Lukas 18:15-17 | Indahnya Masa Kecil?

Renungan Khotbah Tafsir Lukas 18:15-17 Setiap kita mungkin mengalami luka yang membekas di hati sejak kecil.
Lukas 18:15-17

Indahnya Masa Kecil? — Syalom semua. Minggu ini adalah minggu yang spesial buat saya, karena di sepanjang 22 tahun belakangan ini saya sadar betul bahwa saya jarang pulang kampung, hehhehe. Bisa terhitung dengan jari lah ya selama 22 tahun belakangan ini saya pulang ke Cideres berapa kali.

Indahnya Masa Kecil

Akan tetapi, saya gak akan pernah melupakan bagaimana menyenangkannya dan menggembirakannya masa kanak-kanak saya di Cideres selama 6 tahun. Jadi saya lahir sampai usia 6 tahun itu di Cideres.

Kebetulan kemarin kita merayakan hari Anak Nasional, jadi sekarang saya ingin mengajak kita semua untuk melihat sebentar ke masa kanak-kanak kita. Apa yang bapak, ibu, teman-teman muda lihat, kenang dan rasakan ketika mengingat masa kecil kita dulu itu?

Kalau saya ... saya akan selalu ingat akan hal-hal ini:
  • Saya ingat akan cerita bagaimana proses kelahiran saya di Cideres. Pas Gerhana Matahari, makanya dikasih nama GerRy ... dan katanya orang-orang pada waktu itu takut banget keluar rumah karena ada isu yang bilang bahwa bisa buta mata mereka kalau mereka ada di luar rumah pas gerhana terjadi. Wuih, baru lahir aja ternyata saya ini nyusahinnya minta ampun ya hahahhaha.
  • Saya juga akan selalu ingat perayaan ultah saya di Cideres. Saya lupa memang ultah yang ke berapa, tapi yang saya ingat waktu itu banyak banget yang datang dan kadonya juga banyak hehehhe, sampai 3 karung gede katanya mah.
  • Saya juga ingat tentang teman-teman sebaya waktu itu, kakak-kakak guru sekolah minggu, permainan anak-anak .. macam gobak sodor yang kalau mau main itu harus ngegarisin dulu tuh tanahnya pake kaki kita atau seperti yang ada di gambar itu, main ban.
Semuanya menyenangkan, semuanya menggembirakan untuk di kenang! Bagaimana dengan kenangan masa kecil bapak, ibu dan teman-teman muda?

Rawan

Saya punya data. Data ini menunjukkan kepada kita bahwa pergumulan bersama kita adalah ketika kita menyadari bahwa ada orang-orang di sekitar kita yang mungkin pengalaman masa kecil mereka tidak semanis dan semenyenangkan apa yang pernah kita rasakan:

Setiap tahun kurang lebih 2 juta anak terpaksa bekerja beresiko (pengamen jalanan, dll.); Lebih dari 5000 anak menjadi korban kekerasan (baik fisik maupun mental); Ada 12 juta anak tidak bisa bersekolah; dan ada 500 anak yang menjadi korban perdagangan manusia; dan katanya setiap 10 menit ada 10 orang anak yang meninggal karena kekurangan gizi.

Sejarah pernah mencatat bagaimana mengerikannya dampak pengalaman pahit di masa kecil:

Ada seorang anak yang dididik sangat sangat keras oleh ayahnya. Suatu hari anak itu menyampaikan cita-citanya kepada ayahnya: "Ayah, aku ingin menjadi pelukis, seniman". Lalu ayahnya dengan kasar berkata: "Apa? Mau jadi seniman? Mau makan apa kamu nanti? Tidak bisa! Kamu harus menjadi seperti ayah!"

Siapa yang sangka di kemudian hari anak yang pernah mengecap sekolah di sekolah kristen ini dan pernah bercita-cita menjadi pendeta ini kemudian begitu terluka dengan pelangalan penolakan dan kekerasan di masa kecil nya itu dan akhirnya mengubah arah hidup dia luar biasa.

Anak kecil ini bernama Adolf Hitler.

hitler kecil

Tertolak

Sewaktu kita membaca perikop kita hari ini, apakah kita juga bisa merasakan apa yang anak-anak kecil dalam pembacaan Alkitab kita rasakan? Apa yang mereka rasakan?
Lukas 18:15-17
Yesus memberkati anak-anak
18:15 Maka datanglah orang-orang membawa anak-anaknya yang kecil kepada Yesus, supaya Ia menjamah mereka. Melihat itu murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu.
18:16 Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah.
18:17 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."
Waktu itu mereka tahu bahwa kehadiran mereka sama sekali tidak diharapkan, mereka tidak di terima, mereka ditolak, mereka tidak dianggap ada.

Kadang kan ada ya orang dewasa yang masih berpikir sependek itu: "Tau apalah anak kecil, mereka gak ngerti apa-apa .. mereka gak tahu apa-apa!"

Oh jangan salah ... anak-anak punya alam pikiran mereka sendiri ... Mereka belajar dari apa yang mereka lihat, mereka dengar dan mereka rasakan di lingkungan sekitar mereka.

