job-desk” pekerjaan dirinya sebagai hamba.
<br>
<br>
Terlebih, tentang gambaran, “Kalau hamba ya makan belakangan dong.” (Jadi kalau besok-besok ada jamuan santap malam sesudah KRT - Kebaktian Rumah Tangga, pendeta makan paling belakangan ya. Heuhe ... ).
<h2>Cuma Hamba, jangan Bossy lah!</h2>
Sikap hamba yang sempurna terhadap pelayanannya kepada tuannya.
<br>
<br>
Jujur saja, bukankah gambaran yang seperti itu yang seharusnya ada di dalam kehidupan kita sebagai keluarga atau bahkan gereja.
<br>
<br>
Ingat lho, suaminya ibu itu bukan bos nya ibu. Atau sebaliknya, istrinya bapak itu bukan bos nya bapak. Atau Pendeta itu bukan bos nya jemaat. Atau sebaliknya, jemaat itu bukan boss nya pendetanya.
<br>
<br>
Kenapa? Karena setiap kita justru memiliki tugas melayani kepada “Tuan” yang sama, yaitu: Tuhan.
<br>
<br>
Bayangkan betapa indahnya kehidupan bersama kita bila kita semua mengingat bahwa kita semua melayani “tuan” yang sama. Kita benar-benar setara.
<br>
<br>
Saya menjadi suami atau istri yang baik yang melayani karena Tuhan memang memerintahkan saya untuk melakukan hal itu.
<br>
<br>
Saya menjadi pelayan Tuhan di jemaat dan (misalnya) dikritik sana sini oleh jemaat. Ya wajar, namanya juga kita ini pelayan. Karena kita semua menginginkan atau merindukan kehidupan yang saling melayani dan membawa kebaikan bagi semua untuk kemuliaan Tuhan, sang Tuan kita.
<br>
<br>
Berbahagialah kita bila dalam keseharian kehidupan kita, kita semua disertai oleh orang-orang yang sama-sama mau melayani Sang Tuan (yaitu Tuhan).
<br>
<br>
Sambil tetap selalu mengingat bahwa kita ini ya memang cuma hamba yang melayani di tengah kehidupan keluarga atau di tengah kehidupan keluarga jemaat kita.
<br>
<br>
<b>Sharing</b><br>
Apa yang perlu diingat oleh setiap orang agar ia bisa menghalau sikap bossy dalam keseharian hidupnya?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Tuhan mempunyai tiga macam hamba di dunia ini. Beberapa adalah ‘budak’ – yang melayani Dia karena takut. Yang lain adalah ‘orang bayaran’ – yang melayani untuk upah. Yang terakhir adalah ‘anak-anak’ – yang melayani karena mereka mengasihi Dia. (Uskup Agung Secker)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-61449611105896788692023-02-25T00:38:00.002+07:002023-02-25T00:41:59.157+07:00Kolose 2:6-15 | Jalan Buntu Dianggap Jalan Pintas<div class="thumbnail">
<img alt="Kolose 2:6-15" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgsUYGoHQoSSsye-Qhs3v7p6qn2_mGPaLfYXodG_fmir_gNL-DCso67NbX5n4_wpSgTcq1wUC2HCsjGtgFz-nIo8PAGT5g-1oSP0fa1ZuRmmsU5yleGojf2KP7t7-0Rq8mIP_QTmFDxmqNkYNFMHpjo4RnOUsBdr8P-aVdVFetFt-N-k_10Rq8uY3EF/s1600/Jalan%20Buntu.jpg" />
</div>
<!-- Surat - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3134767369"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Jalan Buntu Dianggap Jalan Pintas</a> — Ini kisah nyata, seorang istri tiba-tiba bertanya ke suaminya, “Mas, apa kamu mau kalau anak kita ditukar uang 100 miliar?”
<br>
<br>
Suaminya dengan sedikit menggunakan nada tinggi pun menjawab, “Tentu Tidak! Anak kita tidak ternilai harganya!”
<br>
<br>
Istrinya pun segera merespon, “Kalau begitu, aku ucapkan selamat. Mas lebih dari miliarder karena mas adalah seorang ayah.”
<h2>Cara Menilai</h2>
Bagaimana seseorang menilai kehidupan yang ia jalani amat bergantung dari caranya menilai karunia yang telah diberikan Tuhan kepadanya.
<br>
<br>
Ketika seseorang menganggap bahwa apa yang Tuhan karuniakan kepadanya, apapun itu, sebagai sesuatu yang “biasa-biasa saja”.
<br>
<br>
Maka tidak heran bila ada orang yang kemudian rela begitu saja “membuang sesuatu yang dianggapnya biasa-biasa saja itu” ditukar dengan sesuatu yang dianggapnya <i>wow</i> (harta, pekerjaan, jodoh dll misalnya).
<br>
<br>
Apa yang dialami oleh Jemaat di Kolose pun kurang lebih berhadapan dengan hal seperti itu.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yohanes 10:22-30<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Kepenuhan hidup dalam Kristus</b> <br/>
2:6 Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.<br>
2:7 Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.<br>
2:8 Hati-hatilah, supaya jangan ada yang menawan kamu dengan filsafatnya yang kosong dan palsu menurut ajaran turun-temurun dan roh-roh dunia, tetapi tidak menurut Kristus.<br>
2:9 Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan,<br>
2:10 dan kamu telah dipenuhi di dalam Dia. Dialah kepala semua pemerintah dan penguasa.<br>
2:11 Dalam Dia kamu telah disunat, bukan dengan sunat yang dilakukan oleh manusia, tetapi dengan sunat Kristus, yang terdiri dari penanggalan akan tubuh yang berdosa,<br>
2:12 karena dengan Dia kamu dikuburkan dalam baptisan, dan di dalam Dia kamu turut dibangkitkan juga oleh kepercayaanmu kepada kerja kuasa Allah, yang telah membangkitkan Dia dari orang mati.<br>
2:13 Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita,<br>
2:14 dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib:<br>
2:15 Ia telah melucuti pemerintah-pemerintah dan penguasa-penguasa dan menjadikan mereka tontonan umum dalam kemenangan-Nya atas mereka.
</div>
</div>
</div>
<!-- Surat - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="8730413514"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Mereka telah menerima sesuatu yang sangat berharga bagi kehidupan kekal mereka (ayat 6, 14), digambarkan dengan karya Kristus yang telah menebus – menghapus surat hutang.
<h2>Anugerah Terhimpit Pergumulan</h2>
Namun kenyataan hidup yang penuh dengan pergumulan seringkali membuat beberapa orang menganggap apa yang telah diterimanya di dalam Kristus itu sebagai sesuatu yang biasa saja.
<br>
<br>
Maka tidak aneh Rasul Paulus mengingatkan jemaat agar tidak tergoda dengan pengajaran dan ajakan yang disebutnya sebagai “filsafat kosong dan palsu” (ayat 8) yang pada akhirnya membuat orang percaya dapat begitu saja meninggalkan iman percayanya kepada Kristus.
<br>
<br>
Belum lagi berhadapan dengan situasi masyarakat sekitar pada waktu itu yang tentu saja akan bersikap kurang baik kepada minoritas orang percaya karena iman yang berbeda.
<br>
<br>
Godaan untuk meninggalkan iman kepada Kristus dan menjadi serupa dengan “iman masyarakat” tentu akan berdampak luar biasa terhadap kehidupan mereka.
<br>
<br>
Bila dibahasakan, “Daripada ikut Kristus, saya menderita terus, lebih baik tinggalkan Kristus maka hidup saya terurus.” Padahal kita tahu bahwa sikap menyepelekan karunia terbesar seperti itu akan berdampak pada kehidupan kekal kita kelak.
<h2>Jalan Buntu Dianggap Jalan Pintas</h2>
Di sepanjang masa kehidupan orang percaya akan selalu berhadapan dengan hal seperti itu. Tidak terkecuali kita di masa kini.
<br>
<br>
Godaan untuk mengejar yang fana (kebahagiaan di dunia) dengan meninggalkan yang Kekal (kebahagiaan di Sorga kelak) akan selalu muncul, terlebih ketika kita sedang mengalami pergumulan yang berat.
<br>
<br>
Meninggalkan Kristus dianggap sebagai Jalan Pintas untuk meraih nikmat dunia, tetapi sebenarnya justru membawanya kepada Jalan Buntu karena kehilangan karunia kehidupan kekal di sorga kelak.
<br>
<br>
Seakan-akan Tuhan kurang kasihNya kepada kita karena kita bergumul hari ini, sedangkan Ia telah menyatakan karunia terbesar bagi kita (Yoh. 3:16).
<br>
<br>
Berjuanglah bersamaNya hingga kita semakin tahu bahwa Ia memang selalu memberikan yang terbaik tepat pada waktuNya.
<br>
<br>
<b>Sharing</b><br>
Apa yang dapat kita lakukan sebagai pribadi, keluarga dan jemaat agar ditengah semua situasi pergumulan yang kita alami hari ini, kita tetap memperjuangkan hidup benar dihadapan Tuhan sampai tiba waktunya Tuhan menyatakan berkatNya kepada kita?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Tak ada orang yang tersesat di Jalan yang Lurus! (Abraham Lincoln)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-30410017174489590592023-02-24T08:45:00.007+07:002023-02-24T08:50:00.955+07:00Wahyu 2:1-7 | Terganggu oleh Cinta<div class="thumbnail">
<img alt="Wahyu 2:1-7" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjw7aFyocTPO0SdAbcUPJCkjquv45jggGT4tUzrcn9SLKGHivL5Rx2kAqTZMURVYEsYucKFQsR7-kYFP91B5ZgE2l8lSPhnoJPZxei_WaTb43vlCLFE1gUcB8MtHh0Fg2QV_-vNj6OzCro2S_iXz12oKLkyk4nTFMu0Zb7HonWVjBRTFP1UR4SpR3gT/s1600/Terganggu%20oleh%20Cinta.jpg" />
</div>
<!-- Wahyu - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="8805896440"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<h2>Ketika Aku Mencintai Kamu</h2>
<a href="https://www.gerry.id/2023/02/wahyu-21-7.html">Terganggu oleh Cinta</a> — Syalom bapak ibu semuanya. Mencintai adalah suatu keadaan di mana di sepanjang kita mencinta, kita terganggu oleh cinta.
<br>
<br>
Sepakat gak ni? Mau bukti?
<br>
<br>
Ingat saja kali pertama kita mencinta, yang terjadi apa? Atau mulai dari awal dulu, waktu pertama kali kita punya perasaan "cinta monyet" zaman sekolah.
<br>
<br>
Terganggu oleh cinta?
<br>
<br>
Oh, ya jelas!
<br>
<br>
Susah tidur. Susah belajar. Susah makan.
<h2>Terganggu oleh Cinta, Bertindak Demi Cinta</h2>
Karena perasaan terganggu oleh cinta itu tidak pergi – pergi, baru dari sanalah kita terdorong untuk mengekspresikan cinta ke dalam tindakan - Suatu niat baik.
<br>
<br>
Kasih Perhatian. Kasih hadiah. Kasih bantuan. Semuanya lah.
<br>
<br>
Berbicara tentang hari pernikahan bung Lopes dan kak Yani, bagi saya ini merupakan peristiwa di mana ke dua saudara - saudari kita ini terganggu karena cinta. Yang kemudian menghadirkan kerinduan untuk melakukan yang terbaik bagi cinta.
<br>
<br>
Sudah berapa lama terganggu oleh cinta?
<br>
<br>
Sejak pertama cinta hadir. Nah itu berapa lama. (Lama sekali ya)
<br>
<br>
<!-- Wahyu - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6359696508"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h2>Menghapus Kebiasaan</h2>
Saya sudah minta izin ke keluarga untuk menceritakan hal ini ...
<br>
<br>
Ada satu kebiasaan yang terjadi bagi orang-orang Kristen yang tinggal di daerah mayoritas Kristen di kampung halaman.
<br>
<br>
Kebiasaan itu adalah ...
<br>
<br>
Nikah adat, sudah.<br>
Pemberkatan nikah gereja, sudah.
<br>
<br>
Akan tetapi, catatan sipil nya belum.
<br>
<br>
Mungkin hal itu tidak menjadi soal bila mereka tidak merantau.
<br>
<br>
Tapi bagi keluarga–keluarga yang merantau, bila hal itu diabaikan terus menerus, tentu ini bisa menjadi ketidaknyamanan tersendiri.
<br>
<br>
Karena negara kita adalah negara hukum di mana pernikahan dianggap sah bukan oleh gereja atau oleh adat, melainkan oleh negara.
<br>
<br>
Sehingga selama satu pernikahan tidak tercatat oleh pemerintah, maka pernikahan itu dianggap tidak sah.
<h2>Berjuang Demi Cinta</h2>
Terganggu oleh cinta karena menginginkan yang terbaik untuk membahagiakan cinta.
<br>
<br>
Itulah yang terjadi hari ini.
<br>
<br>
Perikop yang kita baca adalah kebalikannya.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Wahyu 2:1-7<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Kepada jemaat di Efesus</b> <br/>
2:1 "Tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Efesus: Inilah firman dari Dia, yang memegang ketujuh bintang itu di tangan kanan-Nya dan berjalan di antara ketujuh kaki dian emas itu.<br>
2:2 Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.<br>
2:3 Dan engkau tetap sabar dan menderita oleh karena nama-Ku; dan engkau tidak mengenal lelah.<br>
2:4 Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula.<br>
2:5 Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat.<br>
2:6 Tetapi ini yang ada padamu, yaitu engkau membenci segala perbuatan pengikut-pengikut Nikolaus, yang juga Kubenci.<br>
2:7 Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, dia akan Kuberi makan dari pohon kehidupan yang ada di Taman Firdaus Allah."
</div>
</div>
</div>
Orang yang tidak lagi terganggu karena cinta, sehingga dikatakan, mereka melupakan kasih yang mula–mula.
<br>
<br>
Bukan hanya kehilangan kasih yang mula-mula, tapi mereka juga kehilangan tujuan.
<br>
<br>
Lihat, mereka di ayat-ayat yang mengatakan mereka berjerih lelah, kerja. Lalu buat siapa? Karena apa? Untuk apa? Jika bukan untuk cinta.
<br>
<br>
Hidup tanpa tujuan hanya berujung pada hampa. <br>
Seperti kapal yang melaju tak tahu ke mana ditengah tengah samudera.
<br>
<br>
Harapan kita hari ini, kiranya semua niat baik yang sudah diperjuangkan oleh bung Lopes dan kak Yani hari ini menjadi satu dasar yang kokoh untuk melanjutkan kehidupan keluarga yang lebih kokoh, lebih berbahagia, lebih diberkati dan menjadi berkat.
<br>
<br>
Tuhan menolong.
