Galatia 1:11-24 | Dia Memuliakan Allah Karena Aku

Renungan Khotbah Tafsir Galatia 1:11-24 Cukup dengan mengetahui bahwa kita telah berjuang sebaik mungkin dan dan bodo amat dengan omongan orang lain.
Galatia 1:11-24

Dia Memuliakan Allah Karena Aku — Tersebutlah 3 orang ibu yang sedang membangga-banggakan anak mereka masing-masing.

Ibu 1: “Jeng, jeng, tahu tidak anakku itu sudah sukses menjadi Hakim. Semua orang yang melihatnya selalu berkata kepadanya, “Ya Yang Mulai.”

Ibu 2: “Ses tahu tidak anakku juga sudah sukses jadi pengusaha besar. Semua orang yang mendengar apa yang dikatakannya selalu berkata, “Ya Bos Besar, laksanakan!”
Ibu 3: (tahu anaknya belum sukses apa-apa, ibu ini mikir panjang dan inget bahwa anaknya itu cantik luar biasa, lalu berkata) “Semua belum ada apa-apanya itu, anak ku kalau lewat, semua orang selalu berkata kepada anakku: “Ya Tuhan!”

Si ibu yang terakhir dalam cerita di atas bisa aja ya bikin cerita sukses versinya sendiri itu. Padahal kan maksudnya mereka yang melihat anaknya yang cantik luar biasa itu sedang memuliakan Tuhan karena ciptaan-Nya, kalau kata Mulan Jameela, “mahluk Tuhan paling ...”
Galatia 1:11-24
Bagaimana Paulus menjadi Rasul
1:11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia.
1:12 Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus.
1:13 Sebab kamu telah mendengar tentang hidupku dahulu dalam agama Yahudi: tanpa batas aku menganiaya jemaat Allah dan berusaha membinasakannya.
1:14 Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.
1:15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,
1:16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia;
1:17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik.
1:18 Lalu, tiga tahun kemudian, aku pergi ke Yerusalem untuk mengunjungi Kefas, dan aku menumpang lima belas hari di rumahnya.
1:19 Tetapi aku tidak melihat seorangpun dari rasul-rasul yang lain, kecuali Yakobus, saudara Tuhan Yesus.
1:20 Di hadapan Allah kutegaskan: apa yang kutuliskan kepadamu ini benar, aku tidak berdusta.
1:21 Kemudian aku pergi ke daerah-daerah Siria dan Kilikia.
1:22 Tetapi rupaku tetap tidak dikenal oleh jemaat-jemaat Kristus di Yudea.
1:23 Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. 1:24 Dan mereka memuliakan Allah karena aku.
Membaca perikop Alkitab kita hari ini, dinyatakan dalam ayat 23-24.

Galatia 1:23-24
23 Mereka hanya mendengar, bahwa ia yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya. 24 Dan mereka memuliakan Allah karena aku.

Apa yang sedang terjadi di sana? Mereka sedang memuliakan Allah karena perbuatan-Nya dinyatakan melalui kehidupan seseorang. Bukan karena kegantengan Paulus loh ya, Paulus itu tidak ganteng.

Orang-orang memuliakan Allah karena Paulus adalah seorang yang “dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang hendak pernah dibinasakannya” (ayat 13, 23).

Menjadi seseorang yang bisa Allah gunakan untuk menunjukkan kemuliaan-Nya melalui “aku” (siapapun aku hari ini). Bukan karena “si aku” yang hebat, Paulus pernah –mungkin – merasa sebagai “si aku yang hebat." Bacalah ayat 14.

Galatia 1:14
Dan di dalam agama Yahudi aku jauh lebih maju dari banyak teman yang sebaya dengan aku di antara bangsaku, sebagai orang yang sangat rajin memelihara adat istiadat nenek moyangku.

Akan tetapi ternyata bukan itu yang membuat Paulus kemudian sanggup menjadi sarana bagi Allah menunjukkan kembali kemuliaan-Nya di tengah orang-orang banyak.

Jadi apa yang membuat seseorang sanggup menjadi sarana bagi Allah untuk mewujudnyatakan setiap hari kemuliaan-Nya? Ada beberapa hal yang perlu kita lalui (dan Paulus sudah melalui hal itu) ..

