Ibrani 10:19-39 | Kecanduan Pelayanan

Renungan Khotbah Tafsir Ibrani 10:19-39 Jika dikatakan kecanduan, pasti itu bukan dianggap sebagai beban. Malah jadi kebutuhan.
Ibrani 10:19-39

Ibrani 10:19-39 — Tema kita luar biasa ya. Kecanduan Pelayanan. Biasanya kalo kita mendengar kata kecanduan, itu pasti terkait dengan sesuatu yang dianggap banyak orang sebagai “yang enak-enak”: kecanduan main games online, kecanduan travelling, kecanduan ... apalagi?

Kecanduan itu mirip hobi ya: hobi ngumpulin perangko, motor gede, main musik, dll. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan kata “candu” sebagai rasa ketagihan, gemar sekali, keranjingan sekali (sehingga melupakan yang lain).

Yap, kita semua bisa saja mencandui banyak hal ... namun untuk yang satu ini, kecanduan pelayanan, belum tentu semua orang setuju. Jika tema kita disetujui semua orang percaya dan sudah terwujud, tentu banyak gereja tidak akan bersusah-susah lagi mencari pengurus (komisi) pelayanan, panitia-panitia pelayanan dan bahkan anggota Majelis Jemaat.

Akan tetapi faktanya? Kadang susah ya ... Mari kita garis bawahi hal ini: jika dikatakan kecanduan, pasti itu bukan dianggap sebagai “beban”. Malah jadi kebutuhan. Gak melakukan itu, justru menghasilkan perasaan tidak enak. Nagih. Rela hati, tanpa paksaan. Sedangkan pelayanan? Di bagian mana enaknya?

Dalam perikop kita hari ini yang dihadapi jemaat mula-mula saat itu kira-kira ya seperti itu: “Pelayanan? Di bagian mana enaknya? Kecanduan bagaimana tentang pelayanan?” Coba lihat ayat 25 ... Mengapa ada kalimat, “seperti yang dibiasakan oleh beberapa orang”?

Karena bagi beberapa orang kala itu, beribadah dengan iman yang berbeda membuat mereka dimusuhi: “Lha, ngapain beribadah jika akhirnya dimusuhi dan teraniaya sebagai orang percaya? Lebih baik gak usah ibadah dan gak usah menjadi orang percaya sekalian” (Coba lihat ayat 32-34a).

Setidaknya ada dua alasan yang bisa membuat seseorang “kecanduan pelayanan”, yaitu:

(1) Ayat 19-25. Jika seseorang tahu betul apa artinya Tuhan telah menyelamatkan dirinya (kadang memang perlu sampai di tapal batas “hidup-mati dan selamat”).

(2) Motivasi yang terus berkembang. Awalnya mungkin saja seseorang datang beribadah atau pelayanan karena alasan “Yah, namanya juga orang Kristen, hari Minggu memang ke gereja”.

Akan tetapi, tidak berhenti di situ saja sebab kemudian dia merasa nyaman dalam kehidupan persekutuan dan akhirnya terlibat aktif (kecanduan) dalam ibadah dan pelayanan bersama bagi Tuhan.

Masih adakah hal lainnya yang dapat membuat seseorang mengalami “kecanduan pelayanan”?

Tuhan mempunyai tiga macam hamba di dunia ini. Beberapa adalah ‘budak’ – yang melayani Dia karena takut. Yang lain adalah ‘orang bayaran’ – yang melayani untuk upah. Yang terakhir adalah ‘anak-anak’ – yang melayani karena mereka mengasihi Dia. (Uskup Agung Secker)

You may like these posts

  1. To insert a code use <i rel="pre">code_here</i>
  2. To insert a quote use <b rel="quote">your_qoute</b>
  3. To insert a picture use <i rel="image">url_image_here</i>