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Anda bukan menikah untuk menjadi berbahagia, tetapi untuk saling membahagiakan. (Roy L. Smith)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-29477771110227771442023-02-23T01:23:00.007+07:002023-02-23T01:32:02.011+07:00Matius 5:13-20 | Kristen Setengah-setengah<div class="thumbnail">
<img alt="Garam dan Terang Dunia" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiTylUMba81YKaNeW-dCWPgfkl98eSjEZJhtbFfXhBCnfSJzyb4chQo2TKCwOwzQdPB3BaUOpRjcJumlv9iMT1rgr_0VB6DEwdstYyuTlUDz5Er-gk8zD96ksQSKXX4yvEACpYbZCxpQXLYw-DwSVgpaWtrgNL84Gp8BCjW-SiKf3OpkTbU9dQJq_Rg/s1600/Garam%20dan%20Terang%20Dunia.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<div class="lazy-youtube" data-embed="te6KmJM8R8s">
<div class="play-button"></div>
</div>
<br>
Syalom bapak dan ibu semuanya. Membaca ayat-ayat Alkitab kita hari ini yang terbagi dalam dua perikop, saya tahu ayat mana mungkin paling membuat bapak dan ibu bertanya tanya.
<br>
<br>
Ya, ini mah perkiraan saya saja, saya bisa salah kira juga.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Matius 5:13-16 (-20)<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Garam dan terang dunia</b> <br/>
5:13 "Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.<br>
5:14 Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi.<br>
5:15 Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu.<br>
5:16 Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."<br>
<br>
<b>Yesus dan hukum Taurat</b> <br/>
5:17 "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.<br>
5:18 Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.<br>
5:19 Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga; tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.<br>
5:20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.<br/>
</div>
</div>
</div>
<h2>Antagonis kok Teladan?</h2>
Saya mengira bapak dan ibu bertanya tanya tentang ayat 20.
<br>
<br>
Matius 5:20<br>
Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga.
<br>
<br>
Kenapa Yesus justru menyebutkan dua kelompok yang lebih senang tampil sebagai tokoh tokoh antagonis – yang senang berlawanan – dengan perjalanan karya Yesus?
<br>
<br>
Ibaratnya:<br>
Lah, Tuhan, kok malah jadikan Ahli Taurat dan Farisi ini sebagai contoh teladan?
<br>
<br>
Ini kan yang tepuk dada sombong waktu bordoa di Bait Suci? (Luk. 18:11). Ini kan orang yang gemar nunjuk-nunjuk ke orang lain: Kamu pendosa! (Mat. 9:11).
<br>
<br>
Pasti selintas sempat kepikiran ke sana kan.
<h2>Pemimpin Agama Israel</h2>
Orang Israel di zaman Yesus itu, para pemimpin agamanya ya, sama sekali berbeda dengan yang diceritakan dalam kitab para nabi di Perjanjian Lama.
<br>
<br>
Di Perjanjian Lama, biasanya ada raja beserta nabinya yang jatuh ke penyembahan berhala, misalnya di zaman raja Ahab, makanya diomel Tuhan.
<br />
<br />
Di zaman Yesus, gak ada pemimpin agama Israel yang jatuh dalam penyembahan berhala.
<br>
<br>
Justru sebaliknya, mereka punya semangat luar biasa untuk hidup benar-benar taat pada hukum Taurat.
<br>
<br>
Ayat 20 ini, yesus pasti menunjukan pada semangat luar biasa mereka itu, dalam hidup keagamaan mereka.
<h2>Pelita di bawah Gantang</h2>
Persoalannya cuma satu.
<br />
<br />
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Dalam perikop yang kita baca di ayat 15, yang di maksud Yesus dalam perkataan: "pelita di bawah gantang", ini kan maksudnya orang-orang yang hidup keagamaannya wow, akan tetapi tidak meraih orang orang lain yang, katakanlah, mereka dalam kegelapan.
<br>
<br>
Karena pelita tersebut ditutup gantang. Mereka aja yang terang, orang lain tetap gelap.
<br>
<br>
Nah itu persoalannya
<br />
<br />
Semangat ibadahnya ok, tapi ibadahnya tidak menerangi kehidupan orang lain, malah membuat mereka tetap gelap.
<h2>Pelita Kurang Minyak</h2>
Yang terakhir, ayat 20 juga bukan hanya tentang "pelita dibawah gantang".
<br>
<br>
Tapi juga sebagai seruan bagi orang-orang yang menjadi terang dunia supaya pelitanya sudah ada di atas kaki dian, tetapi mereka tidak memiliki semangat yang besar dalam hidup beribadah.
<br>
<br>
Ibaratnya orang naik motor, mau jalan jauh tapi gak pernah isi bensin. Siap-siap mogok di tengah jalan.
<br>
<br>
Pelita yang sudah berada di atas kaki dian tapi kurang semangat untuk mengisi minyak mereka. Terang yang meredup dan siap-siap padam.
<h2>Kristen Setengah-setengah</h2>
Hari ini, tantangannya adalah kita benar-benar tidak bisa hidup sebagai Kristen yang hanya punya semangat saja. Tapi kemudian menaruh pelita itu dibawah gantang – hidup kita tidak berdampak.
<br>
<br>
Dan kita juga tidak bisa hanya berpikir bahwa kita bisa menerangi tanpa punya semangat untuk meminyaki hidup beribadah karena itulah pelita kita.
<br>
<br>
Jadilah Kristen yang penuh. Bukan Kristen setengah-setengah.
<br>
<br>
Tuhan menolong.
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Hanya ada tiga jenis orang: Mereka yang beribadah kepada Tuhan karena telah menemukan Dia; Orang-orang lain yang sibuk mencari Dia karena belum menemukan Dia; Sementara yang selebihnya hidup tanpa mencari Dia dan tanpa menemukan Dia. Yang pertama: berakal sehat dan bahagia; Yang terakhir: bodoh dan tidak bahagia; Yang di antara keduanya: tidak bahagia dan berakal sehat. (Blaise Pascal)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-34296996250060078862023-02-15T09:13:00.010+07:002023-02-15T09:36:26.530+07:00Ulangan 30:15-20 | Dosa Dianggap Enak<div class="thumbnail">
<img alt="Ulangan 30:15-20" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhbU6k9O3bpHbIRngIyurXorLiPrvpRVdJddbPegrSXd_VTTtmmQtQ6U1-gvr9DEvxKfB_GDyZe5gTlBnjNZBVI-wfwde090WHX5sLKzuzFtOhJREFSiC9S58K7XS1s5qK6_Ex0VvDXJmE4ZyxA9CJynm8_tM5OfpTFbPLBZ4AGpWSZYPfwsN0FPuE/s1600/Dosa%20Dianggap%20Enak.jpg" />
</div>
<!-- Taurat - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6562876489"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br />
<a name='more'></a>
<a href="https://www.gerry.id/2023/02/ulangan-3015-20.html">Dosa Dianggap Enak</a> — Kalau memang apa yang dikatakan oleh Tuhan dalam perikop kita hari ini (ambil saja contoh ayat 15, 19) adalah "semudah itu untuk dilakukan", maka dunia ini sudah dari dahulu aman, damai dan sejahtera.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Ulangan 30:15-20<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Kehidupan atau kematian</b> <br/>
30:15 Ingatlah, aku menghadapkan kepadamu pada hari ini kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan,<br/>
30:16 karena pada hari ini aku memerintahkan kepadamu untuk mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya dan berpegang pada perintah, ketetapan dan peraturan-Nya, supaya engkau hidup dan bertambah banyak dan diberkati oleh TUHAN, Allahmu, di negeri ke mana engkau masuk untuk mendudukinya.<br/>
30:17 Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan beribadah kepadanya,<br/>
30:18 maka aku memberitahukan kepadamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk mendudukinya.<br/>
30:19 Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup, baik engkau maupun keturunanmu,<br/>
30:20 dengan mengasihi TUHAN, Allahmu, mendengarkan suara-Nya dan berpaut pada-Nya, sebab hal itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk memberikannya kepada mereka."
</div>
</div>
</div>
Semua orang tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan olehnya, terutama bila dikaitkan dengan perintah Tuhan untuk dirinya.
<br>
<br>
Jadi mengapa sangat sulit untuk memilih, kehidupan dan keberuntungan dibandingkan dengan kematian dan kecelakaan? Taat, maka diberkati. Memberontak, maka dihukum.
<br>
<br>
Pilihan yang mudah, seharusnya. <br>
Saya gak mau dihukum, maka saya pilih taat. Mudah kan?
<br>
<br>
Sejarah bangsa Israel sendiri kita tahu bahwa mereka jatuh bangun di dalam keberdosaan dan pertobatan mereka. Sekarang tobat, besok kumat, tobat lagi, kumat lagi.
<br>
<br>
Perikop kita terjadi saat bangsa Israel belum masuk ke tanah perjanjian. Belum ada kerajaan Israel, masih jauh di depan sana periode kerajaan Israel.
<br>
<br>
Tetapi toh kita bisa melihat juga di depan sana (dalam sejarah kelanjutan bangsa Israel setelah perikop kita ini), bangsa Israel pun seringkali dihukum Tuhan karena ketidaktaatan mereka. Puncaknya ya peristiwa pembuangan ke Babel.
<br>
<br>
<!-- Taurat - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4571391240"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Jadi, persoalan memilih “berkat atau kutuk” memang tidak semudah itu.
<br>
<br>
Karena dari dahulu sampai sekarang, bahkan sampai zaman akhir nanti, akan selalu ada orang yang menganggap: "berbuat dosa itu enak". Sampai-sampai ada ungkapan kekesalan, "Kenapa yang enak-enak itu justru yang dosa".
<br>
<br>
Kalau seseorang sudah menganggap rasa dosa itu sebagai rasa yang enak-nikmat, maka hal itu menjadikannya mendapatkan "pengganti rasa enaknya" hidup diberkati oleh Tuhan melalui ketaatan.
<br>
<br>
Posisinya jadi seimbang. Taat, enak karena diberkati. Berbuat dosa pun merasa enak, walau tahu perbuatan itu dilarang oleh Tuhan. Jadi mau taat atau berontak, merasa sama-sama posisi enak.
<br>
<br>
Apalagi jika seseorang menganggap taat itu gak enak (karena saya taat, saya sulit promosi jabatan, misalnya), makin terbukalah godaan untuk melakukan dosa yang dianggapnya lebih enak.
<br>
<br>
Hanya ada satu kelemahan (yang sering diabaikan) orang yang menganggap "berbuat dosa itu enak".
<br>
<br>
Dampak jangka panjang yang sudah pasti diterimanya bila tidak segera bertobat. Karena Tuhan seringkali tidak menghukum "saat itu juga". Tapi nanti, waktunya akan tiba.
<br>
<br>
Mungkin, jika hukuman Tuhan selalu datang tepat disaat seseorang berbuat dosa, tidak akan ada orang yang berani melanggar perintahNya.
<br>
<br>
Karena hukumannya datangnya belakangan, orang jadi berani melanggar. Apalagi kalau sudah berprinsip: bertobatnya nanti saja.
<br>
<br>
Hmmm, iya kalau sadar, iya kalau sempat tobat. Kalau gak sempet tobat kan ambyar lah sudah.
<br>
<br>
Sharing<br>
Apa yang harus diingat oleh setiap kita untuk pada akhirnya tidak menganggap “berbuat dosa itu sebagai sesuatu yang enak-enak”? Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-263178922256612872023-02-08T15:22:00.002+07:002023-02-08T15:22:31.231+07:00Yesaya 58:1-12 | Orang Kristen Masa Gitu<div class="thumbnail">
<img alt="Yesaya 58:1-12" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCqtP6Ojyd3n03UFqNapVib822zjwL7VC3xPk-9zjd2lm6-6qsuktIHpIJizPpIMe5-cd2FHAVn3_wucI9b3771Fpfyt_oWFY-AgnyrLSruD_cZTCBXpcPU6g2UN38Zwj--Ged8NPc5OSng1mgPvfwQjjrOdS9UMjwY89lsaKyB6a6V8WU8Q64gMcm/s1600/orang%20kristen%20masa%20gitu.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
Sudah terlalu sering kita mendengar beragam istilah yang dimaksudkan untuk menyindir setiap orang yang mengaku dirinya Kristen, tapi tidak hidup seperti layaknya seorang Pengikut Kristus yang Kristiani.
<br>
<br>
Sebut saja: Kristen Kapal Selam, Kristen KTP, Kristen Tomat (tobat kumat), ada lagi? Semua ungkapan yang sederhananya mau menggambarkan situasi kehidupan “ngakunya Kristen, tapi orang Kristen masa gitu?”
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yesaya 58:1-12<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Penghakiman terakhir</b> <br/>
58:1 Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!<br/>
58:2 Memang setiap hari mereka mencari Aku dan suka untuk mengenal segala jalan-Ku. Seperti bangsa yang melakukan yang benar dan yang tidak meninggalkan hukum Allahnya mereka menanyakan Aku tentang hukum-hukum yang benar, mereka suka mendekat menghadap Allah, tanyanya:<br/>
58:3 "Mengapa kami berpuasa dan Engkau tidak memperhatikannya juga? Mengapa kami merendahkan diri dan Engkau tidak mengindahkannya juga?" Sesungguhnya, pada hari puasamu engkau masih tetap mengurus urusanmu, dan kamu mendesak-desak semua buruhmu.<br/>
58:4 Sesungguhnya, kamu berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan caramu berpuasa seperti sekarang ini suaramu tidak akan didengar di tempat tinggi.<br/>
58:5 Sungguh-sungguh inikah berpuasa yang Kukehendaki, dan mengadakan hari merendahkan diri, jika engkau menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur? Sungguh-sungguh itukah yang kausebutkan berpuasa, mengadakan hari yang berkenan pada TUHAN?<br/>
58:6 Bukan! Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk,<br/>
58:7 supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!<br/>
58:8 Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.<br/>
58:9 Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah,<br/>
58:10 apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari.<br/>
58:11 TUHAN akan menuntun engkau senantiasa dan akan memuaskan hatimu di tanah yang kering, dan akan membaharui kekuatanmu; engkau akan seperti taman yang diairi dengan baik dan seperti mata air yang tidak pernah mengecewakan.<br/>
58:12 Engkau akan membangun reruntuhan yang sudah berabad-abad, dan akan memperbaiki dasar yang diletakkan oleh banyak keturunan. Engkau akan disebutkan "yang memperbaiki tembok yang tembus", "yang membetulkan jalan supaya tempat itu dapat dihuni".<br/>
</div>
</div>
</div>
Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini, (ya memang bukan tentang orang Kristen sih, tapi kepada bangsa Israel) Allah mengecam bangsa Israel yang di kala itu, memang mereka menunjukkan bahwa mereka beribadah kepada Allah (ayat 2).
<br>
<br>
Akan tetapi, nyata-nyatanya Allah tetap memarahi bangsa Israel walaupun mereka telah menunjukkan bahwa mereka melakukan ibadah kepada Allah.