Jadi saya agak ngeri kalau perikop kita hanya berhenti di ayat 15 ... karena di situlah rasa tertolak, tak diterima, tak dihargai kehadiran mereka sebagai anak-anak mulai masuk dalam pikiran mereka.

"Oh ... ternyata saya gak ada artinya apa-apa."
"Oh ... ternyata saya gak dianggap sama sekali."
"Oh ... ternyata saya gak penting buat mereka."

Saya mau mengajak kita untuk merenungkan dua hal berkaitan dengan perikop kita hari ini ...

Cara Mereka Belajar

Anak-anak akan belajar dari setiap peristiwa yang mereka lihat, dengar dan rasakan.

Dari siapa? Dari kitalah ... orang-orang yang ada di dekat mereka. Kalau begitu .. mari kita bertanya ke diri kita masing-masing ... proses belajar macam apa yang bisa anak-anak temukan dalam hidup kita sekarang ini?? Dampak macam apa yang bisa mereka dapatkan melalui kehidupan kita, perkataan dan tindakan kita?

Ada satu puisi karya Dorothy Law Nolte yang cukup terkenal ... di puisi itu kita semua diingatkan bahwa kita punya pengaruh ... bapak punya pengaruh, ibu juga punya pengaruh, kakak dan adik-adik juga punya pengaruh ... semua punya pengaruh dalam membentuk kehidupan masa depan seorang anak ...
Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki. Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci. Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendah diri Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri

Akan tetapi, ...

Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahan diri Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan

Memulihkan Luka

Masih ingat ketika saya bertanya: "Apa yang bapak ibu teman muda kenang dan bayangkan tentang kenangan masa kecil bapak dan ibu??"

Saya gak tahu jawaban apa yang ada dalam pikiran bapak dan ibu. Mungkin tidak semua kenangan adalah kenangan yang menyenangkan. Tapi ada kenangan yang membuat hati kita terluka dan itu masih membekas jelas dalam hidup kita sampai sekarang.

Oh iya, benar. Setiap kita punya kemungkinan mengalami luka yang membekas di hati kita. Kita punya beban-beban masa lalu yang menghantui kehidupan kita, mungkin sampai sekarang.

Itulah sebabnya kenapa kita bersyukur bahwa perikop kita tidah berhenti di ayat 15.

Lukas 18:16-17:
"Tetapi Yesus memanggil mereka dan berkata: "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan kamu menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya."

Yang mana kata kuncinya?

Tetapi!

Mungkin sampai hari ini kita punya luka di hati - "Perasaan diabaikan, tertolak, tak dianggap, selalu saja dipandang salah, diremehkan ... dan itu semua memberatkan hati dan pikiran kita .. sampai sekarang".

Kabar baik dari Tuhan hari ini bagi kita adalah kita bisa memutuskan mata rantai belenggu dari masa lalu itu! Tuhan menjamin kehidupan yang baru bagi masa depan kita dengan satu kata: Tetapi!

"Tuhan keluarga saya menolak saya dan selalu tidak mempercayai kehidupan saya!!" -- "Mungkin itu benar ... TETAPI, bukankah AKU TETAP MENERIMA DIRIMU, KEBERADAANMU ..." --

"Tuhan, saya gak pernah dianggap, gak juga pernah dihargai usaha-usaha saya sama mereka!!" -- "Mungkin itu benar ... TETAPI, bukankah AKU SELALU MELIHAT DAN MENGHARGAI PERJUANGAN-PERJUANGANMU ..." --

"Tuhan, lukanya terlalu dalam dan terlalu sakit untuk dilupakan ... bekasnya selalu ada!!" -- "Mungkin itu benar ... TETAPI, bukankah AKU JUGA BERJANJI KEPADAMU BAHWA AKU MAMPU MEMULIHKAN DAN MAU MENYEMBUHKAN LUKA-LUKAMU ..." --

Ada seorang anak kecil, dia mengalami masa kecil yang sangat berat. Semua bentuk kekerasan dia alami di masa kecilnya: kekerasan fisik, batin bahkan seksual telah dialami oleh anak kecil ini.

Akan tetapi yang luar biasa adalah justru di kemudian hari Tuhan sanggup memulihkan hidupnya dan dia menjadi alat bagi Tuhan untuk memulihkan mereka juga yang terluka.

Kalau bahasanya penulis itu, dia sekarang menjadi penyembuh yang pernah terluka, menjadi berkat bagi orang yang saat ini terluka. Nama perempuan luar biasa ini Oprah Winfrey.

oprah

Tuhan mau memulihkan dan menyembuhkan luka-luka hati karena masa lalu kita. Dia rindu sangat untuk melakukan pembaharuan dalam hidup kita. Terimalah tawaran dari-Nya dan milikilah kehidupan baru bersama-sama dengan Dia selalu.

Dia sangat mengerti keadaan hati kita, dan bersedia menerima dan memulihkan hati kita yang sempat terluka itu menjadi baru kembali.

Bagi seorang anak, orangtuanya mewakili kehidupan di dunia ini. Dia percaya bahwa cara yang ditunjukkan orang tua mereka dalam mengerjakan segala sesuatu adalah benar dan layak ditiru. (M. Scott Peck)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>