Yohanes 1:19-28 | Rendah Hati

Renungan Khotbah Tafsir Yohanes 1:19-28 Kita tidak sedang berbicara tentang mulut yang berkata, melainkan diri yang bersikap dalam sebuah tindakan
Yohanes 1:19-28

Rendah Hati — Tema kita hari ini sulit. Tentang rendah hati. Siapa orang di dunia ini yang bisa mengatakan bahwa dirinya itu adalah seorang yang rendah hati?

Saya suka waktu dulu pernah baca ada seseorang yang menuliskan, "Rendah hati: Ketika seseorang merasa dia sudah mendapatkannya, justru dia kehilangan."

Kalau ada seseorang yang sudah berkata: "Eh, saya ini orangnya rendah hati lho" - kemungkinan besar dia bohong. Mana ada orang yang rendah hati pengumuman ke mana-mana?

Apa itu Rendah Hati?

Saya suka sewaktu pengurus remaja memilih bahan Yohanes 1:19-28, 3:27-30 ini dan kemudian memberi tema: Rendah Hati. Mengapa?
Yohanes 1:19-28
Kesaksian Yohanes tentang dirinya sendiri
1:19 Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk menanyakan dia: "Siapakah engkau?"
1:20 Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku bukan Mesias."
1:21 Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu, siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!"
1:22 Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau? Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu tentang dirimu sendiri?"
1:23 Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi Yesaya."
1:24 Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada beberapa orang Farisi.
1:25 Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?"
1:26 Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
1:27 yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak layak."
1:28 Hal itu terjadi di Betania yang di seberang sungai Yordan, di mana Yohanes membaptis.
Karena di sepanjang teks kita yang kita baca ini, tak akan pernah kita temukan kata rendah hati di sana. Benarkan ya. Gak ada kan kata rendah hati dalam teks kita hari ini.

Buat saya ini menjadi point penting bagi kita semua sewaktu kita mau berbicara tentang "rendah hati".

Ketika kita sedang berbicara tentang "rendah hati", kita tidak sedang berbicara tentang "mulut yang berkata", melainkan "diri yang bersikap dalam sebuah tindakan".

Rendah Hati di Alkitab

Dalam Alkitab sendiri, ada beberapa ayat yang secara langsung menyebut kata "rendah hati" itu. Salah satunya ada dalam Efesus 4:2, "Hendaklah kamu selalu rendah hati ..."

Kata yang digunakan dalam Efesus 4:2 tentang kata "rendah hati" itu adalah tapeinophrosynēs dari kata tapeinophrosune, yang berasal dari kata tapeinos.

Kata yang sama juga digunakan dalam 1 Petrus 5:5, tapeinophrosynēn, yang diterjemahkan menjadi, "rendahkanlah dirimu."


Saya tertarik dengan arti kata tapeinos secara harafiahnya. Disebutkan begini:

(1) Tidak naik terlalu tinggi atau terlalu jauh dari tanah.
(2) Sesuai dengan keadaannya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisinya lebih langsung menggambarkan. Rendah hati: tidak sombong, tidak angkuh.

Sekarang mari kita lihat mengapa kita tahu bahwa Yohanes dalam teks Alkitab kita hari ini bisa dikatakan sebagai seorang yang rendah hati.

Yohanes 1:25
Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang?"

Sebenarnya, Yohanes bisa saja mengaku-ngaku waktu itu: "Oh, benar! Sayalah orangnya". Dan semua orang mungkin akan percaya.

Akan tetapi, disinilah letak kerendah-hatian diri Yohanes.

Dalam perikop kita selanjutnya Yohanes menegaskan siapa dirinya yang sesungguhnya.

Yohanes 1:28
aku bukan Mesias

Yohanes 1:30
Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil

Itu dia. Tapeinos.

Not Rising Far From The Ground.
Tidak naik terlalu tinggi atau terlalu jauh dari tanah!
Peter's Epistles - Letters to the Scattered Saints, hlm. 304


Tahu siapa dirinya yang sesungguhnya.

Bukan dia yang layak mendapatkan pujian, hormat dan kemuliaan, melainkan Yesus.

Memiliki Sikap Rendah Hati

Dalam hidup keseharian kita, bukankah kita seringkali diperhadapkan dengan situasi yang mirip dengan apa yang dialami oleh Yohanes.

Ketika seseorang bisa 'merebut' hormat, kemuliaan dan pujian itu menjadi miliknya (padahal bukan miliknya).

Mari kita cari contoh yang sederhana saja. Saat-saat kita mulai serasa terbang tinggi karena pujian yang dilemparkan oleh orang lain:

"Jago amat sih main musiknya ..."
"Kamu tuh lucu, imut, ngegemesin banget ya ..."
"Wow, kamu pinter banget bisa dapat IPK gede kayak gitu ..."

Saat kamu sedang dipuji dan serasa terbang tinggi ...

Di situlah ujian sebenarnya untuk melihat apakah kita memang adalah seorang yang rendah hati atau bukan ...

Yohanes menjawabnya dengan berkata:
"Ia harus makin besar, aku harus makin kecil"

Apa jawaban kita?

Apabila Anda tidak melihat ke atas, Anda akan beranggapan bahwa Andalah yang tertinggi. (Antonio Porchia)

You may like these posts

1 comment

  1. boo
    Maaf Pak Pdt, ini kok kalimat²nya buat saya bingung bacanya ya.. seprti pakai terjemahan bahasa digoogle apa bagaimana ya..
  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>