<br>
<br>
Alasannya sederhana. Dalam ayat 4 dikatakan, puasanya jalan tapi juga berkelahinya juga tetap jalan. Atau gambaran yang ada dalam ayat 5-7, mereka melakukan tata cara puasa dengan sedetail itu dan benar, tapi mereka tetap tidak peduli terhadap orang yang teraniaya, orang yang lapar dll.
<br>
<br>
Katanya rajin beribadah. Tapi kok gitu?
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
Allah menegur bangsa Israel sedemikian rupa karena Allah menginginkan sikap hidup beribadah mereka berpadanan langsung dengan perubahan dalam sikap hidup keseharian mereka yang memberi dampak nyata bagi orang-orang lain yang ada di sekitar mereka.
<br>
<br>
Dampak nyata yang positif tentunya karena dalam setiap ibadah pastilah Allah memerintahkan umatNya untuk melakukan apa yang baik bagi sesame. Bukan malah mengabaikan sesama (seperti yang diungkapkan Allah dalam perikop kita hari ini).
<br>
<br>
Hari ini, apa yang diungkapkan oleh Allah dalam pembacaan Alkitab kita tentang bagaimana Allah memarahi orang yang katanya beribadah tapi sikap hidup kesehariannya tidak mencerminkan “hasil dari beribadahnya”, akan selalu relevan bagi umat Allah di sepanjang masa.
<br>
<br>
Relevan karena kita akan selalu menjumpai seseorang yang bergumam, “Orang Kristen masa gitu?” ketika dia melihat seorang Kristen yang justru menunjukkan sikap hidup yang sama sekali tidak Kristiani. Padahal katanya rajin ke gereja, rajin berdoa, rajin ini dan itu.
<br>
<br>
Kan seharusnya justru orang tahu kita ini orang Kristen (tanpa harus ngomong bahwa kita ini Kristen) dari sikap dan tindakan hidup keseharian kita yang memang benar-benar Kristiani (sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah di dalam Kristus). Seharusnya begitu.
<br>
<br>
Sharing<br/>
Bagaimana caranya agar seorang Kristen benar-benar memiliki pembaruan hidup (menjadi pribadi yang semakin baik) setelah mereka beribadah?Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-83005808149152136242023-01-19T09:45:00.005+07:002023-01-19T09:58:56.202+07:00Matius 25:31-46 | MelewatkanMu<div class="thumbnail">
<img alt="Matius 1:18-25" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCp9w2Lg1uDihJqXCmVkcVMjPiy8EH6TRsiU7Y1Ij6f3HR6jRrPI1361QTiRPnE8kNtADEOm4c0RvujDnwiNLv6F-5tHTijFOEUBsTV651HDWAVB9jHG5edWY94I8WeSqSm-r9X7YBOvQ_yrhsIAoYhnOMxk_JR0sjKlmqqYzSTUZWYqNRE4F5DXmy/s1600/melewatkanmu.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
MelewatkanMu - Syalom bapak dan ibu semuanya. Selamat Tahun Baru. Tadinya saya mengira perikop yang kita baca hari ini berbicara tentang kesempatan.
<br>
<br>
Maksudnya begini, seperti waktu kita sekolah sebelum hari ujian datang, kunci jawabannya udah kita pegang. Dulu waktu SMP, saya pernah tuh begitu. Karena ada guru yang bikin jawaban pilihan ganda nya sama - dibolong-bolongin dulu pas meriksa hasil ujian anak-anak.
<br>
<br>
Eh ketahuan polanya. Lha kan kalau udah begitu, kitanya jadi enak.
<br>
<br>
Jadi seperti di perikop kita hari ini berbicara tentang akhir zaman (ayat 31) sedangkan sekarang belum akhir zaman, berarti kan kita sudah diberitahu apa yang harus kita lakukan (ayat 35-36, kunci jawabannya) supaya kita tinggal melakukan saja.
<br>
<br>
Kesempatan untuk "menjawab dengan benar (melakukan yang benar)" karena kita sudah tahu "kunci jawabannya".
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Matius 25:31-46<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Penghakiman terakhir</b> <br/>
25:31 "Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.<br>
25:32 Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,<br>
25:33 dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya.<br>
25:34 Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.<br>
25:35 Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;<br>
25:36 ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.<br>
25:37 Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum?<br>
25:38 Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?<br>
25:39 Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?<br>
25:40 Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.<br>
25:41 Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.<br>
25:42 Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum;<br>
25:43 ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat Aku.<br>
25:44 Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit, atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?<br>
25:45 Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku.<br>
25:46 Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal."<br/>
</div>
</div>
</div>
Tadinya saya kira seperti itu dalam perikop kita.
<br>
<br>
Sampai akhirnya saya teringat bahwa perikop kita berbicara tentang akhir zaman yang sudah tiba.
<br>
<br>
Artinya kesempatannya sudah lewat. Tidak akan ada lagi kesempatan berlaku bagi orang-orang yang digambarkan dalam perikop kita hari ini. Lha wong sudah akhir zaman.
<br>
<br>
Jadi saya waktu persiapan sebenarnya sempat mengalami dua kali ngomong "eh".
<br>
<br>
"Eh" yang pertama, "Eh, ini tahun baru kok bahannya tentang akhir zaman ya?"
<br>
<br>
Saya cari lagi maksudnya mau dibawa ke mana. Dan ketemu nih:
<br>
<br>
"Aha! Ini berbicara tentang kesempatan. Eh, bukan deng!"
<br>
<br>
Ok
<br>
<br>
Kabar baiknya adalah ...
<br />
<br />
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Karena kita belum sampai pada masa yang perikop kita katakan. Belum akhir zaman.
<br>
<br>
Artinya bagi kita, hari ini sampai ujung usia kita nanti, masih merupakan kesempatan bagi kita.
<br>
<br>
Dalam bahasa Yunani ada tiga kata untuk menunjuk pada penggunaan makna waktu.
<br>
<br>
Kronos: Waktu dalam pengertian jam, bulan, tahun.<br>
Aion: Waktu dalam pengertian periode masa (misalnya untuk menunjuk pada penantian kedatangan Yesus yang kedua kali nanti)<br>
Kairos: Waktu yang di dalamnya terdapat kesempatan yang diberikan Tuhan untuk kita.
<br>
<br>
Memandang waktu yang kita miliki hari ini sebagai kesempatan. Seperti lagu kesukaan kita semua: Hidup ini adalah kesempatan ...
<br>
<br>
Mungkin itu salah satu kunci kebahagiaan dalam hidup kita.
<br>
<br>
Sewaktu ada orang yang gosipin kita, berlaku buruk kepada kita, alih-alih kita kebawa emosi, lebih baik kita berdoa: "Tuhan, apa yang mau Engkau ajarkan kepadaku dengan kejadian itu?" ... Oh ternyata supaya aku bisa jadi orang yang lebih sabar lagi, misalnya.
<br>
<br>
Sewaktu ada yang kesusahan, oh ini waktunya untuk membalas kebaikan Tuhan dengan menolong sesamaku.
<br>
<br>
Mengawali Tahun yang Baru ini dengan menyambut undangan Tuhan dalam Perjamuan KudusNya, semoga ini menjadi komitmen kita bahwa untuk memiliki hidup yang damai kita perlu mendasarkan hidup kita di dalam Tuhan.
<br>
<br>
Kita perlu dekat dengan Tuhan, diingatkan oleh Firman Tuhan, dikuatkan melalui persekutuan orang percaya. Agar kita tetap kuat di dalam Tuhan dan tidak melewatkan setiap kesempatan yang diberikan Tuhan kepada kita, bahkan melalui jalan pergumulan sekalipun.
<br>
<br>
Kiranya Tuhan menolong kita di sepanjang Tahun yang Baru ini. Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-23843029902137251002022-12-26T03:08:00.003+07:002022-12-26T03:12:00.215+07:00Matius 1:18-25 | Iman yang Dewasa<div class="thumbnail">
<img alt="Matius 1:18-25" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh3vsvziu_E6g140fcU3p1v17AOess9jCq_q-4j5KmwCFTl692xvGRB_QDNAOwU_g6HTZRstQucqWXyzF69WgLq4sUWuhnjY5_YVlM0473e21wezJyNCuCz0bh97qHZii-3sQw6wIo6GD8EZJW8Qf36Gldsr0o3awcwo3OdYsoTq7EQYfzeiMTNbXLM/s1600/Matius%201%2018%2025.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
Iman yang Dewasa - Syalom bapak dan ibu semuanya. Memasuki Minggu Advent yang terakhir, bila ditanyakan kepada bapak dan ibu: “Bagaimana rasanya menyongsong satu minggu sebelum Natal? Atau bagaimana rasanya sewaktu tepat di awal bulan Desember, kita tahu bahwa Natal akan datang?”
<br/>
<br/>
Sukacita kan.
<br/>
<br/>
Makanya dibela-belain bolak-balik gereja untuk latihan-latihan, persiapan-persiapan, dekor atau bahkan kemarin saat perayaan Natal jemaat, walau hujan, tetap datang juga kan.
<br/>
<br/>
Semua rasa sukacita kita menyongsong Natal benar-benar berbanding terbalik dengan perasaan-perasaan yang ada di seputar Natal Pertama.
<br/>
<br/>
Ya, seperti yang ada di perikop kita lah.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Matius 1:18-25<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Kelahiran Yesus Kristus</b> <br/>
1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.<br/>
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.<br/>
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.<br/>
1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."<br/>
1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:<br/>
1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" --yang berarti: Allah menyertai kita.<br/>
1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,<br/>
1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.<br/>
</div>
</div>
</div>
Yusuf itu kan awalnya gak sukacita. Maria pun, apakah awalnya sukacipta?
<br/>
<br/>
Enggak.
<br/>
<br/>
Dianggap “hamil duluan”, siapa yang bisa bersukacita.
<br/>
<br/>
Saya tahu bapak dan ibu agak terganggu dengan ayat 19.
<br/>
<br/>
Matius 1:19<br/>
Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
<br/>
<br/>
Di bagian mana terganggunya?
<br/>
<br/>
Yes. Di penyebutan kata: “suami, isteri dan cerai”.
<br/>
<br/>
Walaupun di ayat 18 sudah dikatakan, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri, pasti ayat 19 itu tetap mengganggu, bukan?
<br/>
<br/>
Oleh karena itu, boleh saya bantuk untuk menjelaskan ayat 19 itu? Ayat 19 berkaitan erat dengan budaya Israel di mana yang masih bertunangan pun sudah disebut sebagai suami isteri, walau belum menikah.
<br/>
<br/>
Coba lihat ayat di bawah ini:
<br/>
<br/>
Ulangan 22:23-24<br/>
23 Apabila ada seorang gadis yang masih perawan dan yang sudah bertunangan--jika seorang laki-laki bertemu dengan dia di kota dan tidur dengan dia, 24 maka haruslah mereka keduanya kamu bawa ke luar ke pintu gerbang kota dan kamu lempari dengan batu, sehingga mati: gadis itu, karena walaupun di kota, ia tidak berteriak-teriak, dan laki-laki itu, karena ia telah memperkosa isteri sesamanya manusia. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.
<br/>
<br/>
Ok, jadi sudah gak bingung lagi ya.
<br />
<br />
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Yang saya mau ajak untuk kita renungkan bersama hari ini adalah
<br/>
<br/>
Justru rasa sukacita yang kita alami hari ini bisa terjadi karena orang-orang (yaitu Yusuf dan Maria) yang pada awalnya tidak bisa merasakan sukacitanya di mana. Pada awalnya, waktu itu.
<br/>
<br/>
Namun, oleh karena kedewasaan iman mereka, mereka mengubah kegalauan menjadi ketaatan yang pada akhirnya berbuah sukacita yang besar. Dan … buah-buah sukacita itulah yang diwariskan kepada kita hari ini.
<br/>
<br/>
Dibalik semua rasa sukacita yang besar terdapat kegalauan yang sudah diperdamaikan oleh iman yang dewasa.
<br/>
<br/>
Saya mau ambil contoh sederhana saja.
<br/>
<br/>
Iman yang kekanak-kanakan, itu seperti ungkapan yang sering kita dengar:
<br/>
<br/>
“Ada uang abang disayang, gak ada uang, abang ditendang”.
<br/>
<br/>
Nah, itu.
<br/>
<br/>
Tetapi, iman yang dewasa adalah …
<br/>
<br/>
Contohnya,
<br/>
<br/>
Persis seperti yang kemarin dalam perayaan Natal jemaat, bapak dan ibu, kita semua mengucapkan janji.
<br/>
<br/>
“Meskipun pergumulan datang silih berganti, aku akan tetap bersama keluargaku, berjuang bersama keluarga, bersama Tuhan, sampai akhirnya Tuhan menunjukkan berkatNya dibalik pergumulan itu.”
<br/>
<br/>
Bersama-sama dengan kita hari ini juga ada dua orang saudara kita yang akan mengucapkan pengakuan iman percayanya.
<br/>
<br/>
Satu langkah awal untuk semakin mendewasakan iman kita adalah ini, Sidi. Mengucapkan pengakuan iman percaya secara pribadi. Aku ikut Tuhan Yesus adalah keputusanku, bukan karena orang tua ku Kristen, penatua, dll.
<br/>
<br/>
Dan perjuangan untuk menjadikan iman kita dewasa, tidak boleh berhenti di sini.
<br/>
<br/>
Mari kita jadikan semua perjalanan kehidupan yang kita tempuh sebagai perjuangan setiap hari nya kita bersama-sama dengan keluarga, bersama dengan Tuhan, agar iman percaya kita semakin bertumbuh dan semakin kuat dalam menghadapi segala perkara. Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-18777095402469972882022-10-07T10:45:00.009+07:002022-10-07T11:09:21.516+07:00Yohanes 10:22-30 | Ragukan Keraguanmu, Percayai Imanmu<div class="thumbnail">
<img alt="Yohanes 10:22-30" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhvid0ZJd-LFNYPxVKRar14mS-2irgfYGCLuRIno95_49Ho95XzRkWzBgxafEAR5WsfMitYVn1ceT1H6nIQJ5QrotJQxBmItDGecwA3q2NseiRnLvYyanoJeSnn2bBnGYBEikeJOgOytSBmue4jAOr27TOjY1OtHVBAGErz2-TrrSxddusnxLxPHQec/s1600/meragu%20mengimani.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<div class="lazy-youtube" data-embed="9Aa-9DW00-8">
<div class="play-button"></div>
</div>
<h2>Salahkah Meragu?</h2>
Sebelum ke perikop yang menjadi renungan kita hari ini, tema yang kita bahas hari ini adalah jangan ragu, percayalah kepadaNya.
<br>
<br>
Ok, kita semua paham bahwa tujuan kita yang paling puncak adalah menghilangkan keraguan kita hingga akhirnya percaya sepenuh kepada Nya.
<br>
<br>
Tapi, apakah salah bila seseorang, siapapun dia, memulai perjalanan dirinya dengan meragu?
