Yesaya 64:1-12 | Boom! Re-Build!!!
Syalom bapak ibu semua.
Memasuki masa Advent yang pertama, Advent berasal dari kata Latin, adventus, yang artinya kedatangan. Selalu, tepat sebelum Natal, empat Minggu sebelum Natal, kita akan ada dalam masa raya Advent. Tujuannya untuk pengingatan dan persiapan dalam rangka menyambut Kristus yang telah datang 2000an tahun yang lalu dalam peristiwa Natal dan sekaligus juga mempersiapkan diri kita sewaktu nanti saat Kristus datang kembali ke dunia ini di akhir zaman.
Minggu Advent yang pertama ini kita membaca bagian Alkitab yang diambil dari Kitab Nabi
Yesaya 64:1-12
Tahukan gambar mainan itu ... Stacko Uno. Cara mainnya gampang, cuma diminta membangun balok-balok itu setinggi-tingginya dengan menjaga keseimbangan supaya balok yang tersusun semakin tinggi itu gak hancur. (Saya tahu mainan ini dari pemuda sewaktu kami nongkrong bareng di cafe Pasar Lama)
Kalo kita membaca Yesaya 64, kita harus mengingat bahwa di zaman itu bangsa Israel sudah gak lagi ada di zaman Kerajaan. Masa kerajaan Israel sudah lewat. Saul – Daud – Salomo – Kerajaan terpecah menjadi dua – kemudian israel menjadi semakin bergumul dengan kondisi moral dan kerohanian yang semakin merosot dan akhirnya .... Booommm!!! Hancur. Israel dibuang.
Saya mau ulangi polanya:
Kita membangun, berjuang, makin tinggi ... tapi di satu titik ketinggian ... Boom!! Menjadi umat buangan. Dari kota yang terbangun, kini menjadi tinggal reruntuhan saja.
Tampak familiar dengan kehidupan kita?
Dari pekerjaan yang mapan ... tiba-tiba .. Booommm!!! PHK.
Dari rencana pernikahan ... tiba-tiba ... Booommmm!!! Dikhianati, putus.
Dari situasi yang harmonis ... tiba-tiba ... Boom!! Sekarang jadi histeris.
Itulah reruntuhannya.
Saya mau mengajak kita untuk merenungkan saat kondisi kehidupan kita sama seperti yang terjadi dalam perikop kita hari ini – Boom!! Runtuh!! – yang kita pandangi hanyalah tinggal puing-puing reruntuhannya saja (ayat 11). Lalu kita mau berbuat apa?
Saya tertarik dengan beberapa ayat ... Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala. Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin. Tidak ada yang memanggil nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu; sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.
Bangsa Israel sewaktu mereka dibuang, mereka sempat lho berpikir bahwa TUHAN telah dikalahkan oleh dewa-dewa berhala bangsa lain. Ini ironis ya, menempatkan kesalahan pada “yang diluar diri mereka” ... “saya begini karena TUHAN begitu”.
Oleh sebab itu membaca ayat 5(-7) menjadi berbeda sekarang karena kita bisa melihat ada perubahan besar yang terjadi dalam diri Israel di ayat 5: Mereka mulai menyadari bahwa yang harus introspeksi diri – sadar – adalah diri mereka sendiri.
Pak, bu .. saya mau nanya:
Sewaktu kita memandangi reruntuhan dan kita mulai menempatkan kesalahan pada orang lain di luar kita ... apakah itu akan menolong kita untuk bisa membangunnya kembali? Tidak.
Kekuatan untuk membangun kembali selalu dimulai dari penyadaran diri dan kemauan diri untuk introspeksi. Sadar bahwa harus ada yang berubah menjadi lebih baik. Belajar dari pengalaman hancur untuk menatap masa depan yang selalu berpengharapan.
Yang terakhir, Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.
Jadi mengingat perkataan TUHAN di masa sebelumnya gak? Yeremia 18:4-6. Itu diucapkan oleh TUHAN jauh sebelum israel ada di masa Yesaya 64.
Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya. Kemudian datanglah firman TUHAN kepadaku, bunyinya: "Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukang periuk ini, hai kaum Israel!, demikianlah firman TUHAN. Sungguh, seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tangan-Ku, hai kaum Israel!
Selalu, kekuatan terbesar yang kita miliki untuk membangun kembali kehidupan kita bahkan jika memang harus memulainya kembali dari reruntuhan adalah TUHAN, bukan diri kita sendiri.
Bapak, ibu, kawan muda semuanya ... jangan ragu untuk selalu datang dan mendekat pada TUHAN di dalam Yesus Kristus karena Dialah sumber kekuatan kita dan Juruselamat kita.