Kisah Para Rasul 4:32-37 | Selamat Melayani Lahir Batin

Kisah Para Rasul 4:32-37

Selamat Melayani Lahir Batin — Masih terasa suasana lebaran di mana setiap kita mengucapkan “Selamat Idul Fitri: Mohon Maaf Lahir & Batin” kepada saudara-saudara kita yang beragama Islam.

Jika kita melihat ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “yang lahir” itu adalah segala sesuatu yang nampak sedangkan “yang batin” itu segala sesuatu yang berkaitan dengan perasaan.

Keduanya saling berkaitan jika kita berbicara tentang sikap dan tindakan, karena apa yang nampak secara lahiriah itu memang biasanya berasal dari kondisi batinnya.

Menarik untuk kita lihat bersama, dalam pembacaan Alkitab kita hari ini pun kita mendapati “yang lahir” dan “yang batin” itu terjadi dalam dunia pelayanan jemaat mula-mula. Kisah Para Rasul 4:32 “mereka sehati (Yunani: en kardia) dan sejiwa (psyche)”.

Kedua kata itu menggambarkan tentang keadaan “yang lahir” (yang nampak dipermukaan) berkaitan dengan “yang batin” (yang berada di dalam kedirian).

Misalnya: Lukas 6:45 (Kardia: Hati – Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.).

Juga pada Lukas 12:22 (Psyche, yang diterjemahkan menjadi “hidupmu” - Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai.”).

Lihat saja bagaimana dampak luarbiasa yang dihasilkan oleh anggota jemaat mula-mula ketika yang “lahir dan batin” itu secara mantap telah dipenuhi:

Secara batin – merasakan kasih karunia yang berlimpah-limpah dari Tuhan (ayat 33)

Secara lahiriah – hidup saling menopang dan saling membantu satu sama lain sehingga tak satupun berkekurangan (ayat 34-35), mereka bersemangat untuk melayani Tuhan sepenuh hati (ayat 31, 36-37). – Bahkan kata kerja yang digunakan dalam ayat 34 adalah kata kerja yang digunakan menunjukkan proses yang terus berjalan. Dengan kata lain, bentuk kata kerjanya menunjukkan tindakan yang merupakan kebiasaan atau berulang kali dilakukan, bukan menunjukkan tindakan yang hanya dilakukan satu kali lalu selesai sudah.

Biasanya sewaktu kita membaca perikop kita hari ini tentang “cara hidup jemaat mula-mula” hanya bisa berkata: “Ya, itukan dulu ... Mereka bisa begitu memang hebat. Tapi kita sekarang kan gak bisa seperti itu”.

Ok, dimengerti bahwa memang apa yang terjadi secara luar biasa dalam perikop kita hari ini tidak mudah untuk di ulangi (tapi bukan berarti mustahil dilakukan kembali) ... Akan tetapi, bukankah setiap orang percaya yang telah merasakan kasih Tuhan yang luar biasa di dalam hidupnya (psyke-nya) juga seharusnya dapat pula melakukan pelayanan dalam banyak bentuk pelayanan lainnya dengan sepenuh hati (kardia)? (GA)

Sharing: Apa yang membuat beberapa orang percaya kesulitan untuk bisa melayani dengan sepenuh hati dan jiwanya? Solusinya apa agar kita bisa mulai untuk bisa melayani-Nya dengan sepenuh hati dan jiwa?

Bacaan:
Sarapan Pagi Biblika & Biblehub (Commentary, KPR 4:32)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>