<br>
<br>
Hayo coba siapa di antara kita yang ikut kebaktian ini yang selama hidupnya tidak pernah meragu? Gak mungkin ada karena setiap kita pasti ada waktunya meragu.
<br>
<br>
Contoh kecil sajalah, sewaktu pergumulan datang, sakit, masih mencari pekerjaan, atau bahkan masih mencari pasangan hidup ... hal yang begitu sudah bisa membuat kita meragu: Ini Tuhan sebenarnya sayang gak sih sama saya?
<br>
<br>
Benar kan.
<br>
<br>
Jadi, yang saya mau katakan adalah ada perbedaan besar antara berjalan melewati keraguan dan tetap tinggal, tidak ke mana mana dalam keraguan itu sendiri.
<br>
<br>
Yang satu bisa membawa pada iman yang lebih kokoh dan tangguh, karena pada akhirnya ia melampaui keraguan itu dan menemukan iman.
<br>
<br>
Sedangkan yang tetap tinggal dalam keraguannya, tidak akan sampai ke mana mana.
<h2>Terbiasa Meragu</h2>
Bapak ibu, kalau dalam hal ragu, saya ini termasuk dalam orang yang banyak ragu nya. Misalnya nih kemarin pulang kampung, ngecekin dapur itu bisa berkali kali, ngecek pintu sudah dikunci pun bisa berkali kali. Sampai akhirnya yang awalnya ragu menjadi yakin.
<br>
<br>
Ok ya, jadi kita tidak bisa menghindari bahwa dalam keseharian hidup kita ini kita bisa tergoda untuk meragu, karena banyak hal. Tetapi menghadapi kehidupan dengan keraguan pun bisa membawa seseorang berujung pada iman yang semakin kokoh, dengan syarat ia melampaui keraguan tersebut dan menemukan iman, yakin.
<br />
<br />
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Sekarang kita menuju pada pembacaan Alkitab kita hari ini.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yohanes 10:22-30<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Yesus ditolak oleh orang Yahudi</b> <br/>
10:22 Tidak lama kemudian tibalah hari raya Pentahbisan Bait Allah di Yerusalem; ketika itu musim dingin.<br/>
10:23 Dan Yesus berjalan-jalan di Bait Allah, di serambi Salomo.<br/>
10:24 Maka orang-orang Yahudi mengelilingi Dia dan berkata kepada-Nya: "Berapa lama lagi Engkau membiarkan kami hidup dalam kebimbangan? Jikalau Engkau Mesias, katakanlah terus terang kepada kami."<br/>
10:25 Yesus menjawab mereka: "Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberikan kesaksian tentang Aku,<br/>
10:26 tetapi kamu tidak percaya, karena kamu tidak termasuk domba-domba-Ku.<br/>
10:27 Domba-domba-Ku mendengarkan suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku,<br/>
10:28 dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.<br/>
10:29 Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.<br/>
10:30 Aku dan Bapa adalah satu."<br/>
</div>
</div>
</div>
Persoalan utama yang dihadapi oleh orang orang yahudi adalah persis seperti yang di sebut dalam ayat 24 ---
<br>
<br>
Mereka meragu dan keraguan mereka itu tidak membawa mereka ke mana mana. Terus saja ragu.
<br>
<br>
Padahal, dalam banyak hal, baik melalui perbuatan maupun pengajaran dan perkataan Yesus, buktinya sudah melimpah ruah.
<br>
<br>
Jadi seharusnya mereka sudah bergerak dari keraguan menuju pada iman. Yang sayangnya mereka tidak melakukan pergerakan itu.
<br>
<br>
Saya beberapa waktu belakangan ini suka membaca tulisan para rabi tentang pengharapan Mesias. Saya kumpulkan di blog, nanti bapak ibu bisa membacanya.
<br>
<br>
Dan yang saya temukan adalah, ini contoh sederhana saja ya, bahkan tindakan Yesus mengendarai keledai, ini saja merupakan penggenapan terhadap pengharapan mesias bagi bangsa Israel.
<br>
<br>
Itu contoh yang sederhana, belum yang rumit seperti misalnya datangnya Mesias merupakan cara Allah dalam menghapus dosa dan mengembalikan manusia pada hidup yang kekal.
<br>
<br>
Lha ya ini memang yang dilakukan oleh Yesus kan?
<br>
<br>
Orang Yahudi menolak Yesus, tetapi mereka pada akhirnya akan menantikan seorang mesias yang mirip mirip seperti apa yang telah dilakukan oleh Yesus.
<h2>Melampaui Keraguan</h2>
Hari ini saya mau mengajak kita untuk merenungkan satu hal saja,
<br>
<br>
apa yang sudah bapak dan ibu lakukan terhadap keraguan bapak dan ibu hari ini?
<br>
<br>
Berkubang dalam keraguan tidak akan membuat kita ke mana mana.
<br>
<br>
Sebagai jemaat, kita punya pengalaman meragu dan akhirnya terus berjalan melampaui keraguan tersebut dan akhirnya kita bertemu degan iman, yakin.
<br>
<br>
Ada yang bisa nebak yang saya maksud?
<br>
<br>
Paduan Suara Jemaat.
<br>
<br>
Kalau kita waktu itu terus saja berkubang dalam keraguan: bisa gak nih kita ada Paduan Suara Jemaat, ya gak akan pernah ada PS Jemaatnya. Meragu saja terus dan kita tidak akan bergerak ke mana mana.
<br>
<br>
Tetapi yang kita lakukan kan bukan berkubang dalam keraguan, melainkan terus bergerak walaupun keraguan itu ada. Sampai akhirnya ... Kita bertemu dengan apa yang disebut sebagai Percaya itu.
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Keraguan kita adalah pengkhianat. Ia membuat kita kehilangan kebaikan yang mungkin kita akan sering menangkan, dengan takut mencoba. (Shakespeare)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-72982716424905596152022-05-16T08:57:00.002+07:002022-05-16T08:59:32.481+07:00Channel Youtube: Gerry Atje<a name='more'></a>
Syalom bapak, ibu dan teman-teman muda.
<br><br>
Terimakasih untuk semua bentuk dukungan terhadap website <b>gerry.id</b> yang telah diberikan oleh bapak, ibu semuanya sampai saat ini.
<br>
<br>
Hari ini saya mau menginformasikan, sebagai bentuk pengembangan dari website ini, sekarang juga telah ada <a href="https://www.youtube.com/channel/UCpUSt4gPetPqxEnZckEvIBw" target="_blank">Channel Youtube: Gerry Atje</a> (Klik link tersebut untuk menuju Channel Youtube)
<br>
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgylngKl9HgcqjEWVYcNmRWm9ZCoVKlK7T-IxR12FFzf3T3JabaE0wiLY-75nDLO08fL_sMe6SZmMTx8F70W4P5SLPM9eecYzh4jePurhz8e-HPNBk3EAkMsJipLKVB0OLFZ1crB9gb1LxFiafORaygHjoj9dOeV4PIhEO_JHroJcBE31Pn_of4YoKL/s1600/Youtube%20Channel.png" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" data-original-height="546" data-original-width="1213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgylngKl9HgcqjEWVYcNmRWm9ZCoVKlK7T-IxR12FFzf3T3JabaE0wiLY-75nDLO08fL_sMe6SZmMTx8F70W4P5SLPM9eecYzh4jePurhz8e-HPNBk3EAkMsJipLKVB0OLFZ1crB9gb1LxFiafORaygHjoj9dOeV4PIhEO_JHroJcBE31Pn_of4YoKL/s1600/Youtube%20Channel.png"/></a></div>
Ke depannya, inginnya sih supaya apa yang telah ada (dan yang akan ada) di website ini, juga akan terhubung dengan Channel Youtube tersebut.
<br>
<br>
Bila berkenan, bapak dan ibu juga bisa men-subscribe Channel Youtube tersebut dan juga ikut urun rembuk sharing tentang Firman Tuhan yang dibahas.
<br>
<br>
Sekali lagi, terimakasih untuk semua bentuk dukungan dari bapak, ibu semuanya. Tuhan memberkati pelayanan kita bersama.
<br>
<br>
Salam hangat selalu,<br>
Pdt. Gerry Atje - Mei 2022Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-90360050066636112932022-04-13T11:03:00.004+07:002022-06-02T11:49:25.527+07:00Lukas 2:1-7 | Selamat Natal, Cinderella<div class="thumbnail">
<img alt="Lukas 2:1-7" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjgifxE-T0YePslgNCYHhgaqdXkjDu4v9F7-tdoSHyq-ZhvSbfMp0LwDYKMC7iLqQ8F146bXNEBk3rlsSezHvOf8u0bITFNM4Di_WxKW1XfWkmvPSvoiEevobvJdeLLucBqyYxbsBtIgAGOkkSjnXPlYTXeFWjCUtVpVEkrJ8ZUu4FZH2hgrIZdIsZg/s1600/Cinderella.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<div class="lazy-youtube" data-embed="Nhu8mVM3ric">
<div class="play-button"></div>
</div>
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Lukas 2:1-7<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Kelahiran Yesus</b> <br/>
2:1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.<br/>
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.<br/>
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.<br/>
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, --karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud--<br/>
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.<br/>
2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,<br/>
2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
</div>
</div>
</div>
<a href="#">Selamat Natal, Cinderella</a> — Selamat Natal bapak dan ibu semuanya.
<br>
<br>
Natal adalah satu perayaan yang aneh.
<br>
<br>
Sabar, jangan marah dulu. Aneh, maksud saya begini:
<br>
<br>
Bayangkan ada seorang anak yang ulang tahun, kemudian mengundang teman-temannya untuk datang ke rumahnya merayakan hari ulang tahunnya itu.
<br>
<br>
Kemudian, alih-alih teman-temannya membawa kado ulang tahun, eh malah meraka yang menanyakan ke yang ulang tahun tadi: "Kado untuk kami nya mana?"
<br>
<br>
Aneh kan ya.
<br>
<br>
Yang ulang tahun siapa, yang minta dan dapat kado nya siapa. Seharusnya, kan kita yang membawa kado kepada yang berulang tahun. Bukan sebaliknya.
<br>
<br>
Natal juga tidak perlu diragukan lagi memiliki daya ubah yang luar biasa kuat. Natal bisa mengubah seseorang. Di satu hari itu. - Jadi mirip Cinderella ya, berubah nya cuma sampai jam 12 malam (?) -
<br>
<br>
Tiba-tiba jadi datang ke gereja (sampai ada istilahnya kan). Tiba-tiba menjadi orang yang damai dan penuh sukacita.
<br>
<br>
Besoknya, setelah lewat hari Natal? Ya gak datang lagi. Jadi orang yang ribut lagi.
<br />
<br />
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Ada kisah nyata. Ini sudah di film kan juga: <a href="https://id.wikipedia.org/wiki/Joyeux_No%C3%ABl" target="_blank">Joyeux Noel</a>. Dulu sewaktu perang dunia, tentara Jerman sedang berhadapan dengan tentara sekutu. Dan ada kejadian aneh, tiba di malam Natal hingga hari Natal, mereka semua berhenti berperang.
<br>
<br>
Apa yang kemudian mereka lakukan? Mereka nyanyi-nyanyi lagu Natal, makan dan minum ... Bersama-sama.
<br>
<br>
Mereka melupakan bahwa yang sedang bernyanyi, makan dan minum dengan mereka adalah ... musuh perang mereka sendiri. Tetiba menjadi damai.
<br>
<br>
Hari ini saya lagi-lagi mau menantang kepada bapak dan ibu semuanya.
<br>
<br>
Bila kita menganggap hari Natal seperti ini adalah satu hari di mana kita menjadi bingun akan perubahan-perubahan yang baik yang kita alami di hari Natal ini ...
<br>
<br>
Lalu mengapa tidak kita mempertahankan selanjutnya apa yang sudah baik di hari ini untuk ke depannya?
<br>
<br>
Yang punya kesempatan hanya sampai jam 12 malam itu hanya Cinderella. Sedangkan kita, diberi kesempatan ... sampai akhir hidup kita.
<br>
<br>
Sebenarnya Yusuf dan Maria pun menjadi "orang yang tiba-tiba" di Natal Pertama.
<br>
<br>
Bagi Yusuf dan Maria, mereka tiba-tiba bergumul. Itu saya yakin pasti Yusuf dan Maria ribut besar lebih dahulu sampai akhirnya Yusuf diberitahu malaikat. Baru setelah itu berubah.
<br>
<br>
Bayangkan bila di perikop yang kita baca hari ini, Yusuf dan Maria masih ribut besar, belum merasa damai sama sekali.
<br>
<br>
Galilea ke Bethlehem itu kira-kira 130 KM. Bila mereka berdua masih ribut, duh, perjalanan yang menegangkan itu ya.
<br>
<br>
Bersyukurnya, tiba-tiba bergumul - tiba-tiba ribut besar - tiba-tiba cemberut, kini sudah diubahkan menjadi damai, sukacita dan kasih yang semakin kuat.
<br>
<br>
Sekuat itu sehingga baik susah maupun senang, mereka kuat jalan bersama-sama.
<br>
<br>
Hari ini, kiranya Damai Natal yang bapak ibu rasakan dan mengubahkan kehidupan kita menjadi pribadi-pribadi yang lebih baik ... kiranya akan selalu tinggal dalam pribadi kita.
<br>
<br>
Sehingga esok hari dan seterusnya, kita menyadari dan mengetahui bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam diri dan kehidupan kita.
<br>
<br>
Sesuatu yang lebih baik karena Natal mengubahkan kehidupan kita.
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Jangan biarkan dosa-dosa Anda berubah menjadi kebiasaan-kebiasaan buruk. (Theresa dari Avilla)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-8726251658560700562022-04-11T12:04:00.002+07:002022-04-11T12:06:42.294+07:00Yesaya 43:1-7 | Tidak Takut Lagi<div class="thumbnail">
<img alt="Yesaya 43:1-7" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj_oRIpY45idxf_deGiuCAN_F5TcZVjqGqvJAFiyQsMAL2XjoSjea3N7UxVqYt_4Bvdcp722N2hG3DiU_soqhbUo5-JpyJSv12AmfgKJTHn42BDfS2_bk5UXpTKM_RPLqMK-Mq5KPGILp0SxD3B7s3tmQU0X0kUWTxnLAXDdu8BSHCg7PlabNSZXzbw/s1600/naik%20sepeda.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Tidak Takut Lagi</a> — Syalom bapak ibu semuanya. Hari ini saya mau mengajak kita untuk mengingat-ingat waktu kita masih kecil dahulu. Pada usia berapa bapak dan ibu dahulu belajar naik sepeda?
<br>
<br>
Usia-usia TK sampai awal-awal SD ya?
<br>
<br>
Dan biasanya proses kita sama semua.