Mengenali Panggilan Allah untuk kita

Galatia 1:11, 12, 15
11 Sebab aku menegaskan kepadamu, saudara-saudaraku, bahwa Injil yang kuberitakan itu bukanlah injil manusia. 12 Karena aku bukan menerimanya dari manusia, dan bukan manusia yang mengajarkannya kepadaku, tetapi aku menerimanya oleh penyataan Yesus Kristus. ... 15 Tetapi waktu Ia, yang telah memilih aku sejak kandungan ibuku dan memanggil aku oleh kasih karunia-Nya,

Sudahkah kita hari ini mengenali panggilan Allah untuk hidup kita? Secara umum, kita semua dipanggil untuk memberitakan “Kabar Baik” (Injil).

Yang membedakan antara kita adalah bagaimana kita menerjemahkan panggilan kita itu dalam kehidupan keseharian kita dalam apa yang kita kerjakan hari ini: sebagai seorang suami, istri, anak, pekerja, pelayan, orang tua ... semuanya: kita adalah Pekabar Baik itu. Itu panggilan Allah kepada kita.

Fokus pada Bagian Kita

Fokuskan diri pada apa yang menjadi bagian kita yang bisa kita lakukan untuk menjadi alat-Nya itu. Saya tertarik dengan ayat 16-17.

Galatia 1:16-17
16 berkenan menyatakan Anak-Nya di dalam aku, supaya aku memberitakan Dia di antara bangsa-bangsa bukan Yahudi, maka sesaatpun aku tidak minta pertimbangan kepada manusia; 17 juga aku tidak pergi ke Yerusalem mendapatkan mereka yang telah menjadi rasul sebelum aku, tetapi aku berangkat ke tanah Arab dan dari situ kembali lagi ke Damsyik.

Ketika Paulus mengetahui apa yang menjadi bagiannya untuk dilakukan bagi Allah, hanya satu yang ia lakukan: mulai bekerja dan berkarya bagi Tuhan.

Pernahkah bapak dan ibu membayangkan sewaktu Allah pertama kali menyatakan diri kepada Paulus waktu itu, apa yang mungkin Paulus lakukan? “Mencari penegasan dari mulut orang lain, semakin banyak – semakin baik”. Tetapi itu tidak dilakukannya. Kenapa?

Karena cukup mengetahui apa panggilan kita dan mengerjakan dengan sebaik mungkin apa yang telah Tuhan nyatakan untuk kita lakukan dalam hidup kita (ayat 17).

Bapak cukup mengetahui bahwa bapak telah berjuang untuk menjadi bapak yang baik, begitu pula ibu, begitu pula anak-anak ... menjadi seseorang yang baik ... dan “bodo amat dengan omongan orang lain”.

Melampaui Sejarah Kelam

Yang terakhir ini mungkin yang paling sulit: Melampaui bagian kelam dalam sejarah kehidupan kita. Ada banyak orang yang lama sekali tertegun ‘meratapi’ sejarah masa lalunya dulu dan melupakan bahwa Allah tetap bisa melakukan sesuatu bagi masa depan hidupnya itu.

Sangat berbeda sekali seseorang yang mengatakan dirinya: “Aku orang jahat” dengan “Aku ini pernah menjadi orang jahat” (atau ganti saja kata “jahat” dengan kata negatif lainnya, misal: gagal, dll)

Paulus memang tetap akan selalu mengingat sejarah masa lalunya itu, tetapi tidak menjadikan hal itu sebagai “akhir hidupnya”. Dia berhasil melampauinya dan membuat bagian kelamnya itu justru sebagai alat bagi Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Dan orang yang melihat “Perubahan Besar” dalam hidup Paulus pun kemudian ... memuliakan Allah.

Sekarang, apa yang bisa kita persembahkan kepada Tuhan hari ini, melalui kehidupan kita, sehingga orang yang ada di sekitar kita bisa memuliakan Allah (karena melihat apa yang kita lakukan itu)?

Asalkan Allah dipermuliakan, kita tidak peduli dengan siapa yang melakukannya. (Fransiskus de Sales)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>