<br>
<br>
Waktu kita kecil, kita melihat teman-teman kita pada naik sepeda. Kita kepengen juga naik sepeda. Akhirnya dibeliin sepeda dan kita belajar naik sepeda. Jatuh pas belajar, sakit. Sempet takut-takut untuk melanjutkan, tapi kita belajar naik sepeda lagi .. sampai akhirnya kita bisa naik sepeda.
<br>
<br>
Bisa jadi, pengalaman kita bisa naik sepeda adalah pengalaman pertama kita semua dalam keberhasilan kita menghadapi sesuatu yang menakutkan: takut jatuh, takut sakit.
<br>
<br>
Dari sana juga kita pertama kali belajar tentang definisi berani.
<br>
<br>
Berani itu bukan ketiadaan ketakutan. Berani itu tetap maju walaupun takut, sampai akhirnya ketakutan itu tidak lagi menguasai diri kita.
<br>
<br>
Mari kita lihat kembali pembacaan Alkitab kita hari ini, Yesaya 43:1-7
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yesaya 11:1-10<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Allah adalah satu-satunya penebus</b> <br>
43:1 Tetapi sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang membentuk engkau, hai Israel: "Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau dengan namamu, engkau ini kepunyaan-Ku.<br>
43:2 Apabila engkau menyeberang melalui air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau.<br>
43:3 Sebab Akulah TUHAN, Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel, Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan Syeba sebagai gantimu.<br>
43:4 Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu.<br>
43:5 Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau, Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun engkau dari barat.<br>
43:6 Aku akan berkata kepada utara: Berikanlah! dan kepada selatan: Janganlah tahan-tahan! Bawalah anak-anak-Ku laki-laki dari jauh, dan anak-anak-Ku perempuan dari ujung-ujung bumi,<br>
43:7 semua orang yang disebutkan dengan nama-Ku yang Kuciptakan untuk kemuliaan-Ku, yang Kubentuk dan yang juga Kujadikan!"
</div>
</div>
</div>
Betul memang Allah berbicara kepada bangsa Israel yang saat itu sedang menghadapi masa pembuangan di negeri asing. Mereka semua sedang mengalami ketakutan.
<br>
<br>
Zaman dahulu, bila ada satu bangsa yang kalah perang, sesembahan mereka atau tuhan yang mereka sembah juga akan dianggap kalah oleh tuhan yang disembah oleh bangsa pemenang perang.
<br>
<br>
Ibaratnya bangsa Israel sedag belajar naik sepeda, eh sepadanya sama dia nya nyusruk masuk got. Luka-luka dan sakit.
<br>
<br>
Dan tepat di saat bangsa Israel terluka dan sakit seperti itu, Tuhan ngomong seperti yang kita baca dalam perikop kita hari ini, "Jangan takut, naik sepeda lagi, belajar lagi. Nanti pasti bisa."
<br>
<br>
Menurut bapak dan ibu, kalau kita ketemu sama orang yang lagi belajar sepeda dan baru aja nyusruk jatoh sakit dan kita ajak dia untuk belajar sepeda lagi, dia akan merespon cepat untuk mau belajar lagi?
<br>
<br>
Kemungkinan besar enggak. Lah baru jatoh kok, masih sakit. Diprotes balik malah nantinya.
<br>
<br>
Oleh karena itu, sebenarnya saya lebih mengkuatirkan nabi Yesayanya.
<br>
<br>
Yesaya ini kan sebenarnya seseorang yang takut - pada awalnya. Akan tetapi Yesaya kemudian memberanikan diri untuk menerima panggilan Tuhan untuk berhadapan dengan bangsanya sendiri yang sedang sakit.
<br>
<br>
Pasti juga mengalami penolakan-penolakan.
<br>
<br>
Namun Yesaya maju terus sampai pada akhirnya nanti bangsa Isreal benar-benar melihat dan merasakan keselamatan yang datang dari Tuhan.
<br>
<br>
Hari ini saya mau mengajak kita untuk merenungkan satu hal saja.
<br>
<br>
Seringkali terjadi, kebersediaan kita dalam menghadapi apa yang kita takutkan adalah kunci utama kita dalam menemukan pertumbuhan dan pertambahan kita.
<br>
<br>
Dari yang gak bisa menjadi bisa. Ya karena itu tadi, bapak dan ibu bersedia untuk menghadapi apa yang ditakutkan dan akhirnya tidak takut lagi.
<br>
<br>
Berikan kesempatan Tuhan untuk menyertai kita dalam perjalanan bersama melewati ketakutan-ketakutan kita sehingga dari sana Tuhan bisa menyatakan berkat-berkatNya yang memang telah Ia sediakan untuk kita.
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Keberanian adalah rasa takut yang telah disertai dengan doa (Karl Barth)
</div>
Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-74242689358111280382021-02-13T12:58:00.004+07:002021-02-13T13:05:20.025+07:00Tata Kebaktian Rabu Abu<div class="thumbnail">
<img alt="rabu abu" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhYUAx7boGhLm_D6Ui5FCttaZQVb_g5FV1oHqnENsS3kq1PlgadrjBXLJDTrnN4exNj0wIq5jBuLQ9WKHU6C5FD_osS8oL9gEBri-01e2nzoj-9-vAuQoXe1sWaX1ZrBPU3coBpF9pfEVA/s0/Rabu+Abu.png" />
</div>
<!-- Liturgi Display Atas -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="1798818166"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<b>PERSIAPAN</b>
<br>
<br>
<b>Doa Konsistori</b><br>
<b>Penjelasan Kebaktian</b><br>
<br>
Rabu Abu adalah awal masa 40 hari atau pembuka masa Prapaskah, yakni masa pertobatan, perkabungan, intropeksi diri, pendekatan diri kepada Tuhan, dan berpuasa. Dalam tradisi Israel, abu melambangkan kefanaan manusiawi (Kej. 3:19; 18:27), agar manusia menyesali diri dan bertobat (Yos. 7:6; 2 Sam. 13:19; Est. 4:3; Ayb. 2:12; Yes. 58:5-7; Yeh. 27:30; Dan. 9:3; Yun. 3:6; bnd. Yl. 2:12-13; Mrk. 1:15). Simbolisasi abu sudah diletakan di meja altar. Berdasarkan tradisi, abu yang digunakan merupakan abu dari daun palem yang telah digunakan pada perayaan Minggu Palma di tahun sebelumnya.
<br>
<br>
<b>Saat teduh</b>
<br>
<br>
<b>PENGANTAR KEBAKTIAN</b>
<br>
<br>
P1 : Saudara-saudara, kita bersekutu pada hari ini untuk membuka masa Prapaskah. Masa yang diberikan bagi kita untuk menyesali segala dosa kita sehingga kita bisa hidup lebih dekat dengan Kristus. Waktu untuk berefleksi serta masa pertobatan batin untuk persiapan ke dalam karya agung keselamatan dari Tuhan. (Jemaat diundang berdiri dan menyanyikan kidung pembuka)
<br>
<br>
<b>PUJIAN PEMBUKA</b> - KJ 454:1-3 “Indahnya Saat Yang Teduh”
<br>
<br>
1. Indahnya saat yang teduh menghadap takhta Bapaku: kunaikkan doa padaNya,sehingga hatiku lega. Di waktu bimbang dan gentar,jiwaku aman dan segar; „ku bebas dari seteru di dalam saat yang teduh.
<br>
<br>
2. Indahnya saat yang teduh dengan bahagia penuh. Betapa rindu hatiku kepada saat doaku. Bersama orang yang kudus kucari wajah Penebus; dengan gembira dan teguh kunanti saat yang teduh.
<br>
<br>
3. Indahnya saat yang teduh penampung permohonanku kepada yang Maha benaryang bersedia mendengar. Sejak kulihat wajahNya,„ku yakin pada firmanNya dan menyerahkan bimbangku di dalam saat yang teduh.
<br>
<br>
<b>AJAKAN BERIBADAH</b>
<br>
<br>
PF : Aku akan memashyurkan nama-Mu kepada saudara-saudaraku dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat<br>
U : kamu yang takut akan TUHAN pujilah Dia, hai segenap anak cucu Yakub, muliakanlah Dia, dan gentarlah terhadap Dia, hai segenap anak cucu Israel!<br>
PF : Sebab Ia tidak memandang hina ataupun merasa jijik kesengsaraan orang yang tertindas, (Mzm. 46:2-4)<br>
U : dan Ia tidak menyembunyikan wajah-Nya kepada orang itu, dan Ia mendengar ketika orang itu berteriak minta tolong kepada-Nya. (Mzm 22:23-25)
<br>
<br>
<b>NAS PEMBIMBING</b>
<br>
<br>
PF : Kebaktian Rabu Abu ini bertema “Perendahan Diri Menghasilkan Pertobatan Sejati” dengan nas pembimbing diambil dari 1 Petrus 5:6 yang berkata“Karena itu rendahkanlah dirimu dibawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya”
<br>
<br>
U : Menyanyikan PKJ 172 “Di Heningnya Malam Ini”<br>
Di heningnya malam ini,tulus dan rendah hati, bertelut berdoa padaMu;inilah bisik kalbu: Apa yang aku miliki,tubuh dan jiwa ini, kuserahkan hanya padaMu,kurban persembahanku. Walau „ku berdosa,walau ternoda, tetapi darah yang kudust‟lah sucikan diriku. Dan jati diriku kinibukan diriku lagi, melainkan Kristus Tuhankuhidup dalam diriku.
<br>
<br>
<b>DOA </b>(Duduk)
<br>
<br>
P2 : Mari kita berdoa:<br>
“Ketika itulah TUHAN Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhuk yang hidup.”<br>
U : Ya Tuhan, kami adalah debu, yang hidup karena anugerah-Mu<br>
P2 : “Dan Aku akan menjadikan keturunanmu seperti debu tanah banyaknya, sehingga, jika seandainya ada yang dapat menghitung debu tanah, keturunanmu pun akan dapat dihitung juga.”<br>
U : Ya Tuhan, kami adalah debu, yang tidak layak dihadapan-Mu<br>
P2 : “Engkau mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata: “Kembalilah, hai anak-anak manusia!”<br>
U : Ya Tuhan, kami adalah debu, dan akan kembali menjadi debu<br>
P2 : “Sebab Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu.”<br>
U : Amin
<br>
<br>
<b>PUJIAN PERSIAPAN PELAYANAN FIRMAN</b> - NKB 2:1,4 “Hai Mari Sembah”
<br>
<br>
Hai mari sembah Yang Mahabesar<br>
Nyanyikan syukur dengan bergemar<br>
Perisai umatNya yang Mahaesa<br>
Mulia namaNya takhtaNya megah<br>
UmatMu lemah dan dari debu<br>
Tetap memegang janji-Mu teguh<br>
Kasih setia-Mu berlimpah terus<br>
Ya Khalik, Pembela dan Kawan kudus!
<br>
<br>
<b>PELAYANAN FIRMAN
</b><br>
<br>
<b>Doa Epiklese</b>
<br>
<br>
<b>Pembacaan Alkitab</b>: Matius 6:1-6; 16-21<br>
(Setelah pembacaan Firman)<br>
PF : Berbahagialah orang yang mendengar Firman Tuhan serta memelihara dalam hidupnya.<br>
U : (Menyanyikan Hosiana 3 x)
<br>
<br>
<b>Khotbah</b>
<br>
<br>
<b>Saat teduh</b>
<br>
<br>
<b>PROSESI PENERIMAAN ABU</b>
<br>
<br>
PF : Mari kita berdoa: Allah yang mahabesar; Engkau menciptakan kami dari debu bumi ini. Maka jadikanlah abu ini sebagai tanda atas kefanaan dan kerentanan kami sebagai manusia.Bersama dengan itu kami juga diingatkan kembali bahwa kami diselamatkan hanya oleh anugerah Tuhan kami Yesus Kristus. Amin.
<br>
<br>
(Umat diundang untuk maju ke depan dan menerima peneraan abu di kening oleh Pelayan Firman membentuk tanda salib. Saat abu dioleskan PF berkata: “Ingatlah, kamu adalah debu dan akan kembali menjadi debu” (Kejadian 3:19)
<br>
<br>
(Umat yang menerima peneraan abu terakhir, menerakan abu kepada PF)
<br>
<br>
(Setelah seluruh umat menerima peneraan abu di kening, diundang berdiri dan mengucapkan doa bersama)
<br>
<br>
<b>DOA </b>diucapkan bersama-sama:
<br>
<br>
Tuhan Allah Bapa yang penuh rahmat, kami datang menghadap hadiratMu seraya memohon<br>
Pimpinlah kami agar dapat menaati-Mu dengan sepenuh hati<br>
Meneladani Kristus dalam hidup kami<br>
Mengendalikan diri dari segala hawa nafsu<br>
dan kecenderungan dosa kami<br>
Bantulah kami agar makin murah hati, menghargai orang lain dan menguasai diri<br>
Tolong kami agar senantiasa bersyukur atas setiap pemberian-Mu<br>
Agar lebih tekun dalam memberi dan tidak mudah mengeluh akan kesusahan hidup<br>
Sebab Engkau pun tidak pernah mengeluh<br>
atas penderitaan yang Kau alami<br>
Kiranya Tuhan memampukan kami melakukan semuanya.<br>
Dalam nama Kristus Yesus, Tuhan kami.<br>
Kami telah berdoa. Amin.
<br>
<br>
<b>PERSEMBAHAN</b> (duduk)
<br>
<br>
P3 : Saat ini kita diajak untuk memberikan persembahan. Sebelum itu, dengarlah nas Alkitab yang menjadi dasar pemberian kita yang diambil dari Mazmur 96:8 “Berilah kepada TUHAN kemuliaan nama-Nya, bawalah persembahan dan masuklah ke pelataran-Nya!”
<br>
<br>
<b>Pujian Persembahan</b> - KJ 367:1-3 “Pada-Mu Tuhan dan Allahku”
<br>
<br>
1. PadaMu, Tuhan dan Allahku,kupersembahkan hidupku: dariMu jiwa dan ragaku,hanya dalamMu „ku teduh. Hatiku yang Engkau pulihkanpadaMu juga kuberikan.<br>
2. Di dalam Yesus Kaunyatakan,ya Bapa, isi hatiMu: curahan kasih, kesukaanEngkau limpahkan bagiku. Andaikan orang menyadari,niscaya, Tuhan, Kau dicari.<br>
3. Kumuliakan kuasa kasih,yang dalam Yesus terjelma; „ku berserah sebulat hatidi dalam arus rahmatNya. Diriku tak kuingat lagi,lautan kasih kuselami.
<br>
<br>
<b>Doa Persembahan</b> (Berdiri)
<br>
<br>
P3 : Ya Allah yang penuh kasih dan rahmat, perkenankan kami umat-Mu yang telah dimuliakan melalui pengorbanan Kristus, memuliakan Tuhan melalui persembahan yang kami himpunkan. Kiranya Tuhan berkenan menerima dan menguduskan persembahan ini, bersama dengan tubuh kami, agar selalu rela untuk memberi dan mengucap syukur.Amin.
<br>
<br>
<b>PUJIAN PENGUTUSAN</b> - PKJ 258:1-2 “Kuingin Selalu Dekat padaMu”
<br>
<br>
1. „Ku ingin selalu dekat padaMu,mengiring Tuhan tiada jemu. Bila Kaupimpin jalan hidupku,tidak „ku takut „kan s‟gala set‟ru.<br>
Refrein: O Jurus‟lamat, pegang tanganku:bimbinganMu itu „ku perlu. B‟ri pertolongan kuat kuasaMu.O Tuhan Yesus, pegang tanganku!<br>
2. Gelap perjalanan yang aku tempuh,namun teranglah dalam jiwaku. Susah sengsara kini kud‟rita;damai menanti di sorga baka.
<br>
<br>
<b>PENGUTUSAN DAN BERKAT</b>
<br>
<br>
PF : Saudara, masukilah masa refleksi dan pertobatan batin ini dengan mata hati tertuju kepada Allah.<br>
U : Kami akan mengarahkan mata hati kami kepada Tuhan<br>
PF : Lakukanlah dengan sukacita dan penuh penyerahan diri, sambil memuliakan Tuhan<br>
U : Syukur kepada Allah
<br>
<br>
PF : Kini terimalah berkat Tuhan:<br>
“Semoga Allah, sumber pengharapan, memenuhi kamu dengan segala sukacita dan damai sejahtera dan dalam iman kamu, supaya oleh kekuatan Roh Kudus kamu berlimpah-limpah dalam pengharapan.” (Roma 15:13)<br>
U : Amin ... amin ... amin (dinyanyikan menurut KJ 478c)
<br>
<br>
<b>Saat Teduh</b>
<br>
<br>
CATATAN:<br>
<br>
1. Abu dalam kebaktian Rabu Abu dibuat dengan membakar daun palem yang telah disimpan dan dikeringkan dari Minggu Palmarum tahun lalu. Bila jemaat belum menyimpan daun palem (dalam pengertian sebelumnya belum mengikuti rangkaian masa raya paskah) dapat mencari daun palem kering lainnya sebagai pengganti. Daun palem tersebut dibakar, lalu abu sisa pembakaran itu dihaluskan dan dicampur sedikit minyak zaitun.<br>
2. Pakaian yang dikenakan oleh Pendeta adalah clerical collar, sedangkan pakaian Majelis Jemaat menyesuaikan.
<br>
<br>
ALTERNATIF PENERIMAAN ABU
<br>
<br>
1. Bila dilakukan secara daring, abu sudah tersedia di rumah; maka tata cara peneraan abu dilakukan oleh kepala keluarga kepada anggota keluarga dengan cara yang sama seperti di atas; kepala keluarga menerakan abu yang membentuk tanda salib di kening anggota keluarga dan orang terakhir yang menerima peneraan abu, menerakan abu di kening kepala keluarga. Saat menerakan abu mengucapkan, “INGATLAH KAMU ADALAH DEBU DAN AKAN KEMBALI MENJADI DEBU.”<br>
<br>
2. Bila tidak bisa dilakukan seperti alternatif cara No. 1 di atas, maka Pelayan Firman yang melayani secara daring melakukan gerakan peneraan abu (tanpa harus ada abu) sambil mengatakan “INGATLAH KAMU ADALAH DEBU DAN AKAN KEMBALI MENJADI DEBU”, yang dapat dilihat oleh seluruh anggota jemaat yang mengikuti kebaktian secara daring di layar gawainya masing-masing.<br>
PF (sambil melakukan gerakan membentuk tanda salib, mengatakan, “INGATLAH KAMU
ADALAH DEBU DAN AKAN KEMBALI MENJADI DEBU.”<br>
U Kami adalah debu dan akan kembali menjadi debu. Amin.Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-63170264027471835942021-01-26T17:19:00.003+07:002021-01-26T17:28:31.944+07:001 Petrus 4:7 | Udah Tua, Malu<div class="thumbnail">
<img alt="1 Petrus 4:7" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi29Kh7wr0624oSuZNPrnmxdiOe0O2ajmQjK276CbIA48-ky9aCmfTYCFhbJms7v6uUVJUsCHeS2RFKMOiWZ8GqQ6bafMvLYwOZfzIe8RRsvDAzia5b3zknk8MsD-9NX4MTNzzGR42iG_g/s0/malu+atuh+udah+tua.jpg" />
</div>
<!-- Surat - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3134767369"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Udah Tua, Malu</a> — Syalom bapak ibu semuanya. Pasti dalam percakapan keseharian kita sebagai para orangtua yang ada di masa usia indah pernah bertemu dengan ungkapan yang menjadi tema kita hari ini.
<br>
<br>
Udah tua, malu.
<br>
<br>
Pernah?
<br>
<br>
Pernah lah ya barang sekali mah ketemu dengan ungkapan seperti itu.
<br>
<br>
Misalnya dulu banget kita pernah memberi nasihat sewaktu ada yang ribut-ribut, "Aduh, udah jangan ribut-ribut atuh, kita kan udah tua. Malu."
<br>
<br>
Tema kita hari ini bukan tentang malu menjadi seseorang yang telah ada di masa usia indah ya.
<br>
<br>
Bukan itu.
<br>
<br>
Justru sebaliknya.
<br>
<br>
Bapak dan ibu seharusnya berbangga karena telah ada di masa usia indah karena itu artinya bapak dan ibu telah melewati banyak sekali asam manis pahit kecutnya kehidupan ini.
<br>
<br>
Sehingga, seharusnya, bapak dan ibu menjadi orang yang paling bijaksana dalam menghadapi segala sesuatu yang terjadi saat ini.
<br>
<br>
Bener kan.
<br>
<br>
Tema kita justru merupakan peringatan bila kita sebagai orang-orang yang seharusnya paling bijak, paling tenang, paling mampu menguasai diri karena telah merasakan kasih Tuhan di sepanjang perjalanan hidup kita ... Akan tetapi bila di suatu waktu, hal itu ternyata tidak tercermin sama sekali dalam sikap dan tindakan kita.
<br>
<br>
Malu ah, udah tua juga.
<br>
<br>
<!-- Surat - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="8730413514"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Ayat Alkitab yang kita baca hari ini berbicara tentang penguasaan diri.
<br>
<br>
1 Petrus 4:7<br>
Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.
<br>
<br>
Keluarga jemaat yang dilayani oleh Rasul Petrus punya alasan untuk tidak tenang? Saling ribut satu dengan yang lain? Mereka punya alasan untuk melakukan itu semua.
<br>
<br>
Karena mereka mengalami penderitaan yang berat dalam menjalani kehidupan sebagai orang percaya yang berjumpa dengan masyarakat yang belum percaya Kristus.
<br>
<br>
Dijahatin, difitnah (1 Petrus 3:16-17) mungkin adalah makanan mereka sehari-hari.
<br>
<br>
Bayangkan begini ...
<br>
<br>
Apabila keluarga jemaat yang dilayani oleh Rasul Petrus terdapat orang-orang tua yang sudah ada di masa usia indah, kan jadi lucu kalau yang sudah jadi orang tua di masa usia indah justru ikutan heboh-ribut.
<br>
<br>
Orang yang paling mampu untuk menunjukkan teladan dalam melakukan apa yang disebutkan di 1 Petrus 4:7 adalah bapak dan ibu sebagai kaum lansia.
<br>
<br>
Hari ini, di masa pandemi yang belum juga berakhir ... beberapa saudara kita pun pernah ada yang bergumul karena terpapar virus Corona.
<br>
<br>
Namun, biarlah melalui semua iman, pengharapan dan kasih bapak dan ibu bisa menjadi teladan dalam hal menunjukkan penguasaan diri, ketenangan dan percaya bahwa kuasa Tuhan akan memulihkan hidup kita.
<br>
<br>
Semoga bukan sesama kita sebagai kaum lansia yang saling berkata: malu atuh, udah tua -- karena sikap dan tindakan kita yang justru tidak mencerminkan apa yang diungkapkan oleh 1 Petrus 4:7;
<br>
<br>
Tapi biarlah melalui sikap dan tindakan bapak dan ibu, anak-anak, menantu dan cucu-cucu lah yang berkata: "Itu lihat abah, enin, eyang, aki, nini, oma, opa semangatnya luar biasa menghadapi pandemi. Contoh itu mereka."Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-5350258121367117652021-01-25T11:53:00.001+07:002021-01-25T11:53:38.357+07:00Lukas 2:21-40 | Penantian Berharga<div class="thumbnail">
<img alt="Lukas 2:21-40" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhlShH2KhUzDOoP3Z6PiEz62rCuwWWqbb0BFhmPthZqccJI9WPkrspnovZZvcxF5cfXfln9Gz4zd8kZKTbRdlZxP-QJw_TUmpEzOvFLiNhnsdD5Ucgv6YgMNrxvhBHZGg7TBwgZbMQmf0M/s0/penantian+berharga.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="#">Penantian Berharga</a> — Nilai berharga dari sebuah penantian sering kali dikacaukan oleh pengalaman-pengalaman dalam keseharian kita di mana ketika kita menanti, apa yang kita nantikan itu tak kunjung datang. Terlebih bila alasan kita menanti adalah karena dijanjikan oleh seseorang.
<br>
<br>
Pengalaman-pengalaman dikecewakan oleh janji seseorang yang membuat kita menanti, sering kali memburamkan pandangan kita terhadap janji Allah di dalam hidup kita sewaktu apa yang dijanjikan itu belum datang jua. Hal itu menjadikan seseorang bisa memandang penantian bukan lagi sebagai sesuatu yang berharga dan layak diperjuangkan karena penantian acapkali berakhir dengan kesia-siaan.
<br>
<br>
Alkitab banyak memuat kisah janji Allah dengan para tokoh di Alkitab yang menantikan penggenapan janji itu. Dari sana kita mendapatkan penguatan bahwa ketika Allah berjanji tentang kehidupan kita, maka tepat pada waktunya apa yang dijanjikan itu akan datang.
<br>
<br>
Nilai berharga dari sebuah penantian bagi kita sebagai orang percaya adalah karena yang menjanjikan itu adalah Allah sendiri; Bukan seseorang yang baru saja membuat Anda kecewa ketika Anda menanti karena yang Anda nantikan, seperti yang dijanjikannya, ternyata tidak pernah datang.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Lukas 2:21-40<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Yesus disunat dan diserahkan kepada Tuhan -- Simeon dan Hana</b> <br>
2:21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.<br>
2:22 Dan ketika genap waktu pentahiran, menurut hukum Taurat Musa, mereka membawa Dia ke Yerusalem untuk menyerahkan-Nya kepada Tuhan,<br>
2:23 seperti ada tertulis dalam hukum Tuhan: "Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah",<br>
2:24 dan untuk mempersembahkan korban menurut apa yang difirmankan dalam hukum Tuhan, yaitu sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati.<br>
2:25 Adalah di Yerusalem seorang bernama Simeon. Ia seorang yang benar dan saleh yang menantikan penghiburan bagi Israel. Roh Kudus ada di atasnya,<br>
2:26 dan kepadanya telah dinyatakan oleh Roh Kudus, bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias, yaitu Dia yang diurapi Tuhan.<br>
2:27 Ia datang ke Bait Allah oleh Roh Kudus. Ketika Yesus, Anak itu, dibawa masuk oleh orang tua-Nya untuk melakukan kepada-Nya apa yang ditentukan hukum Taurat,<br>
2:28 ia menyambut Anak itu dan menatang-Nya sambil memuji Allah, katanya:<br>
2:29 "Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu,<br>
2:30 sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu,<br>
2:31 yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa,<br>
2:32 yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel."<br>
2:33 Dan bapa serta ibu-Nya amat heran akan segala apa yang dikatakan tentang Dia.<br>
2:34 Lalu Simeon memberkati mereka dan berkata kepada Maria, ibu Anak itu: "Sesungguhnya Anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel dan untuk menjadi suatu tanda yang menimbulkan perbantahan<br>
2:35 --dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang."<br>
2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,<br>
2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.<br>
2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.<br>
2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.<br>
2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.
</div>
</div>
</div>
Perikop kita hari ini dilatar-belakangi oleh peristiwa Yesus disunat pada usia delapan hari. Sesudah itu Maria dan Yusuf pergi ke Yerusalem untuk prosesi pengudusan Anak Sulung (ayat 22, bandingkan Keluaran 13:2, Bilangan. 18:16) dan prosesi pentahiran bagi Maria setelah melahirkan (ayat 22, bandingkan Imamat 12).
<br>
<br>
Persembahan korban yang dibawa oleh Yusuf dan Maria mengindikasikan bahwa mereka adalah keluarga sederhana
yang tidak mampu membeli domba sehingga mengganti korban dengan sepasang burung merpati (ayat 24, bandingkan Imamat 12:8).
<br>
<br>
Di Bait Allah Yerusalemlah, Yusuf, Maria dan bayi Yesus bertemu dengan dua orang yang telah lama menanti apa yang dijanjikan Allah kepada mereka, yaitu Simeon dan Hana.
<h2>Penantian Berharga Simeon</h2>
Simeon, beberapa penafsir – meskipun ada juga yang menyanggah pandangan ini – mengaitkan Simeon sebagai anak dari Rabi Hilel dan menjadi ayah dari Rabi Gamaliel. Seperti arti namanya (Simeon dari kata shama, artinya mendengar), Simeon telah mendengar pernyataan Allah melalui Roh Kudus bahwa ia tidak akan mati sebelum ia melihat Mesias (ayat 2).
<br>
<br>
Kita mendapat kesan bahwa Simeon adalah seorang yang telah memasuki usia lanjut (terutama ketika melihat ucapan Simeon di ayat 29-30. Salah satu Injil Apokrif menyebutkan usia Simeon pada saat itu adalah 113 tahun). Yang menarik adalah, kita tidak mengetahui sejak kapan Simeon mendengar janji Tuhan (bahwa ia tidak akan mati sebelum berjumpa dengan Mesias).
<br>
<br>
Mari berandai-andai. Andai kata janji Tuhan diucapkan kepada Simeon sejak lima tahun yang lalu (dari konteks pembacaan Alkitab
kita hari ini), maka selama itu pula Simeon menanti dengan sabar hadirnya sang Mesias itu. Penantian berharga yang berujung pada sukacita.
<br>
<br>
Sukacita Simeon diungkapkan melalui ucapannya di ayat 29, yang kemudian diabadikan dalam salah satu pujian Taize: Nunc Dimittis, dan dalam ayat 34 Simeon memberikan semacam ikhtisar dari karya pelayanan Yesus kelak.
<br>
<br>
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h2>Penantian Berharga Hana</h2>
Tokoh yang satu lagi adalah seorang nabi perempuan bernama Hana.
<br>
<br>
Menarik untuk kita cermati bahwa Hana berasal dari suku Asyer, yaitu salah satu suku dari 10 suku Israel yang dibuang ke Asyur sedangkan di Yerusalem pada waktu itu (dalam perikop kita, setelah pembuangan) di dominasi oleh 2 suku Israel, yaitu Yudah dan Benyamin (yang
kembali ke Yerusalem setelah dibuang dari Babel).
<br>
<br>
Jika Simeon mewakili 2 suku yang disebut sebagai “orang Yerusalem”, maka Hana mewakili 10 suku Israel yang pada masa itu sering disebut sebagai “orang Samaria” – Berusia 84 tahun dan tetap aktif dalam melayani di Rumah Allah, siang dan malam beribadah (artinya pada saat jam ibadah di rumah ibadah dan juga di luar jam ibadah, atau dengan kata lain seluruh waktunya digunakan untuk beribadah) dengan berpuasa dan berdoa adalah sesuatu yang luar biasa.
<br>
<br>
Dan ketika bayi Yesus hadir ke Rumah Ibadah di Yerusalem, Hana pun mengenali bayi Yesus sebagai penggenapan janji Allah bagi Israel tentang Mesias yang dinantikan itu. Jika Simeon diberikan janji secara pribadi oleh Allah melalui malaikat, Hana menyadari bayi Yesus sebagai penggenapan janji Allah bagi bangsa Israel yang dikenali dari Kitab Suci.
<br>
<br>
Penantian berharga yang berujung pada sukacita.
<h2>Pokok Perenungan</h2>
1. Nilai berharga dari sebuah penantian adalah ketika kita yakin dan percaya bahwa apa yang kita nantikan itu pasti akan datang tepat pada waktunya.
<br>
<br>
2. Pemahaman kita tentang penantian sering kali diburamkan oleh kenyataan pengalaman-pengalaman kehidupan kita dalam menerima janji (dari manusia) yang kita nantikan namun berakhir dalam kesia-siaan.
<br>
<br>
3. Nilai berharga dari sebuah penantian juga adalah ketika kita tahu “siapa yang mengatakan apa” yang kita nantikan itu. Belajar dari pengalaman Simeon dan Hana, jika Tuhan yang mengatakan itu bagi hidup kita, maka penantian kita tidak akan pernah berakhir dengan sia-sia.
<br>
<br>
4. Apa yang kita lakukan selama kita menanti? Ini juga akan memengaruhi keadaan jiwa kita dalam proses menanti hingga jawabannya datang. John C. Maxwell dalam bukunya, Partners in Prayer, mengatakan begini: Berapa lama saya harus berdoa? Sampai jawabannya datang. Setiap kali doa kita tidak dijawab, Tuhan menginginkan kita terus berdoa sampai jawabannya datang, atau Dia mengubah permintaan kita. Dan itulah yang selalu terjadi, satu jawaban datang, atau Tuhan mengubah hati dan doa kita.Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-4456452098295369642021-01-23T01:44:00.003+07:002021-01-23T01:48:59.758+07:00Pengakuan Iman Athanasius<div class='first-image'>
<img alt='Pengakuan Iman Athanasius' src='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi18oiXUgg1joNxOsXdc7mE9KnNgWsEX2dRRe37CTrZmlnApFP0e3sd8YF7ri009aNZq4dS0MMyV2Vdh8KGKiPOmudcQr-j83KMYnRzgLGaeFitwG0dnADgjdDdZgAMnu0rPbBo-9vFHMI/s0/pengakuan+iman+athanasius.png'/>
</div>
<br>
<a name='more'></a>
1. Barangsiapa hendak diselamatkan, maka ia harus memiliki iman yang am;<br>
2. Yaitu iman yang jikakalau tidak dijaga kemurniaannya, pastilah orang tersebut binasa.
<br>
<br>
3. Dan iman yang am itu adalah ini: bahwa kita menyembah Allah yang Esa di dalam Ketigaan, dan Ketigaan di dalam Keesaan;<br>
4. Tanpa percampuran pribadi maupun pemisahan substansi.<br>
5. Karena hanya ada satu pribadi Bapa, satu Anak, dan satu Roh Kudus.<br>
6. Tetapi Keilahian Bapa, Anak, dan Roh Kudus adalah esa, demikian pula kemuliaan dan keagungannya.<br>
7. Sebagaimana Bapa, demikian pula Anak, dan demikian pula Roh Kudus.
<br>
<br>
8. Bapa tidak dicipta, Anak tidak dicipta, dan Roh Kudus tidak dicipta.
<br>
<br>
9. Bapa tak dapat dipahami, Anak tak dapat dipahami, dan Roh Kudus tak dapat dipahami.
<br>
<br>
10. Bapa kekal, Anak kekal, dan Roh Kudus kekal.
<br>
<br>
11. Akan tetapi bukan tiga yang kekal, melainkan yang kekal itu esa.
<br>
<br>
12. Demikian pula bukan tiga yang tak diciptakan atau tak dapat dipahami, melainkan esa yang tak diciptakan dan esa pula yang tak dapat dipahami.
<br>
<br>
13. Karena itu, demikian pula Bapa Mahakuasa, Anak Mahakuasa, dan Roh Kudus Mahakuasa.
<br>
<br>
14. Akan tetapi bukan tiga yang Mahakuasa, melainkan esa.
<br>
<br>
15. Juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, dan Roh Kudus adalah Allah;
<br>
<br>
16. Namun bukan tiga Allah, melainkan Allah yang Esa.
<br>
<br>
17. Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan;
<br>
<br>
18. Namun bukan tiga Tuhan, melainkan Tuhan yang esa.
<br>
<br>
19. Karena itu sebagaimana kita diwajibkan untuk mengakui ketiga Pribadi pada
diri-Nya sendiri sebagai Allah dan Tuhan;<br>
20. Demikian pula kita dilarang untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau tiga Tuhan.
<br>
<br>
21. Allah Bapa tidak dibuat, tidak diciptakan, dan tidak dilahirkan.
<br>
22. Allah Anak adalah dari Allah Bapa saja; tidak dibuat, tidak diciptakan, tetapi dilahirkan.
<br>
23. Allah Roh Kudus adalah dari Bapa dan Anak; tidak dibuat, tidak diciptakan, tidak dilahirkan, melainkan “keluar dari.”
<br>
24. Maka hanya ada satu Bapa, bukan tiga Bapa; satu Anak, bukan tiga Anak; satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus.
<br>
25. Dan di dalam Ketigaan tersebut, tidak ada yang lebih dulu atau sebelum.
<br>
26. Melainkan ketiga Pribadi itu sama kekal dan sama esensinya.
<br>
<br>
27. Sebab itu di dalam segala sesuatu, seperti yang telah dikatakan sebelumnya, Keesaan dalam ketigaan dan Ketigaan dalam Keesaan harus disembah.
<br>
28. Karena itu setiap orang yang mau diselamatkan harus mempercayai Tritunggal.
<br>
<br>
29. Lebih lanjut, penting bagi keselamatan adalah iman kepada inkarnasi Tuhan kita Yesus Kristus.
<br>
30. Iman yang benar berarti kita percaya dan mengakui bahwa Tuhan kita Yesus
Kristus, Anak Allah, adalah Allah dan manusia;
<br>
<br>
31. Dalam Keallahan-Nya sehakekat dengan Bapa, dilahirkan dalam kekekalan; dan dalam kemanusiaan-Nya sama dengan semua orang di dunia;
<br>
<br>
32. Allah sepenuhnya dan manusia sepenuhnya, baik jiwa maupun tubuh.
<br>
33. Sejajar dengan Bapa dalam Keilahian-Nya, dan lebih rendah daripada Bapa di dalam kemanusiaan-Nya;
<br>
34. Yang walaupun Ia adalah Allah dan manusia, namun Ia bukan dua, melainkan satu Kristus;
<br>
<br>
35. Satu, bukan karena berubah dari Allah menjadi bersifat daging, melainkan karena mengenakan rupa manusia pada Keilahian-Nya;
<br>
<br>
36. Satu secara bersama-sama, bukan oleh percampuran substansi, melainkan kesatuan dalam pribadi.
<br>
<br>
37. Karena sebagaimana satu tubuh dan jiwa adalah satu orang, demikian pula Allah dan manusia adalah satu Kristus;
<br>
38. Yang telah menderita untuk keselamatan kita, turun ke dalam kerajaan maut, bangkit pula pada hari ketiga dari kematian;
<br>
39. Ia naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang Mahakuasa;
<br>
40. Dari sana Ia akan datang untuk menghakimi yang hidup dan yang mati.
<br>
<br>
41. Yang mana pada saat kedatangan-Nya yang kedua, semua orang akan hidup dengan tubuh yang baru;
<br>
42. Dan semua orang harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
<br>
<br>
43. Dan mereka yang telah melakukan kehendak-Nya akan memperoleh hidup yang kekal, sedangkan mereka yang melakukan kejahatan akan masuk ke dalam api yang kekal.
<br>
<br>
44. Inilah iman yang am; tanpa orang memiliki iman ini dengan setia, ia tidak akan dapat diselamatkan.Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-12598547020584569352021-01-21T12:43:00.005+07:002021-01-21T12:57:04.044+07:00Yunus 3:1-5 | Keputusan Hati<div class="thumbnail">
<img alt="Yunus 3:1-5" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgvpcUgpK3-IlE4Itm3h7Abdm-j1jtsV-ZvG_A3AjrRPXRFJ39hU-tPDWVOQEtbbpcvv4ORuEC41S_ePx5uAn3lpjN9RbpzF0KY6IaamEbzIqr_U3UGuxaW17Yf4UJMsFCVub5-OZqDMEA/s0/keputusan+hati.jpg" />
</div>
<!-- Neviim - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="3273356400"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<a href="https://www.gerry.id/2021/01/yunus-31-5.html">Keputusan Hati</a> — Hari ini kita membahas bagian perikop dari kisah salah satu nabi di Perjanjian Lama.
<h2>Nabi yang Unik</h2>
Nabi Yunus adalah nabi yang unik. Saya katakan unik karena di antara semua nabi di Perjanjian Lama, mungkin hanya Yunus inilah nabi yang justru kesal saat Allah tidak jadi menghukum orang-orang atau bangsa yang menjadi tujuan pemberitaannya.
<br>
<br>
Bandingkan saja dengan para nabi di PL lainnya.
<br>
<br>
Musa, Yesaya, Amos, Hosea dan lain-lain, jika mereka menemukan pertobatan setelah mereka menyampaikan kehendak Allah kepada bangsa Israel waktu itu, apakah mereka (para nabi itu) akan kesal atau senang?
<br>
<br>
Ya senanglah pastinya mereka karena pemberitaan yang mereka sampaikan membuahkan pertobatan.
<br>
<br>
Kecuali Yunus.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yunus 3:1-5<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Pertobatan Niniwe</b> <br>
3:1 Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:<br>
3:2 "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu."<br>
3:3 Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan firman Allah. Niniwe adalah sebuah kota yang mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya.<br>
3:4 Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."<br>
3:5 Orang Niniwe percaya kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa maupun anak-anak, mengenakan kain kabung.
</div>
</div>
</div>
<h2>Tentang Yunus</h2>
Dalam perikop kita hari ini, kita sudah diberitahu bahwa Yunus diutus untuk kedua kalinya ke Niniwe. Karena yang pertama kan Yunus nya kabur ke Tarsis, sehingga terciptalah lagu Sekolah Minggu, "Yunus di perut ikan. Pam pam pam." Yunus diselamatkan lebih dahulu, barulah kita bertemu dengan ayat 1 dari perikop kita hari ini.
<br>
<br>
Yunus 3:1<br>
Datanglah firman TUHAN kepada Yunus untuk kedua kalinya, demikian:
<br>
<br>
Oke, itu sedikit lebih dahulu tentang Yunus.
<h2>Tentang Niniwe</h2>
Perikop kita sebenarnya lebih memfokuskan diri pada Niniwe nya.
<br>
<br>
Ada beberapa hal yang saya mau tunjukkan tentang Niniwe kepada kita sekarang.
<br>
<br>
Yang pertama saya ada peta.
<div class="separator" style="clear: both;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4sqLLU9KyRHwHtbSmwdDbS4f2is6pOKe15ftzfWwdTy2yHpqh8Jmt4Aqcm6ibWogyPuw6PdkxusOFuEqcqNXmizPmz9_xHhTV-ndhyRh5oHyJsD6CBjnm-1Yzy1ZZrhUnTX4-W1P_2A8/s0/niniwe.gif" style="display: block; padding: 1em 0; text-align: center; "><img alt="" border="0" data-original-height="369" data-original-width="503" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh4sqLLU9KyRHwHtbSmwdDbS4f2is6pOKe15ftzfWwdTy2yHpqh8Jmt4Aqcm6ibWogyPuw6PdkxusOFuEqcqNXmizPmz9_xHhTV-ndhyRh5oHyJsD6CBjnm-1Yzy1ZZrhUnTX4-W1P_2A8/s0/niniwe.gif"/></a></div>
Menarik ya, Niniwe ini adalah ibu kota Asyur (lihat Kejadian 10:11 Dari negeri itu ia pergi ke Asyur, lalu mendirikan Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah)
<br>
<br>
Sudah jelas bukan bangsa Israel.
<br>
<br>
Dan kalau kita mau melihat agak jauh ke depan sana setelah kisah Yunus, bukankah bangsa Asyur inilah yang kelak akan menyerang Israel hingga mereka menakhlukkan sehingga Israel mengalami pembuangan ke negeri asing.
<br>
<br>
Itu yang pertama. Selanjutnya adalah menjawab pertanyaan sejahat apa kelakuan Niniwe (Yunus 1:2) sebelum Yunus datang ke sana?
<br>
<br>
Saya punya perbandingannya.
<br>
<br>
Yunus 3:4<br>
Mulailah Yunus masuk ke dalam kota itu sehari perjalanan jauhnya, lalu berseru: "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
<br>
<br>
Kata ditunggang-balikkan (ibraninya: dari kata dasar hapakh - <a href="https://biblehub.com/hebrew/2015.htm" target="_blank">Strong Hebrew 2015</a>) di situ digunakan juga ketika Allah menghukum Sodom dan Gomora.
<br>
<br>
Kejadian 19:25<br>
dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah.
<br>
<br>
Jadi sejahat apa? Ya sejahat itu gambarannya.
<h2>Tentang Hati</h2>
Oke dari dua gambaran tadi, kita sudah sepatutnya bertanya:
<br>
<br>
Kenapa satu bangsa yang awalnya tidak mengenal Allah Israel seperti Niniwe (ibukota bangsa Asyur), hanya dengan kalimat pendek saja dari seorang nabi Israel seperti Yunus, "Empat puluh hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
<br>
<br>
Kemudian mereka langsung bertobat.
<br>
<br>
Tidak ada perbantahan, tidak ada tawar menawar. Langsung lho, seketika itu juga.
<br>
<br>
Israel saja sering dikatakan tegar tengkuk, degil. Akan tetapi, Niniwe dalam hal ini: tidak.
<br>
<br>
<!-- Neviim - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="4247973836"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<h2>Keputusan Hati</h2>
Dari dua tokoh yaitu Yunus dan Niniwe ini, saya mau mengajak kita untuk merenungkan satu hal saja
<br>
<br>
Semua pada akhirnya bermuara pada hati.
<br>
<br>
Pelayanan itu tentang hati.<br>
Pertobatan juga tentang hati.
<br>
<br>
Hati yang memutuskan untuk memadankan diri dengan kehendak Allah.
<br>
<br>
Persoalan yang dihadapi Yunus dan Niniwe kan di situ.
<br>
<br>
Bedanya, Niniwe berakhir dengan happy ending karena berhasil memadankan diri dengan kehendak Allah melalui pertobatan mereka.
<br>
<br>
Sedangkan Yunus, lihatlah kelanjutan perikop kita hingga akhir kisah Nabi Yunus (<a href="https://www.sabda.org/sabdaweb/bible/chapter/?b=32&c=4&version=tb&lang=indonesia&theme=clearsky" target="_blank">Yunus 4:1-11</a>). Justru yang bergumul karena hatinya bertentangan dengan kehendak Allah adalah Yunus sendiri.
<br>
<br>
Sekali lagi, panggilan untuk bertobat dan panggilan untuk melayani adalah sebuah keputusan hati.
<br>
<br>
Kabar baik bagi setiap pendosa (seperti Niniwe dan juga kita) adalah sejahat-jahatnya dosa dan kesalahan kita, Tuhan telah menyediakan jalan pemulihannya bagi kita.
<br>
<br>
Selagi masih ada waktu, gunakan kesempatan itu seperti Niniwe yang berbalik dari jalan mereka yang tidak seturut dengan kehendak Allah.
<br>
<br>
Kabar baik bagi mereka yang dipanggil untuk melayaniNya adalah jangan takut untuk menjawab panggilan dari Tuhan itu.
<br>
<br>
Sama seperti Yunus yang dalam menjalani panggilan pelayanan dariNya mengalami jatuh bangun juga, namun Tuhan setia dalam menyertai dan mendidik kita untuk bertumbuh menjadi orang-orang yang lebih baik lagi.
<br>
<br>
Jika kesempatan untuk menjadi pelayanNya itu datang kepada bapak dan ibu, misalnya: sebagai penatua atau komisi pelayanan di tengah jemaat, jangan takut untuk menjawab kepercayaan dari Tuhan.
<br>
<br>
Tuhan memanggil dan memilih para pelayanNya bukan untuk mempermalukan diri mereka. Justru sebaliknya, agar kita semakin mengetahui kuasa penyertaan dari Tuhan yang memampukan dan menopang ... menjadikan setiap pelayannya menjadi saksi tentang kuasa Allah dalam karya pelayanan mereka.
<br>
<br>
Tinggal keputusan hati kita, mau atau tidak?
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Anda tidak menjadi seseorang secara kebetulan. Allah mempunyai suatu tujuan yang unik bagi Anda dan hanya Anda lah yang mampu memenuhinya. Tidak ada orang laiin yang mampu melakukannya, dan jika Anda tidak memenuhi tujuan itu, maka tak akan ada seorang pun yang lain memenuhinya. (Tommy Barnett, Mukjizat Sudah Di Tangan Anda, 80)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5392727755048748790.post-55043734807303914502021-01-18T00:24:00.003+07:002023-02-21T22:44:12.625+07:00Yohanes 1:43-51 | Terjebak dalam Kebenaran Semu<div class="thumbnail">
<img alt="Yohanes 1:43-51" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjNpxDMflAMngWb4Dv013bS1O-TvgHlKH-159Uvlge5ZYnc8iWYqMkmFbTqdf0FJ1jbSDDwNCnzABW9RUCo-fjOh7FQo7qYkIwExNzmqQWgU3kOoh9XujqZX6BzDT2Zpy9tSDzsGNxsqJc/s0/kebenaran+semu.jpg" />
</div>
<!-- Injil - Display (Judul) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6910360847"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br/>
<a name='more'></a>
<div class="lazy-youtube" data-embed="P12GLM6PF1g">
<div class="play-button"></div>
</div>
<br>
<a href="#">Terjebak dalam Kebenaran Semu</a> — Prasangka. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata prasangka sebagai pendapat atau anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu sebelum mengetahui, menyaksikan, menyelidiki sendiri.
<br>
<br>
Tadinya saya berharap apa yang dilakukan oleh Natanael dalam perikop kita hari ini, terutama sewaktu dia berkata di Yohanes 1:46 "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?" Tadinya saya berharap itu adalah suatu prasangka.
<br>
<br>
Tapi sepertinya saya salah. Itu bukan prasangka.
<div class='spoiler'>
<input class='spoiler-input hidden' id='spoiler-01' type='checkbox'>
<div class='spoiler-judul'>Yohanes 1:43-51<label aria-label='Spoiler' class='button' for='spoiler-01'></label></div>
<div class='spoiler-isi'>
<div>
<b>Murid-murid Yesus yang pertama</b> <br>
1:43 Pada keesokan harinya Yesus memutuskan untuk berangkat ke Galilea. Ia bertemu dengan Filipus, dan berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!"<br>
1:44 Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus.<br>
1:45 Filipus bertemu dengan Natanael dan berkata kepadanya: "Kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam kitab Taurat dan oleh para nabi, yaitu Yesus, anak Yusuf dari Nazaret."<br>
1:46 Kata Natanael kepadanya: "Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret?"<br>
1:47 Kata Filipus kepadanya: "Mari dan lihatlah!" Yesus melihat Natanael datang kepada-Nya, lalu berkata tentang dia: "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"<br>
1:48 Kata Natanael kepada-Nya: "Bagaimana Engkau mengenal aku?" Jawab Yesus kepadanya: "Sebelum Filipus memanggil engkau, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara."<br>
1:49 Kata Natanael kepada-Nya: "Rabi, Engkau Anak Allah, Engkau Raja orang Israel!"<br>
1:50 Yesus menjawab, kata-Nya: "Karena Aku berkata kepadamu: Aku melihat engkau di bawah pohon ara, maka engkau percaya? Engkau akan melihat hal-hal yang lebih besar dari pada itu."<br>
1:51 Lalu kata Yesus kepadanya: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia."
</div>
</div>
</div>
<h2>Apa itu Kebenaran?</h2>
Menarik, karena Natanael tidak menyebut “Mungkinkah Mesias datang dari Nazaret?” Karena Filipus memang mengarah pada penggenapan nubuat tentang Mesias di PL dalam ayat 43-45.
<br>
<br>
Akan tetapi, bahkan sebelum “bertemu dengan penggenapan mesias” itu, Natanael sudah langsung menimpalinya dengan mempersoalkan latar belakang (daerah asal) nya, Nazaret.
<br>
<br>
Apa yang diucapkan oleh Natanael justru datang dari pengetahuan umum, penyelidikan yang dianggap benar oleh masyarakat (bangsa Israel) pada waktu itu.
<br>
<br>
Coba baca ayat ini.
<br>
<br>
Yohanes 7:52<br>
Jawab mereka: "Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea."
<h2>Terjebak dalam Kebenaran yang Semu</h2>
Dapat ya yang saya maksud.
<br>
<br>
Bagi orang Israel saat itu, yang dianggap kebenaran adalah ... ya seperti yang diungkapkan oleh Natanael dalam ayat 46 dan dikonfirmasi oleh omongan banyak orang Israel dalam Yohanes 7:52.
<br>
<br>
Sehingga kita bisa memahami mengapa justru Yesus memuji Natanael dalam Yohanes 1:47 dengan mengatakan, "Lihat, inilah seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya!"
<br>
<br>
Beberapa <a href="https://biblehub.com/commentaries/john/1-47.htm" target="_blank">tafsir Yohanes 1:47</a> mengaitkan perkataan Yesus dengan membandingkannya Natanael - sebagai orang yang tidak ada kepalsuan, dengan Yakub (yang daripadanya nama Israel berasal), yang dalam Kejadian 27:35-36 dikatakan sebaliknya (telah menipu).
<br>
<br>
Jadi Yesus memang benar-benar memuji Natanael dalam hal ini. Seperti seorang yang melemparkan air tuba (perkataan yang tidak enak dalam ayat 46), tetapi dibalas dengan melemparkan air susu (pujian dari Yesus) kepadanya.
<br>
<br>
Ada yang lebih miris lagi sebenarnya.
<br>
<br>
Dalam ayat lainnya kita mengetahui bahwa Natanael ini berasal dari Kana.
<br>
<br>
Yohanes 21:2 <br>
Di pantai itu berkumpul Simon Petrus, Tomas yang disebut Didimus, Natanael dari Kana yang di Galilea, anak-anak Zebedeus dan dua orang murid-Nya yang lain.
<br>
<br>
Mari kita lihat peta Alkitab (di Alkitab bapak dan ibu, yang paling belakang itu, ada juga kok peta nya)
<br>
<br>
<img alt="Peta Nazaret Kana" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgx8ZmruMUgtBWpL1hK8ndcvoKxtK-oX1jaVPFE8Y-7pkk__5Xk5mdnlYb76EBFNuiLhO5WAbBAqe9RK4crgH5ml_IfEYwg47QedjynoRjArj-eTN5lCo0YqGaDiWlhXdSTGHWE_Oesv2Y/s960/Nazaret+-+Betsaida.jpg" />
<br>
<br>
Filipus itu berasal dari Betsaida, kota Andreas dan Petrus (Yohanes 1:44), jadi mereka satu daerah. Natanael dari Kana.
<br>
<br>
Nazaret, Kana dan Betsaida adalah sama-sama daerah yang berada di wilayah Galilea.
<br>
<br>
Artinya ...
<br>
<br>
Ketika Natanael mengucapkan apa yang dianggap benar oleh orang banyak kala itu bahwa tidak ada yang baik datang dari Nazaret (dan secara umum Galilea, seperti yang ada dalam Yohanes 7:52), kan berarti dia (Natanael) juga termasuk di dalam nya (sebagai orang Galilea).
<br>
<br>
Dia bukan hanya sedang "meniadakan Yesus," akan tetapi dia juga sedang "meniadakan dirinya sendiri."
<br>
<br>
Kabar baiknya bagi kita hari ini adalah ...
<br>
<br>
Hanya karena banyak orang berkata-kata tentang sesuatu hingga itu akhirnya dianggap sebagai sebuah "kebenaran," belum tentu apa yang mereka katakan itu adalah sebuah Kebenaran yang Sejati.
<br>
<br>
Berhati-hatilah dalam meng-amin-kan apa yang dikatakan oleh orang-orang, terutama yang gak enak - gak enak, tentang (misalnya) hidup kita.
<br>
<br>
Karena bisa jadi justru itu yang akhirnya kita anggap sebagai kebenaran tentang hidup kita, padahal itu adalah salah.
<br>
<br>
Terjebak dalam kebenaran yang semu.
<br>
<br>
Sekali lagi, hanya karena banyak orang mengatakan begini-begitu tentang hidup kita hari ini (terlebih karena kita hari ini tahu apa rasanya terdampak oleh pandemi yang belum berakhir), bukan berarti itu adalah Kebenaran yang Tuhan maksudkan untuk hidup kita.
<br>
<br>
Natanael adalah salah satu contohnya.
<br>
<br>
Natanael sebagai korban dari cuitan banyak orang dan dia terperangkap di situ.
<h2>Menemukan Kebenaran yang Sejati</h2>
<!-- injil - Display (Tengah) -->
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block"
data-ad-client="ca-pub-4175413101909983"
data-ad-slot="6144203652"
data-ad-format="auto"
data-full-width-responsive="true"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
<br>
Bersyukurnya adalah Tuhan selalu punya cara untuk menunjukkan Kebenaran yang Sejati bagi mereka yang percaya.
<br>
<br>
Hanya dengan kalimat dari Yesus, Aku telah melihat engkau di bawah pohon ara. (ayat 48).
<br>
<br>
Bagi orang Israel, kalimat itu (melihat engkau di bawah pohon ara) mengingatkan mereka akan nubuat yang ada pada Zakharia 3:10, Mikha 4:1-4.
<br>
<br>
Jadi ketika Yesus mengatakan hal yang sama, itu menunjuk pada pernyataan siapa diriNya bagi Israel, dan Natanael mengenali hal itu sehingga perubahan terjadi dalam diri Natanael.
<br>
<br>
Di Minggu ini kita sebagai keluarga jemaat patut bersyukur karena kita telah melaksanakan pemilihan Majelis Jemaat secara online dan manual.
<br>
<br>
Tinggal menunggu penghitungan suara saja.
<br>
<br>
Deg deg an?
<br>
<br>
Saya agak takut kalau orang-orang yang terpilih nanti, jangan lupa bahwa yang terpilih berarti dipercaya oleh jemaat dan oleh Tuhan, justru terjatuh dalam pernyataan yang sama dengan apa yang diucapkan oleh Natanael dalam ayat 46 tadi.
<br>
<br>
"Mungkinkah ada sesuatu yang baik datang dari diri saya?"
<br>
<br>
Lalu kita mulai mengingat, mencari untuk membuktikan bahwa apa yang diucapkan dahulu tentang kita adalah satu "kebenaran": bahwa kita ini tidak bisa apa-apa, atau dengan kata lain kita menganggap bahwa diri kita ini bukan siapa-siapa dan tidak memiliki arti sama sekali.
<br>
<br>
Saya mau memberi tantangan kepada bapak dan ibu, kepada kita semua. Karena tepat pada waktunya nanti kita semua akan menjawab panggilan dari Tuhan kan untuk melayani.
<br>
<br>
Beranilah seperti Natanael yang walaupun dalam pemahamannya ada suatu kebenaran semua, kebenaran yang terpola karena omongan orang atau omongan dirinya sendiri, yang tidak tepat ...
<br>
<br>
Beranilah seperti Natanael yang walaupun begitu, ia tetap melanjutkan pembicaraannya dengan Yesus hingga akhirnya ia menemukan kebenaran yang sejati itu sendiri.
<br>
<br>
Berikan kesempatan Tuhan untuk menunjukkan Kebenaran yang Sejati itu dalam kehidupan kita. Di tengah keluarga, dalam pekerjaan keseharian kita dan terlebih ketika Tuhan mempercayakan kita untuk melayaniNya di tengah jemaat.
<br />
<br />
<div class='post-block'>
Dari rasa pengecut yang takut menghadapi kebenaran baru. Dari rasa malas yang puas dengan kebenaran yang separuh-separuh. Dari rasa angkuh yang berpikir bahwa telah mengetahui semua kebenaran. Ya Tuhan, bebaskanlah hamba-Mu ini. (Doa rakyat Kenya)
</div>Gerry Atjehttp://www.blogger.com/profile/09263733744559317900noreply@blogger.com0